Jumat, 27 Januari 2012

POTENSI PEMBIAYAAN SYARIAH 2 (DUA) KOMODITAS AGRIBISNIS POTENSIAL DI DIY (Abstrak Tesis S2 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Tahun 2008)

Sektor pertanian sebagai sektor bisnis riil yang berpotensi untung maupun rugi, sangat relevan untuk mendapatkan modal dari lembaga pembiayaan perbankan syariah. Prinsip perbankan syariah didasarkan atas prinsip Syirkah (kemitraan usaha) dengan menerapkan sistem profit dan loss sharing dalam operasionalnya. Perbedaan mendasar antara sistem pembiayaan syariah dan konvensional terletak pada pembagian risiko usaha.
Pada pembiayaan konvensional (berbasis bunga), balas jasa pinjaman modal ditentukan berdasarkan persentase tertentu dan risiko sepenuhnya ditanggung oleh salah satu pihak. Untuk posisi nasabah sebagai deposan, risiko sepenuhnya berada pada pihak bank dan sebaliknya apabila nasabah sebagai peminjam, risiko sepenuhnya berada di tangan peminjam. Sementara pada sistem syariah ditetapkan sistem bagi hasil dimana jasa dan modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan dan kerugian yang diperoleh yang didasarkan pada akad. Prinsip utama dari akad ini adalah keadilan antara pemberi modal dan pemakai modal. Prinsip ini berlaku baik bagi debitur maupun kreditur.
Sayangnya, peran perbankan syariah dalam mendukung pembiayaan sektor pertanian masih rendah. Proporsi perbankan syariah dalam penyaluran pembiayaan baru mencapai sekitar dua persen dari angka penyaluran pembiayaan secara nasional. Alasan terbesar yang dikemukakan oleh mereka berkaitan dengan keengganan untuk mengucurkan pembiayaan ke sektor pertanian adalah lamanya tingkat perputaran uang di usaha pertanian.

Alasan yang kedua dan ketiga adalah keterbatasan cash flow petani, dan minimnya nilai jaminan yang dapat diagunkan oleh petani kepada pihak lembaga keuangan. Porsi pembiayaan perbankan pada sektor pertanian yang kecil menimbulkan dampak negatif pada petani. Lingkaran setan kembali terjadi di lingkup masyarakat pedesaan, akibatnya bangsa Indonesia tidak akan segera dapat mandiri dalam sektor pangan. Berdasarkan hal tersebut perlu dicari model pembiayaan syariah yang cocok untuk diaplikasikan dalam bidang agribisnis/pertanian.
Tingginya potensi sektor pertanian di DIY (35,3% dalam serapan tenaga kerja di DIY) serta besarnya kontribusi sektoral pertanian terhadap PDRB DIY (11,05%) tidak diimbangi dengan besarnya porsi pembiayaan perbankan (kurang dari 10%) di bidang pertanian. Potensi pertanian yang bagus tersebut, kurang ditunjang para pelaku lembaga keuangan di DIY, baik lembaga perbankan, maupun non bank, yang enggan memberikan pembiayaan kepada para petani.
Berdasarkan penelitian Bank Indonesia dan Universitas Kristen Duta Wacana tahun 2007, komoditas jamur kuping dan jamur merang merupakan komoditas potensial DIY yang belum dikembangkan secara serius. Bahkan budidaya jamur  merang mampu mengurangi tingkat kemiskinan di Kecamatan Sedayu, Bantul. Produk pertanian ini merupakan tanaman bernilai tambah tinggi, dalam arti mempunyai nilai tambah tinggi dari sisi nilai uang. Diharapkan pengembangan tanaman-tanaman ini di DIY akan meningkatkan kesejahteraan para petani lokal.
Hasil penelitian eksplorasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis di DIY diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan kepada Bank Indonesia untuk menentukan kebijakan, perbankan syariah dalam menyalurkan pembiayaan untuk sektor pertanian, serta masyarakat petani untuk meningkatkan kapasitas produksi melalui pemberian modal sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui potensi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis di propinsi DIY; analisis kelayakan usaha komoditas agribisnis jamur kuping dan jamur merang di propinsi DIY; serta tingkat bagi hasil yang reasonable pada usaha komoditas agribisnis jamur kuping dan jamur merang di propinsi DIY.
Penelitian ini bersifat eksporatif, berupaya untuk mengeksplorasi materi-materi pembahasan tentang potensi pembiayaan syariah di sektor agribisnis DIY serta analisis kelayakan usaha dan tingkat bagi hasil komoditi jamur kuping dan jamur merang.  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan empirik, melalui penelitian kepustakaan (library research) dan studi lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperkuat landasan teori yang dapat mendukung penelitian, baik dari buku ilmiah, artikel ilmiah maupun hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian lapangan dilakukan melalui observasi ke pelaku usaha agribisnis jamur kuping dan jamur merang.
Hasil penelitian menunjukkan produk-produk pembiayaan perbankan syariah yang dapat dipilih untuk usaha pertanian/agribisnis, sesuai dengan tingkat pemahaman pelaku usahatani adalah (1) mudharabah, (2) musyarakah, (3) muzara’ah, (4) murabahah, (5) salam, (6) istishna’, (7) dan ar-rahn. Beberapa hal yang melandasi prospek pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis adalah sebagai berikut: (1) karakteristik pembiayaan syariah sesuai dengan kondisi bisnis agribisnis; (2) skim pembiayaan syariah sudah dipraktekkan secara luas oleh petani Indonesia; (3) luasnya cakupan usaha dan komoditas di sektor pertanian; (4) produk pembiayaan syariah cukup beragam; (5) komitmen bank syariah untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM); dan (6) usaha di sektor pertanian merupakan bisnis riil.
Hasil analisis Location Quotient (LQ) sektor pertanian memberikan andil terbesar (11,05%) terhadap pertumbuhan PDRB DIY pada triwulan I tahun 2008. Penduduk DIY paling banyak bekerja di sektor pertanian (35,3%). Dua hal tersebut menjadikan sektor ini mempunyai peran strategis di perekonomian DIY dan potensi besar di pembiayaan perbankan syariah.
Analisis kelayakan usaha pada budidaya jamur kuping per periode (6 bulan) adalah: profit margin sebesar 22,73%; BEP sebesar 105 Kg atau penjualan Rp. 4.200.000,-; Payback Period dalam waktu 2 tahun 3 bulan; NPV sebesar Rp.17.732.275,-; dan IRR sebesar 42,01%.  Nilai NPV yang lebih besar dari 1 (satu) dan IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga 16%, menjadikan usaha budidaya jamur kuping ini cukup layak dan menguntungkan. Tingkat bagi hasil bagi bank 39,64% (Rp.4.892.543,22) dan bagi hasil bagi nasabah 60,36% (Rp.7.449.896,78).
Analisis kelayakan usaha pada budidaya jamur merang per bulan adalah: profit margin sebesar 20,32%; BEP sebesar 152 Kg atau penjualan Rp. 1.976.000,-;  Payback Period dalam waktu 11 bulan; NPV sebesar Rp.6.846.378; dan nilai IRR sebesar 91,54%.  Nilai NPV yang lebih besar dari 1 (satu) dan IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga 16%, menjadikan usaha budidaya jamur merang ini layak dan menguntungkan. Tingkat bagi hasil bagi bank 33,39% (Rp.300.920,7) dan bagi hasil bagi nasabah 66,61% (Rp.600.289,3).
Hasil analisis skenario, analisis simulasi dan analisis prospek, budidaya jamur kuping dan jamur merang tetap menguntungkan pada kondisi perekonomian yang kurang baik, seperti inflasi 10%. Petani jamur kuping dan jamur merang lebih menguntungkan menggunakan skim pembiayaan syariah dibandingkan skim pembiayaan konvensional.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka peneliti berusaha memberikan saran-saran yang dapat menjadi kontribusi bagi pemerintah, Bank Indonesia, sektor pertanian serta perbankan syariah. Bagi pemerintah pada umumnya, jika ingin meningkatkan kemakmuran penduduk maka dapat melalui pembiayaan di sektor pertanian/agribisnis, karena mayoritas penduduk Indonesia pada umumnya dan DIY pada khususnya hidup di pedesaaan atau sektor pertanian.
Bagi Bank Indonesia, terbukti skim perbankan syariah cocok dan dapat diaplikasikan pada sektor pertanian/agribisnis di Indonesia. Oleh karena itu, sudah saatnya BI menganggap serius pengembangan perbankan syariah di Indonesia melalui regulasi yang mendukung dan menguatkan. Bagi perbankan syariah, untuk memperhatikan pembiayaan pada sektor pertanian/agribisnis, karena terbukti mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar daripada tingkat suku bunga. Bagi sektor agribisnis, terutama pelaku usaha budidaya jamur kuping dan jamur merang, skim pembiayaan syariah lebih memberikan keadilan dan porsi keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan skim pembiayaan konvensional.

Kamis, 19 Januari 2012

GENERASI PENANAM POHON (THE GENERATION OF TREE PLANTERS )

Antusiasme masyarakat dalam kegiatan penghijauan atau menanam pohon semakin hari semakin meningkat. Fenomena ini terlihat jelas dalam kegiatan penghijauan kembali pada Gunung Merapi setelah erupsi tahun 2010. Ratusan ribu bibit telah ditanam, baik di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) maupun di lahan masyarakat yang terkena dampak erupsi.
Tidak hanya kawasan yang rusak dan tandus yang menjadi sasaran Penanam Pohon, tapi juga perkotaan. Jalan di kota Yogya sekarang lebih rindang karena prestasi dari ‘Wagiman’ (Walikota Gila Tanaman), julukan dari Kang Hery Zudianto. Muncullah Generasi Penanam Pohon di perkotaan. Akankah di tahun 2012 antusiasme ini semakin meningkat?

Opini koran Kedaulatan Rakyat tanggal 19 Januari 2012 (KR newspaper opinion dated January 19, 2012)

Kisah Si Penanam Pohon
Sanich Iyonni membuat cerita menarik tentang Naruto dan Tenten si Penanam Pohon di kota Konoha. Setelah lama berpisah, Tenten kembali ke Konoha dan menjumpai Naruto masih menjadi penanam pohon setia di Konoha, pada saat orang-orang telah meninggalkan kota itu karena banyak kekacauan yang terjadi di dalamnya. “Lalu apa yang membuatmu bertahan menanam pohon di Konoha ?” tanya Tenten.
"Salah seorang penanam pohon legendaris yang sangat kuhormati pernah berkata, 'Daripada kita mengungsi dari kota yang penuh polusi tanpa berbuat apa-apa, bukankah lebih baik kita menanam satu pohon untuk menghijaukan kota?”, jawab Naruto.
Tenten sangat terkesan dengan perkataan Naruto. Tenten berkata dalam hati, “Aku bertekad untuk terus menanam pohon yang bagus di sini. Tidak masalah kalau pohonku tidak diperhatikan orang atau sedikit berbuah, yang penting aku sudah berbuat sesuatu—walau sangat amat sedikit—untuk menanam pohon yang berkualitas demi mengurangi pemanasan global. Bukankah itu tugasku sebagai penanam pohon profesional?’

Generasi Penanam Pohon Indonesia
Kisah Tenten dan Naruto mengingatkan pada pejuang penghijauan hutan Wanagama di Gunung Kidul. Kawasan ini terkenal dengan sebutan kondisi lahan ‘batu bertanah’, disebabkan banyaknya batu daripada tanah. Pada tahun 1926, hutan-hutan alam di daerah Gunung Kidul telah habis ditebang, selanjutnya tahun 1927 pernah dicoba penanaman jati, namun pada tahun 1948 telah kosong kembali. Percobaan penanaman tahun 1954 - 1958 pun tidak berhasil dengan baik. Pada tahun 1963 mulai ditanami murbai yang direncanakan dicampur dengan pinus.
Pada tahun 1967, Dinas Kehutanan DIY menyerahkan pengelolaan petak 5 seluas 79,9 Ha kepada Fakultas Kehutanan UGM untuk dikelola atau dihutankan kembali, dan diberi nama “Wanagama I”. Generasi Penanam Pohon yakni Ir. Oemi Haniin Suseno, Ir. Soekotjo, Ir. Haryanto, Ir. Tri Setyo, Sartinah, Kasan Budianto, Ir. Soekirno DP, Ir. Moch. Naiem, Ir. Suhardi, Ir. Eko Bhakti Hardiyanto, dan Hendrawati berhasil menghijaukan Wanagama yang tandus.
Pengalaman keberhasilan mengelola Petak 5 mendorong Alm. Ir. Oemi Haniin Suseno, dkk pada 1983 memperluas kawasan hutan Wanagama menjadi 600 Ha. Misi yang diemban Wanagama I adalah mewujudkan Wanagama I sebagai hutan pendidikan dan penelitian; hutan percontohan; wahana penyuluhan; serta sebagai hutan wisata dan wisata ilmiah
Wanagama I berhasil menjadi sebuah research and education forest terbaik di Indonesia. Wanagama sudah dikenal pada skala global. Contohnya, suami Ratu Elizabeth dari negeri Belanda, yakni Pangeran Bernard telah berkunjung ke Wanagama I pada 21 Maret 1996, putera mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles meninjau Wanagama pada 5 November 1989, Asisten Director General FAO hadir dan menikmati hasil Generasi Penanam Pohon Indonesia.

Menanam Pohon = Menanam Harapan
Menanam pohon jelas merupakan pekerjaan yang memiliki visi kuat. Pohon tidak akan segera membesar dalam waktu singkat. Memerlukan waktu lama, bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, sampai pohon tersebut tampak besar, dewasa, dan memberikan manfaat. Mungkin manfaat kesejukan mengurangi pemanasan global, mencegah erosi dan banjir, atau karena ada buah yang bisa dimakan, atau karena adanya kayu yang dapat dimanfaatkan.
Sayangnya generasi sekarang telah terlanjur menjadi generasi instan, yang lebih menikmati hasil yang telah disajikan di restoran/supermarket, tanpa perlu menanamnya. Tanpa perlu menunggu proses tumbuh kembang dan berbuahnya. Menanam pohon jelas memerlukan kesabaran, tidak dapat langsung ingin menikmati hasilnya. Kalau kita menanam pohon sekarang, juga tidak akan dapat dinikmati pada usia kita, namun dinikmati oleh anak atau bahkan cucu dan cicit kita. Lalu mengapa harus menanam pohon jika tidak akan kita nikmati hasilnya? Hanya satu jawaban: karena adanya harapan.




 THE GENERATION OF TREE PLANTERS


The enthusiasm of the community in greening activities or planting trees is increasingly rising. This phenomenon is evident in the reforestation activity on Mount Merapi after the eruption in 2010. Hundreds of thousands of seedlings have been planted, both within the region of Merapi Volcano National Park (MVNP) and in the field eruption affected communities.Not only the damaged areas and barren tree growers who were targeted, but also urban. Roads in the city of Yogyakarta is now more shady due to achievement of 'Wagiman' (Mayor Mad Plant), the nickname of Kang Zudianto Hery. Tree Growers generation emerged in urban areas. Will the year 2012 has been increased enthusiasm?

The story of the Tree Planters 

Sanich Iyonni make an interesting story about Naruto and Tenten the Tree Planters in the city of Konoha. After a long separation, Tenten back to Konoha and Naruto meet is still a loyal tree planters in Konoha, when the people had left the city because a lot of chaos going on inside. "Then what makes you survive to plant a tree in Konoha?" Asked Tenten."One of the legendary tree planters are highly respected once said, 'Instead of us flee from the city full of pollution without doing anything, is not it better we plant one tree for greening the city?", Said Naruto.Tenten was very impressed with the words of Naruto. Tenten said to myself, "I am determined to continue to plant trees is good here. It does not matter if my tree is not considered a person or a little fruit, which I've done something important, though very very little-to-quality tree planting to reduce global warming. Is not it my duty as a professional tree planters? '

Generation Tree Growers Indonesia 

Tenten and Naruto story reminiscent of the fighters Wanagama reforestation in the Gunung Kidul Distric. This area is known as the condition of the land 'landless stones', due to the many rocks than soil. In 1926, natural forests in the Gunung Kidul Distric area has been cleared out, then in 1927 had tried planting teak, but in 1948 was empty again. Trial planting of the year 1954 - 1958 did not work very well. In 1963 began planting mulberry planned mixed with pine.In 1967, the Forest Service plots 5 DIY hand over the management of an area of ​​79.9 hectares to the Faculty of Forestry UGM to be managed or reforested, and given the name "Wanagama I". Generation of the Tree Planters Ir. Oemi Haniin Suseno, Ir. Soekotjo, Ir. Haryanto, Ir. Tri Setyo, Sartinah, Kasan Budianto, Ir. Soekirno DP, Ir. Moch. Naiem, Ir. Suhardi, Ir. Eko Bhakti Hardiyanto, and Hendrawati Wanagama successful greening of barren.5 Plots of experience managing successful push Alm. Ir. Oemi Haniin Suseno, et al in 1983 Wanagama expanding forest area to 600 ha. Mission carried Wanagama Wanagama I was realizing I as a forest education and research; forest pilot; probe extension; as well as forest tourism and scientific tourismWanagama I managed to become a best forest research and education in Indonesia. Wanagama already known on a global scale. For example, the husband of Queen Elizabeth from the Netherlands, the Prince Bernard has been to Wanagama I on March 21, 1996, the United Kingdom heir apparent, Prince Charles reviewing Wanagama on 5 November 1989, FAO Assistant Director General attend and enjoy the fruits of the Tree Growers Generation Indonesia.

Plant a Tree = Planting Hope 

Planting a tree is clearly a job that has a strong vision. Trees will not be enlarged in a short time. Takes a long time, years, even decades, until the tree looks great, mature, and provide benefits. Possible benefits of coolness reduce global warming, prevent erosion and flooding, or because there is fruit to eat, or because of the wood that can be utilized.Unfortunately the current generation has already become an instant generation, who more enjoy the results that have been served at the restaurant or supermarket, without the need to plant it. No need to wait for the growth process and berbuahnya. Planting trees definitely requires patience, it can not immediately want to enjoy the results. If we plant trees now, nor will be enjoyed at our age, but enjoyed by children or even grandchildren and our great-grandchildren. Then why should plant a tree if we will not enjoy the results? Only one answer: because of the expectations.

Jumat, 02 Desember 2011

MENGHIJAUKAN HUTAN KAWASAN TNGM

Presiden SBY pada awal pemerintahannya tahun 2009 telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan upaya sendiri, atau sampai 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2020 dalam rangka mitigasi perubahan iklim global.  Salah satu upaya yang diperlukan adalah penanaman dan pemeliharaan pohon yang dilakukan secara masal oleh setiap komponen bangsa. Oleh karena itu, Pemerintah telah menetapkan setiap tanggal 28 November sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2008.
Melalui momen tanggal 28 November 2011 ini, Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) memulai untuk melakukan kegiatan penghijauan hutan di kawasan TNGM. Kegiatan ini dilakukan setelah pihak Balai TNGM bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM melakukan kajian ekologi dan kondisi tanah setelah erupsi.
Restorasi Kawasan TNGM
Dampak erupsi Merapi -terutama awan panas dan lahar dingin- jelas merusak kawasan hutan TNGM. Kerusakan hutan yang sangat parah (hampir 100% kawasan rata tanah) terjadi di wilayah kecamatan Cangkringan, Sleman dan kecamatan Kemalang, Klaten.  Kerusakan parah (50-75% pohon tumbang) terjadi di Pronojiwo-Gandok, Kaliurang, Sleman. Kerusakan sedang (25-50% vegetasi rusak) terjadi di kecamatan Dukun dan Srumbung, Magelang.
Untuk pemulihan kawasan TNGM maka dilakukan kegiatan restorasi, yakni proses untuk membantu pemulihan kembali suatu ekosistem yang telah rusak dan terdegradasi. Manusia sebagai ‘Khalifah fil Ardh’ harus menjaga dan meningkatkan jasa ekosistem, dimana pengertian ekosistem disini bukan berupa komoditi tetapi sistem yang hidup. Upaya restorasi merupakan petunjuk dari sikap manusia yang menyatu dengan alam, bukan berkuasa terhadap alam.
Restorasi yang ideal dapat mengembalikan fungsi ekosistem dan memiliki nilai sosial dan ekonomi terhadap masyarakat. Keberhasilan restorasi pada tiap ekoregion akan dapat dilihat dengan jelas pada sikap masyarakat, yakni meningkatkan kesadaran lingkungan. Salah satu kegiatan restorasi TNGM adalah survei kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan TNGM. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk pemanfaatan kawasan TNGM oleh masyarakat; serta mengidentifikasi potensi dan kebutuhan masyarakat desa di sekitar kawasan TNGM. Kegiatan ini menjadi salah satu aspek dalam perancangan program restorasi kawasan dengan mempertimbangkan masyarakat sekitar sebagai salah satu stakeholder.
Penghijauan Hutan TNGM
Erupsi Merapi tahun 2010 memberikan pelajaran berharga tentang suksesi di alam. Hutan tanaman Pinus (Pinus merkusii) di Merapi yang ditanam Perhutani sebelum TNGM terbentuk (SK penunjukan tahun 2004), ternyata tidak kuat menahan dampak awan panas Merapi. Tegakan hutan Pinus di lereng Selatan, sebagian besar mati terkena efek erupsi, seperti pasir dan abu panas.
 Opini Koran Kedaulatan Rakyat tanggal 2 Desember 2011

Hal ini berbeda dengan tanaman asli Merapi seperti Puspa (Schima wallichi) dan Rasalama (Altingia excelsa) yang dapat bertahan (survive). Tegakan Puspa dan Rasamala masih berdiri tegak, walaupun ranting dan daunnya habis terkena abu panas. 3 bulan setelah erupsi, keluar trubus pada tegakan Puspa dan Rasamala.
Demikian juga dengan tanaman bambu asli Merapi jenis apus (Gigantochloa apus). Bambu apus menjadi pioner dalam suksesi Merapi, sebulan setelah erupsi ketinggiannya mencapai rata-rata satu meter.
Padahal waktu tersebut banyak masyarakat luar Merapi yang melakukan program penanaman di kawasan tersebut. Akibatnya banyak tanaman baru hasil penanaman yang mati, apalagi tidak adanya metode khusus penanaman dan pemeliharaan.
Oleh karena itu, Balai TNGM menyiapkan jenis-jenis asli Merapi untuk menghijaukan kembali kawasan hutan, seperti Puspa (Schima wallichii), Rasamala (Altingia excelsa), Pasang (Quercus turbinata), Kina (Chinchona ledgeriana), Dadap (erythrina-lithosperm), dan bambu (Gigantochloa apus). Balai TNGM bersama Fakultas Kehutanan UGM akan membangun demplot tanaman seluas 5 Hektar di Kalikuning, Cangkringan, Sleman dengan berbagai perlakuan (penanaman dan pemeliharaan).
Selain itu, LSM Jepang ‘JICA’ juga akan melakukan penanaman seluas 40 Hektar di Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Magelang dan Desa Mriyan, Kecamatan Musuk, Boyolali melalui kegiatan restorasi JICA. Tahun ini pula, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo (BP DAS SOP) Kementerian Kehutanan juga melakukan penghijauan di kawasan TNGM seluas 120 Hektar melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).
Semua kegiatan penghijauan kawasan TNGM melibatkan masyarakat lokal sekitar kawasan TNGM, yakni dari pembibitan, penanaman sampai pemeliharaan. Kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan fungsi penting menjaga ekosistem Merapi, dimana Merapi sudah memberikan banyak manfaat terutama fungsi penyedia air. Tujuan akhir restorasi Merapi adalah menyadarkan manusia, bahwa manusia hanya dapat menyatu dengan alam, bukan berkuasa atas alam. Wallahu’alam.

PENGELOLAAN KAWASAN TNGM PASCA ERUPSI 2010

Tidak terasa, tepat satu tahun peristiwa letusan besar Merapi telah terlewatkan. 26 Oktober 2010 tepat pukul 17.23 WIB, gunung yang menjadi ciri khas kota Jogja itu menyemburkan awan panas yang menyambar lereng Selatan, menjangkau Kaliadem dan Kinahrejo. Raden Ngabehi Surakso Hargo atau Mbah Maridjan, juru kunci Merapi ikut menjadi korban.
Tanggal 5 November 2010 Merapi meletus lebih besar sehingga merenggut korban yang lebih banyak. Ratusan jiwa melayang. Korban ini bukan saja berupa manusia, atau harta benda, namun juga berupa hewan, baik ternak maupun satwa liar.
Kerusakan Kawasan TNGM
Kerugian tak ternilai lain adalah ekosistem dan keanekaragaman hayati di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Berdasarkan pengolahan data Citra IKONOS November 2010, 82%(5263 Hektar) dari 6.145,45 Hektar kawasan TNGM terdampak erupsi. Sekitar 2000-2500 Hektar (31-39%) dari luas kawasan yang berupa hutan pegunungan tropis telah rusak.
Erupsi Merapi kali ini membawa dampak hilangnya ekosistem hutan yang cukup luas. Adanya luncuran awan panas dan banjir lahar dingin ke arah selatan dan barat lereng Merapi mengakibatkan terjadi perubahan lingkungan di dalam kawasan. Perubahan lingkungan ini mencakup komponen abiotik, biotik dan sosial budaya. TNGM sebagaimana taman nasional yang lain, dikelola berdasarkan sistem zonasi. 
Opini Koran Kedaulatan Rakyat tanggal 26 Oktober 2011

Pengelolaan Taman Nasional
UU No. 5 tahun 1990 pasal 32 menjelaskan bahwa kawasan Taman Nasional (TN) dikelola dengan sistem zonasi, yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluan. Menurut Permenhut No 56 tahun 2006 tentang Pengelolaan Zonasi Taman Nasional, zonasi adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.


Zonasi merupakan pengaturan tata ruang didalam kawasan TN menyesuaikan kondisi ekologi, sosial dan ekonomi yang ada.  Zonasi TNGM yang ada adalah hasil dari penyusunan Rencana Pengelolaan TNGM (2005) dan diperbaiki (di-review) zonasinya pada tahun 2008. 
 
Rencana Pengelolaan TNGM
Bencana alam erupsi Merapi tahun 2010 memberi pelajaran yang sangat berharga bagi pengelolaan TNGM dalam melakukan penataan kawasan (zoning). Balai TNGM saat ini masih melakukan kajian dalam penerapan zonasi yang dinamis, karena bencana merapi mempunyai kecenderungan bersifat siklik.
Konsep pengelolaan TN yang berbasis pada mitigasi bencana alam (pengurangan resiko bencana alam) masih dalam tahap penyusunan. Pengelolaan TN berbasis pada mitigasi bencana adalah model pengelolaan yang disesuaikan dengan kerawanan (hazard), kerentanan (vulnerability), dan komponen yang beresiko (elemen at risk) terhadap kepunahan.
Data kawasan terbaru pasca erupsi berikut potensi keanekaragaman hayati (kehati) dan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis ilmiah sangat diperlukan dalam penyusunan rencana pengelolaan TNGM ke depan. Data potensi kehati TNGM menunjukkan penurunan kuantitas, seperti jumlah jenis burung yang diidentifikasi ada 97, padahal sebelum erupsi 2010 mencapai 159 jenis (TNGM, 2011).
Hancurnya tempat tinggal dan hilangnya mata pencaharian masyarakat sekitar Merapi (terutama lereng Selatan) membawa efek perubahan profesi masyarakat. Kondisi ini tentunya mempengaruhi strategi pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan TNGM.
Kawasan TNGM yang mengalami kerusakan parah, seperti lereng Selatan akan dilakukan penanaman jenis pohon yang cepat tumbuh. Ini dimaksudkan sebagai penghalang (barrier) laju awan panas yang cenderung mengarah ke Selatan. Pihak Balai TNGM bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM berupaya melakukan pemilihan jenis tumbuhan yang sesuai dengan kondisi ekosistem Merapi dan cepat tumbuh.
Jenis tumbuhan yang ditanam juga disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar kawasan TNGM, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat dari keberadaan TNGM. Untuk tahun 2011 ini, Balai TNGM melibatkan masyarakat dalam kegiatan penanaman; seperti RHL (Rehabilitasi Hutan dan Lahan) dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo; serta restorasi dari JICA.
Kegiatan penanaman kembali atau restorasi dilakukan dengan metode khusus. Peristiwa erupsi tahun 2006 memberi pelajaran berharga, Kali Gendol yang merupakan jalur awan panas, tanahnya masih panas pada kedalaman 2 meter selama 2 tahun.
Inilah salah satu sebab banyak bibit tanaman yang ditanam oleh masyarakat luar Merapi akhirnya cepat mati, karena tidak memakai metode khusus dan pemeliharaan. Oleh karena itu, pengelolaan TNGM ke depan diharapkan dapat mewujudkan keharmonisan hidup bersama Merapi, ‘Living Harmony With Merapi’. Semoga.

Senin, 05 September 2011

Baluran, African Van Java

Ujung Pulau Jawa bagian Timur, tepatnya di Baluran, Kabupaten Situbondo ternyata menyimpan kekayaan alam khas berupa hutan savana. Di kawasan konservasi yang dikelola Balai Taman Nasional Baluran ini, pengunjung dapat merasakan suasana Afrika. Satwa liar seperti banteng (Bos javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), rusa (Cervus timorensis), kijang (Mutiacus muntjak) cukup mudah ditemui pengunjung. Burung cantik merak hijau (Pavo muticus) dapat ditemui bebas berkeliaran di Baluran.
Terletak di jalan trans Banyuwangi-Surabaya, tepatnya di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Taman Nasional (TN) Baluran dapat ditempuh 30 menit (27 Km) dari Ketapang, Banyuwangi; dan 6 jam (265 Km) dari Surabaya. Untuk memasuki kawasan savana Bekol, pengunjung dapat menempuh menggunakan sepeda motor maoun mobil dengan jarak 12 Km dari pintu masuk Batangan. Selama perjalanan menuju Bekol, pengunjung dapat menikmati keindahan Evergreen Forest, yang hijau sepanjang tahun. 


Alhamdulillah  keluar di Rubrik Pariwisata koran 'Kedaulatan Rakyat', Ahad 28 Agustus 2011

Bahkan pengunjung juga dapat menemui satwa liar seperti rusa, kijang, ayam hutan berjalan menyeberang jalur Batangan-Bekol maupun di pinggir jalan.  Bekol memiliki daya tarik berupa hamparan savana yang luas. Bekol inilah yang dijuluki Africa van Java. Lokasi ini ideal untuk menikmati atraksi satwa seperti rusa, banteng, kerbau liar, kijang, ajag, lutung, monyet ekor panjang dan aneka jenis burung. Keanekaragaman jenis burung di savana Bekol cukup tinggi, diantaranya adalah merbah cerukcuk, kutilang, tekukur, srigunting, cabe jawa, ayam hutan hijau dan merah, merak hijau, kapinis, cekakak, cipoh, pergam, bondol, layang-layang dan lain-lain.
Sarana dan prasarana yang ada di sekitar objek wisata ini tergolong baik, diantaranya menara pengintai, pesanggrahan, mushola, wc, wisma tamu, wisma peneliti serta kantin. Kekhasan dari Bekol yakni adanya menara pengintai untuk menikmati keindahan lanskap penyusun TN Baluran yang dimulai dari pantai, hutan mangrove, hutan pantai, savana, evergreen forest, hutan musim sampai panorama Gunung Baluran. Selain itu dari menara pengintai juga dapat menikmati sunrise di Pantai Bama dan sunset di Gunung Baluran.

Puas menikmati Bekol, pengunjung dapat melanjutkan ke pantai Bama, yang hanya berjarak 3 Km. Pantai Bama menawarkan alternatif pilihan, disini matahari terbit (sunrise-nya) pulau Jawa dapat disaksikan keindahannya. Keindahan Pantai Bama dan sekitarnya yang relatif masih bersih dari limbah; serta terumbu karang dan ikan hias menjadi daya tarik bagi pengunjung yang suka berenang, snorkeling, dan menyelam. Pantai Bama dikelilingi oleh hutan mangrove yang memiliki jenis flora seperti Rhizophora muncronata, Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba.
Satwa liar yang dapat ditemukan diantaranya adalah monyet ekor panjang, lutung, bajing, kalong, biawak, rusa, kucing hutan, jelarang, tupai; dan berbagai jenis burung yaitu cekakak sungai, tekukur, pergam, cipoh, julang emas, kangkareng, elang ular, kuntul kerbau, wiwik, cinenen jawa, perenjak, merbah cerukcuk dan trinil karang. Sepanjang perjalanan menuju Bama terlihat flora dan fauna di kanan dan kiri jalan baik di savana maupun hutan pantai. Sarana dan prasarana yang ada di sekitar objek wisata ini tergolong baik, diantaranya pesanggrahan, mushola, wc, kantin, serta sarana outbond.
Obyek wisata lain di Baluran yakni Gunung Baluran, Pantai Balanan, Pantai Bilik, Pantai Sijile, Candi Bang, dan Teluk Air Tawar. Tidak setiap hari kawasan ini ramai dikunjungi, hanya pada hari Minggu atau liburan banyak pengunjung. Untuk masuk kawasan, setiap pengunjung dipungut Rp 2500,-; sepeda motor Rp 3 ribu; dan mobil Rp 6 ribu. “Baluran merupakan lokasi favorit bagi birdwacher (pengamat burung),’’ ujar seorang peserta 2nd Annual Baluran-PLN Birding Competition, pertengahan Juli 2011 lalu.

Jumat, 22 April 2011

GHAZWUL FIKR (Perang Pemikiran)


“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.”
(Q.S. Lukman: 6)

Pengertian ghazwul fikr dapat dilihat dari segi bahasa dan segi istilah. Ghazwul secara bahasa artinya serangan, serbuan, invasi, sedangkan fikr adalah pemikiran. Sedangkan secara istilah ghazwul fikr artinya penyerangan dengan berbagai cara terhadp pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal yang tidak islami.

Mengapa kita harus memahami ghazwul fikr? karena ghazwul fikr itu sangat penting bagi kita kita, yaitu :

1. Mengenal musuh Islam.
2. Mengenal sarana-sarana yang dapat memukul Islam
3. Mengenal keadaan alam Islam
4. Menghindari keraguan dalam Islam.
5. Menjadikan dakwah kepada Allah dengan melihat ayat-ayat-Nya.

Adapun sasaran dari ghazwul fikr itu sendiri antara lain :

1. Menjauhkan umat Islam dari diennya.
2. Berusaha memasukkan orang yang kosong keislamannya kedalam agama kafir.
3. Memadamkan cahaya Allah.

Sedangkan metoda-metoda ghazwul fikr antara lain :

1. Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas.
a.   Tasykik (Pendangkalan/peragu-raguan), yaitu gerakan yang berupaya menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum muslimin terhadap agamanya.
b.  Pencemaran/pelecehan, yaitu upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggan kaum muslimin terhadap Islam dan menggambarkan Islam secara buruk.
c.  Tadhlil (penyesatan), yaitu upaya orang kafir untuk menyesatkan umat Islam dengan cara halus sampai kasar.
d.   Taghrib (westernisasi), yaitu gerakan yang sasarannya untuk mengeliminasi Islam, mendorong kaum muslimin untuk menerima seluruh pemikiran dan perilaku barat.

2. Menyerang Islam dari dalam
a.    Penyebaran sekularisme, yaitu usaha memecahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
b.    Penyebaran nasionalisme, pluralisme, dll yang dapat membunuh ruh ukhuwah islamiyah.
c.    Pengrusakan akhlak umat Islam terutama generasi mudanya.
Ghazwul fikr dapat menyebar melalui berbagai sarana, yang dikenal dengan 3F dan 5S, dimana 3F itu terdiri dari Food (makanan), Fun (Hiburan), Fashion (Cara berpakaian). Sedangkan 5S terdiri dari Song (lagu), Sex, Sport (olahraga), Shopping (berbelanja/konsumerisme), dan Science (ilmu pengetahuan).
Adian Husaini menyebutkan Zionisme menyebar melalui 3 bidang, yaitu: 1. Ekonomi; 2. Militer; 3. Lifestyle.

Ghazwul fikr dapat menyebabkan berbagai hal antara lain :
  1. Umat Islam menyimpang dari Al Qur’an dan As Sunnah.
  2. umat Islam menjadi minder dan rendah diri
  3. umat Islam menjadi ikut-ikutan terhadap budaya orang kafir
  4. umat Islam menjadi tepecah belah.
Strategi Belanda dalam menghadapi Islam di Indonesia (Dr. Snouck Hungronje):

1.    1. Ummat Islam jangan diberi kesempatan berpolitik dengan landasan agamanya.
     Berapa banyak partai Islam di Indonesia? Bagaimana kondisinya?

2.    2. Mendatangkan sekolah nasrani sebagai misi zending agar anak dididik terpisah dari agamanya.
     Yang diserang generasi mudanya. Saat ini sudah mulai menyerang balita melalui baby sitter. Tujuan utama   
     adalah: iman mengambang (minimal) dan murtad (maksimal).

3.    3. Ummat Islam dipecah-pecah menjadi beberapa golongan.
    Menjadi Islam Abangan dan Putihan (kasus Sarekat Islam). Putihan dipecah lagi menjadi modern & 
    tradisional; dlsb.

4.    4.  Memecah belah pemuka adat dan ulama.
      Adu domba, spt kasus perang paderi, P. Diponegoro, dlsb.

5.    5. Politik ‘gula-gula’
    Ummat Islam jangan diperangi tetapi didekati melalui pemberian fasilitas ibadah ritual, tidak boleh 
     berpolitik; seperti: dibangunkan masjid2; pemberangkatan haji; adanya pemberian gelar haji; dlsb.

Kunci agar Islam bersatu:
1.   1. Islam mempunyai pedoman hidup yang sama; yaitu Al-Qur’an. Pelajari dan amalkan!
2.   2. Menyambung silaturrahmi, merajut tali ukhuwah Islamiyah.
3.   3. Menyadari bahwa kebenaran sejati hanya dari Allah, yaitu dengan:
§  Jangan menggunakan pendekatan konflik dalam memecahkan masalah, tetapi dengan musyawarah bil ma’ruf (Q.S. Ali-Imran: 102)
§  Menumbuhkan kerja yang bersifat Islamiyah (Q.S. Al-Maidah: 2)

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. At-Taubah: 115)

@patangpuluhan 22-4-2011, saat mencari bahan kajian taklim.

Kamis, 24 Maret 2011

KITA-LAH YANG BUTUH DAKWAH


Suatu hari saya dan istri berdiskusi tentang peta dan kondisi dakwah di kampung. Mulai dari pengurus yang ‘mbalelo’, bidang kaderisasi yang tidak jalan, sampai lemahnya komitmen mengikuti ta’lim. Akhir diskusi diambil kesimpulan bahwa silakan bagi pengurus atau aktivis yang ‘mbalelo’ boleh keluar dari gerakan dakwah ini.

Memang kelangsungan dakwah telah mendapatkan jaminan dari Allah SWT. Akan tetapi ia juga berhubungan dengan kontribusi dakwah. Ia ibarat tetesan darah yang memperpanjang usia perjalanan dakwah ini. Oleh karenanya pengorbanan aktivis terhadap dakwah menjadi sangat vital.

Dakwah bisa terus berjalan atau mandeg lantaran pengorbanan aktivis dan pengurusnya. Mereka yang terdepan dalam memberikan kontribusinya, merekalah yang menjadi pelangsung dakwah. Sebaliknya mereka yang manja dan lemah, menjadi penyebab mandul atau matinya dakwah. Karena mereka tidak memberikan pengorbanan, Allah SWT akan menggatikannya dengan aktivis yang lainnya. Hal itu terjadi untuk mensinambungkan gerak perjalanan dakwah.

Piknik TPA Baiturrahim Patangpuluhan tahun 2000

“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)”. (Q.S. Muhammad: 38)

Rasulullah saw. bersabda, ”Senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang menyeru dan menegakkan kebenaran, sampai datang kepada mereka ketentuan Allah (kemenangan).” (HR. Bukhari)
Dakwah tidak membutuhkan seseorang yang lemah dan manja. Kita-lah yang butuh dakwah, kita-lah yang butuh ta’lim/pengajian; karena kita sangat membutuhkan Rahmat-Nya. Kereta dakwah ini tetap berjalan dengan atau tanpa kita.

Kaliurang/kantor BTNGM, 24-3-2011