Jumat, 07 September 2012

Catatan Perjalanan Beijing, China (2): Yakinlah, Allah senantiasa bersama kita - Bagian 1


Sempat tidak percaya aku bisa menginjakkan kaki di ibukota tirai bambu, saat pesawat Cina Air (CA 978) landing di Beijing International Airport pukul 11.0 WIB ata0u 12.00 waktu Beijing.

Pesawat Air China Ca-978 saat landing di Beijing Airport

Malamnya saat menunggu di ruang boarding di Terminal 2 Gate E1 Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta terbersit keinginan untuk tidak jadi terbang ke Beijing. Karena apa? Kesendirian dan kesepian.
Saat penumpang CA 978 menunggu keberangkatan dengan bercengkerama bersama keluarga dan teman, aku kesepian dalam kesendirian.
Aku coba ngajak kenalan seorang Chinese-Indo yang memakai kaos kuning. Tubuhnya agak gemuk, gempal, pakai kacamata, rambut cepak, dan tentu berkulit kuning. Ternyata tujuannya ke Xiamen. Ya, pesawat CA 978 akan transit di Xiamen. Namanya Edwin. Dia akan melanjutkan sekolah bahasa di Xiamen. Edwin dikirim Pamannya untuk sekolah. Edwin bekerja di perusahaan Pamannya di Bau-bau, Sulawesi.
Aku pun cerita tentang tujuanku ke Beijing.
Dia menawari mengajari dasar-dasar Bahasa Mandarin, begitu aku cerita kemampuan bahasa Mandarinku masih nol. Dia mengajari cara memesan makanan, terutama yang halal.
Seperti saya tidak makan daging babi= Wo bu chi zhu rou.
Edwin aku tanya tahu tidak alamat Beijing Forestry University yang aku tuju. Ternyata dia tidak tahu, karena belum pernah ke Beijing. Dia salut kepadaku yang berani sendirian ke China, padahal buta dengan kondisi China serta kemampuan bahasa Mandarin yang nol.
Beberapa saat kemudian temannya datang. Pakaiannya necis-rapi sekali. Pakai kemeja hitam dibalut jas dan celana warna putih. Badannya agak kurus sedikit, pakai kacamata frame berwarna hitam, dengan rambut model bandboys Korea, dan kulit kuning. Dia menyapa Edwin. Langsung aja oleh Edwin diminta untuk mengajariku seluk-beluk Beijing.
Namanya David, dia pernah ke Beijing. Tujuannya sama dengan Edwin, ke Xiamen. Aku beritahu tujuanku ke Beijing, dan disarankan pihak sponsor beasiswa untuk naik taksi dari bandara ke kampus. Aku tunjukkan cetakan print dari email APFNet, berikut peta kampus.
Dia geleng-geleng kepala, katanya: “Wah kebangetan sekali nih, ngasih informasi tidak lengkap. Apalagi tidak dijemput di Bandara. Sopir-sopir taksi di Beijing juga banyak ‘penjahatnya’. Mas harus ekstra hati-hati.”
Serrr .. jantungku sempat nyut-nyut, begitu mendengar paparan David. Terlintas untuk balik kanan, tidak jadi sekolah. Tapi aku sudah terlanjur ngurus segalanya yang menghabiskan uang, waktu dan energi. Juga sudah pamitan.
Teringat saat susahnya dan lamanya mengurus paspor dinas dan visa di biro KLN Setditjen PHKA. Teringat saat perpisahan dengan orang-orang tercinta.
Dalam hati aku berdoa, sangat berharap pada Allah agar memudahkan dan melancarkan urusanku. Ya Allah .. bantulah hamba-Mu ini.
Aku segera telpon teman ikhwah yang juga sekolah S2 di Beijing, pada jam 00.30. tidak ada jawaban. Akhirnya aku kirim sms ke dia. “Aslm akhi afwn malam2 telpn. Mau minta tolong, bisakah antm meminta Fauzi utk jemput sy di airport? barusan sy tlpn tdk nyambung. Jzkhr. Wslm.
Akhirnya tiba waktu pemberangkatan, Edwin dan David duluan antri masuk, karena mereka mendapat kartu hijau yang berarti duluan masuk. Aku nunggu sebentar. Kulihat ada seorang lelaki yang duduk sendirian sambil membawa kartu kuning untuk masuk sama seperti punyaku. Aku ajak kenalan.
-bersambung-
Beijing, 3 September 2012, pukul 03.40 waktu China

Catatan Perjalanan Beijing, China (1): Pedihnya Berpisah dengan Orang-orang Tercinta


Pernahkah kamu berpisah dengan orang-orang yang kamu cintai untuk waktu yang lama? Bagaimanakah perasaanmu?
Perpisahan adalah suatu kepedihan. Tapi yakinlah kita semua pasti berpisah, yakni saat malaikat Izrail menjemput kita. Perpisahan di dunia hanyalah sementara. Apalagi jika berpisah itu untuk tujuan yang mulia, menegakkan agama-Nya, Allah akan senantiasa disampingnya.
3 hari sebelum berangkat ke Beijing, aku sempat stress dan ‘deg-degan’. Bukan hanya karena meninggalkan orang-orang tercinta, tapi paspor dan visa yang aku butuhkan belum beres. Akhirnya 2 jimat itu aku terima sehari sebelum berangkat, setelah melakukan perpisahan dengan jama’ah subuh masjid Baiturrahim, Patangpuluhan.
Hampir satu tahun ini aku mendapat amanah dari takmir masjid agar menjadi imam sholat subuh. Alhamdulillah tidak hanya menjadi imam, tapi juga menjadi muadzin. Suatu pekerjaan yang sangat mulia. Sebelum mengimami subuh, aku pamit kepada jama’ah sekaligus meminta doa. Ternyata ada beberapa bapak-bapak dan ibu-ibu yang menghampiriku setelah selesai sholat subuh untuk mengucapkan selamat jalan, serta mendoakan. Sungguh, saat itu aku sangat terharu.
Perpisahan yang juga sangat mengharukan adalah saat berpesan kepada bapak-ibu di dalam mobil sampir menyetir serta saat di bandara. Saat di dalam mobil itu aku hanya bisa berbicara singkat. Tek .. Ngomong menjadi tidak lancar..
“Bapak, selama aku tinggal sekolah, bapak harus perbanyak ibadah, usahakan selalu jama’ah di masjid.” Lanjut ke ibu, “Ibu jangan suka ngomong ke Azka-Ilmi nakal, bilang aja tidak sholih.“
Begitu pula saat pamitan kepada anak-anakku. Dengan menahan tangis aku ucapkan ke Azka dan Ilmi sambil kugendong satu-persatu: “Mas Azka/Dek Ilmi ayah ‘tindak’ (pergi) Beijing sekolah dan kerja, Mas Azka/Dek Ilmi di Jogja sekolah bareng bunda, Insya Allah kalau ada kesempatan nyusul Ayah ke Beijing.” Saat itulah yang paling mengharukan sepanjang hidupku.
Kepada istri, aku hanya bilang: “Tolong jaga anak-anak dan bapak-ibu.”  Istriku-pun hanya terdiam, tak kuasa bicara. Juga dengan yang mengantar: Bapak-Ibu Tempel, Bu Mah, Ningrum, Bu Nik, aku hanya bisa mengucap terima kasih sudah mengantar, mohon doa restu agar lancar semuanya.

Minggu, 24 Juni 2012

DAKWAH DUSTA


Ada sebuah kisah cantik yang dikutip oleh Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulwan dalam Taujih Ruhiyah-nya. Kisah menarik ini, atau yang semakna dengannya juga termaktub dalam karya agung Ibnul Qayyim Al Jauziyah yang khusus membahas para pencinta dan pemendam rindu, Raudhatul Muhibbin.

Ini kisah tentang seorang gadis yang sebegitu cantiknya. Dialah sang bunga di sebuah kota yang harumnya semerbak hingga negeri-negeri tetangga. Tak banyak yang pernah melihat wajahnya, sedikit yang pernah mendengar suaranya, dan bisa dihitung jari orang yang pernah berurusan dengannya. Dia seorang pemilik kecantikan yang terjaga bagaikan bidadari di taman surga.

Sebagaimana wajarnya, sang gadis juga memendam cinta. Cinta itu tumbuh, anehnya, kepada seorang pemuda yang belum pernah dilihatnya, belum pernah dia dengar suaranya, dan belum tergambar wujudnya dalam benak. Hanya karena kabar. Hanya karena cerita yang beredar. Bahwa pemuda ini tampan bagai Nabi Yusuf zaman ini. Bahwa akhlaqnya suci. Bahwa ilmunya tinggi. Bahwa keshalihannya membuat iri. Bahwa ketaqwaannya telah berulangkali teruji. Namanya kerap muncul dalam pembicaraan dan doa para ibu yang merindukan menantu.

Gadis pujaan itu telah kasmaran sejak didengarnya sang bibi berkisah tentang pemuda idaman. Tetapi begitulah, cinta itu terpisah oleh jarak, terkekang oleh waktu, tersekat oleh rasa asing dan ragu. Hingga hari itu pun tiba. Sang pemuda berkunjung ke kota si gadis untuk sebuah urusan. Dan cinta sang gadis tak lagi bisa menunggu. Ia telah terbakar rindu pada sosok yang bayangannya mengisi ruang hati. Meski tak pasti adakah benar yang ia bayangkan tentang matanya, tentang alisnya, tentang lesung pipitnya, tentang ketegapannya, tentang semuanya. Meski tak pasti apakah cintanya bersambut sama.

Maka ditulisnyalah surat itu, memohon bertemu.

Dan ia mendapat jawaban. ”Ya”, katanya.

Akhirnya mereka bertemu di satu tempat yang disepakati. Berdua saja. Awal-awal tak ada kata. Tapi bayangan masing-masing telah merasuk jauh menembus mata, menghadirkan rasa tak karuan dalam dada. Dan sang gadis yang mendapati bahwa apa yang ia bayangkan tak seberapa dibanding aslinya; kesantunannya, kelembutan suaranya, kegagahan sikapnya. Ia berkeringat dingin. Tapi diberanikannya bicara, karena demikianlah kebiasaan yang ada pada keluarganya.
”Maha Suci Allah”, kata si gadis sambil sekilas kembali memandang, ”Yang telah menganugerahi engkau wajah yang begitu tampan.”

Sang pemuda tersenyum. Ia menundukkan wajahnya. ”Andai saja kau lihat aku”, katanya, ”Sesudah tiga hari dikuburkan. Ketika cacing berpesta membusukkannya. Ketika ulat-ulat bersarang di mata. Ketika hancur wajah menjadi busuk bernanah. Anugerah ini begitu sementara. Janganlah kau tertipu olehnya.”

”Betapa inginnya aku”, kata si gadis, ”Meletakkan jemariku dalam genggaman tanganmu.”
Sang pemuda berkeringat dingin mendengarnya. Ia menjawab sambil tetap menunduk memejamkan mata. ”Tak kurang inginnya aku berbuat lebih dari itu. Tetapi coba bayangkan, kulit kita adalah api neraka; yang satu bagi yang lainnya. Tak berhak saling disentuhkan. Karena di akhirat kelak hanya akan menjadi rasa sakit. dan penyesalan yang tak berkesudahan.”

Si gadis ikut tertunduk. ”Tapi tahukah engkau”, katanya melanjutkan, ”Telah lama aku dilanda rindu, takut, dan sedih. Telah lama aku merindukan saat aku bisa meletakkan kepalaku di dadamu yang berdegub. Agar berkurang beban-beban. Agar Allah menghapus kesempitan dan kesusahan.”

”Jangan lakukan itu kecuali dengan haknya”, kata si pemuda. ”Sungguh kawan-kawan akrab pada hari kiamat satu sama lain akan menjadi seteru. Kecuali mereka yang bertaqwa.”



Kita cukupkan sampai di sini sang kisah. Mari kita dengar komentar Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulwan tentangnya. ”Apa yang kita pelajari dari kisah ini?”, demikian beliau bertanya. ”Sebuah kisah yang indah. Sarat dengan ’ibrah dan pelajaran. Kita lihat bahwa sang pemuda demikian fasih membimbing si gadis untuk menghayati kesucian dan ketaqwaan kepada Allah.”

”Tapi”, kata beliau memberi catatan. ”Dalam kisah indah ini kita tanpa sadar melupakan satu hal. Bahwa sang pemuda dan gadis melakukan pelanggaran syari’at. Bahwa sang pemuda mencampuradukkan kebenaran dan kebathilan. Bahwa ia meniupkan nafas da’wah dalam atmosfer yang ternoda. Dan dampaknya bisa kita lihat dalam kisah; sang gadis sama sekali tak mengindahkan da’wahnya. Bahkan ia makin berani dalam kata-kata; mengajukan permintaan-permintaan yang makin meninggi tingkat bahayanya dalam pandangan syari’at Allah.”

Ya. Dia sama sekali tak memperhatikan isi kalimat da’wah sang pemuda. Buktinya, kalimatnya makin berani dan menimbulkan syahwat dalam hati. Mula-mula hanya mengagumi wajah. Lalu membayangkan tangan bergandengan, jemarinya menyatu bertautan. Kemudian membayangkan berbaring dalam pelukan. Subhanallah, bagaimana jika percakapan diteruskan tanpa batas waktu?

”Kesalahan itu”, kata Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulwan memungkasi, ”Telah terjadi sejak awal.” Apa itu? ”Mereka berkhalwat! Mereka tak mengindahkan peringatan syari’at dan pesan Sang Nabi tentang hal yang satu ini.”

Ya. Mereka berkhalwat! Bersepi berduaan. Ya. Sang pemuda memang sedang berda’wah. Tapi meminjam istilah salah seorang Akh yang paling saya cintai dalam ’surat cinta’-nya yang masih saya simpan hingga kini, ini adalah ”Da’wah dusta!” Da’wah dusta. Da’wah dusta. Di jalan cinta para pejuang, mari kita hati-hati terhadap jebakan syaithan. Karena yang tampak indah selalu harus diperiksa dengan ukuran kebenaran.

taken from: Jalan Cinta Para Pejuang/Cinta Bersujud Di Mihrab Taat/Selingan Cinta dari Khazanah Lama by Salim A. Fillah


Perintah untuk tidak berkhalwat (berdua-duaan) antara seorang pria dan wanita yang bukan mahram selama ini dipatuhi seorang mukmin sebagai ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Tapi, jarang dari kita yang mengetahui alasan ilmiah di balik perintah itu.

Kenapa hal tersebut dilarang dan dianggap berbahaya oleh syariat Islam? Bagian tubuh kita yang mana yang ternyata berpengaruh terhadap kondisi khalwat itu?

Baru-baru ini, sebuah penelitian membuktikan bahaya berkhalwat tersebut.

Para peneliti di Universitas Valencia menegaskan bahwa seorang yang berkhalwat dengan wanita menjadi daya tarik yang akan menyebabkan kenaikan sekresi hormon kortisol. Kortisol adalah hormon yang bertanggung jawab terjadinya stres dalam tubuh. Meskipun subjek penelitian mencoba untuk melakukan penelitian atau hanya berpikir tentang wanita yang sendirian denganya hanya dalam sebuah simulasi penelitian. Namun hal tersebut tidak mampu mencegah tubuh dari sekresi hormon tersebut.

"Cukuplah anda duduk selama lima menit dengan seorang wanita. Anda akan memiliki proporsi tinggi dalam peningkatan hormon tersebut," inilah temuan studi ilmiah baru-baru ini yang dimuat pada Daily Telegraph!

Para ilmuwan mengatakan bahwa hormon kortisol sangat penting bagi tubuh dan berguna untuk kinerja tubuh tetapi dengan syarat mampu meningkatkan proporsi yang rendah, namun jika meningkat hormon dalam tubuh dan berulang terus proses tersebut, maka yang demikian dapat menyebabkan penyakit serius seperti penyakit jantung dan tekanan darah tinggi dan berakibat pada diabetes dan penyakit lainnya yang mungkin meningkatkan nafsu seksual.

Bentuk yang menyerupai alat proses hormon penelitian tersebut berkata bahwa stres yang tinggi hanya terjadi ketika seorang laki-laki berkhalwat dengan wanita asing (bukan mahram), dan stres tersebut akan terus meningkat pada saat wanitanyamemiliki daya tarik lebih besar! Tentu saja, ketika seorang pria bersama dengan wanita yang merupakan saudaranya sendiri atau saudara dekat atau ibunya sendiri tidak akan terjadi efek dari hormon kortisol. Seperti halnya ketika pria duduk dengan seorang pria aneh, hormon ini tidak naik. Hanya ketika sendirian dengan seorang pria dan seorang wanita yang aneh!

Para peneliti mengatakan bahwa pria ketika ada perempuan asing disisinya, dirinya dapat membayangkan bagaimana membangun hubungan dengannya (jika tidak emosional), dan dalam penelitian lain, para ilmuwan menekankan bahwa situasi ini (untuk melihat wanita dan berpikir tentang mereka) jika diulang, mereka memimpin dari waktu ke waktu untuk penyakit kronis dan masalah psikologis seperti depresi.
Nabi saw mengharaman khalwat

Kita semua tahu hadits yang terkenal yang mengatakan: "Tidaknya ada orang yang seorang laki-laki berkhlawat dengan wanita kecuali setan adalah yang ketiga, hadits ini menegaskan diharamkannya berkhalwat bagi seorang pria dengan wanita asing atau bukan mahramnyaI . karena itu Nabi saw melalui syariat ini menginginkan kita menghindari banyak penyakit sosial dan fisik.

Ketika seorang beriman mampu menghindari diri dari melihat wanita (yang bukan mahram) dan menghindari diri dari berkhalwat dengan mereka, maka ia mampu mencegah penyebaran amoralitas dan dengan demikian melindungi masyarakat dari penyakit epidemi dan masalah sosial, dan mencegah individu dari berbagai penyakit ...
Kami sampaikan kepada mereka yang tidak puas dengan agama kami yang hanif: Bukankah Islam sebagai agama layak dihormati dan diikuti?

Sabtu, 31 Maret 2012

EARTH HOUR DAN DEMO BBM

Aksi demonstrasi penolakan kenaikan BBM semakin ramai dan meluas mendekati akhir bulan Maret. Ada hal penting yang justru dilupakan demonstran dalam aksinya, yakni perlunya penghematan energi berbahan bakar fosil. Akan lebih bijak jika demonstran tidak hanya mendemo kenaikan harga BBM, tetapi juga berkampanye menyadarkan masyarakat akan dampak energi tak terbaharui ini. 

Salah satu kampanye penghematan energi adalah melakukan gerakan Earth Hour. Ide dasar Earth Hour adalah disebabkan ketergantungan manusia kepada listrik yang notabene sebagian berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam). Bahan bakar ini mengeluarkan gas rumah kaca (GRK) berupa karbon dioksida (CO2), dan terbukti berakibat langsung terhadap kenaikan dramatis suhu rata-rata Bumi. 

Dimuat di OPINI Kedaulatan Rakyat, Sabtu, 31 Maret 2012

Pemanasan global ini menyebabkan naiknya permukaan air laut, kebakaran hutan, pemutihan karang di laut, perubahan iklim, dan potensi kepunahan yang besar terhadap keanekaragaman hayati, terutama yang hidup di suhu tropis, baik di pesisir maupun yang tinggal di dekat hutan. Dampak pemanasan global ini sudah dipastikan akan mempengaruhi lingkungan hidup yang menjadi tempat hidup manusia.

          Earth hour merupakan sebuah kegiatan yang sudah menjadi agenda Badan Pelestarian Flora-Fauna Dunia ‘WWF’ (World Wildlife Fund) dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya hemat energi dalam mengatasi pemanasan global. Berawal dari kota Sidney (Australia) pada tahun 2007 yang diikuti 2,2 juta partisipan, lalu berkembang hingga tahun 2012 ini akan diikuti lebih dari 135 negara di seluruh dunia (WWF, 2012).  

       Tujuan awal Earth Hour adalah mengurangi gas rumah kaca di kota Sydney tersebut sebanyak 5%. Earth Hour dilakukan dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai, baik di rumah maupun kantor selama 1 jam.

Kampanye Earth Hour dilakukan setiap Sabtu terakhir bulan Maret. Untuk tahun ini dilaksanakan pada tanggal 31 Maret. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, aksi Earth Hour 2012 akan digelar di 18 kota di Indonesia. 

Jakarta terpilih sebagai tuan rumah Earth Hour 2012. Sedangkan Yogyakarta turut meramaikan dengan memadamkan lampu di lokasi-lokasi yang menjadi ikon kota yang disebut Kota Pelajar itu. Sri Sultan Hamengku Buwono juga menjadi Duta Earth Hour 2012 untuk Provinsi DIY.

“Tahun 2011 lalu, Yogyakarta memadamkan beberapa ikon seperti Candi Prambanan, Monumen Yogyakarta, sepanjang Jalan Mangkubumi dan Tugu Adipura,” kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X (Anonim, 2012). Tahun ini, sepanjang jalan Malioboro, Keraton Yogyakarta, dan Puro Pakualaman akan turut berperan serta dalam Earth Hour 2012 dengan memadamkan lampu selama satu jam.

Seremonial Earth Hour 2012 di Yogyakarta dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 Maret 2012 pukul 20.30 – 21.30 WIB di Pagelaran Kraton Yogyakarta. Ditegaskan oleh Sri Sultan, jika Earth Hour ini bisa menjadi awal perubahan gaya hidup yang hemat energi. Gerakan ini juga bisa menjadi pesan untuk diri sendiri, keluarga, perkantoran, dan masyarakat luas. 

          Kampanye Earth Hour juga merupakan ajakan pada masyarakat agar menyadari bahwa BBM yang berasal dari energi tak terbaharukan akan tetap mengalami kenaikan. Oleh karena itu, disamping dilakukan penghematan juga mencari alternatif pengganti BBM yang murah dan ramah lingkungan.

OBYEK WISATA DELES INDAH: BERBURU FOTO SUNRISE DAN PUNCAK MERAPI

Rasa capek meniti bukit terjal langsung hilang begitu melihat Sang Mentari pagi terbit. Langit di ujung Timur sontak berwarna kemerahan, begitu ‘lingkaran kuning kemerahan’ muncul dari samping bukit. Seketika itu juga suara Ayam hutan hijau (Gallus varius) terdengar berkokok. Burung lain tidak tinggal diam, Kangkok ranting (Cuculus saturatus), Ciung batu kecil (Myophoneus glaucinus), Cicak koreng Jawa (Megalurus palustris), Kutilang (Pycnonotus aurigaster) mulai melakukan aktivitas pagi.

Bersama Bapak Risman Marah (fotografer dan dosen ISI Yogyakarta), kami fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) hunting (berburu) foto sunrise (matahari terbit) di kawasan wisata alam Deles Indah, Kecamatan Kemalang, Klaten (13/2/2012). Lokasi tepatnya berada di Blok Ngebak kawasanTNGM sekitar 1 Km dari pintu loket Deles Indah. Jarak kawasan wisata Deles Indah dari kota Yogyakarta sekitar 45 Km. Paling mudah dicapai melalui Pabrik Gula Gondang, Jogonalan, Klaten.

Dimuat di Rubrik Pariwisata Kedaulatan Rakyat, Ahad, 18 Maret 2012 

Lebih dari setengah perjalanan dapat ditempuh menggunakan kendaraan, sisanya harus melakukan tracking (pendakian). Perjalanan tracking kami lakukan pukul 04.00 WIB pagi agar tidak terlambat memperoleh foto sunrise.  Sepanjang jalur tracking didominasi vegetasi rumput dan Akasia dekuren, karena setengah dari kawasan Deles terkena dampak erupsi Merapi tahun 2010. Perjalanan selama 30 menit berakhir di puncak bukit Blok Ngebak. Beratnya ‘siksaan’ bagi yang jarang melakukan petualangan di alam seolah habis terbayarkan dengan melihat keindahan panorama Puncak Merapi, sunrise, dan Klaten-Sleman. 

Begitu sampai lokasi puncak, kami segera melakukan sholat Subuh. Alat-alat fotografi seperti tripod segera kami pasang menghadap Puncak Merapi dan Matahari terbit. Perbekalan makanan ringan, minuman hangat, dan tentu pakaian hangat kami persiapkan. Angin di kawasan ini bertiup cukup kencang, karena pepohonan penghalang di bukit hilang tersapu awan panas.

Di tempat ini bentuk asli terbaru Puncak Merapi sangat terlihat jelas. Puncak Merapi terlihat ‘kroak’ (terbelah dua) dengan alur Sungai Gendol sebagai potongannya. Di lokasi ini jadi tahu sebab awan panas (pyroclastic flow) mengalir melalui Sungai Gendol. Tampak Bukit Kendil masih berdiri kokoh. Bukit inilah yang menjadi perisai Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang-Klaten dari awan panas erupsi Merapi. Seandainya Bukit Kendil ikut runtuh, Desa Sidorejo kemungkinan besar habis ikut tersapu awan panas.

Puas memotret sunrise, kami mengalihkan pada panorama Puncak Merapi dan sekitarnya. Hanya sebentar kami memperoleh gambar Puncak Merapi, karena kabut segera menutupinya. Beberapa teman PEH TNGM memotret pemandangan di bawah Merapi, seperti desa-desa di Klaten dan Sleman. Tepat pukul 6.30 kami turun, karena kabut mulai menghampiri. 

Jika beruntung, saat tracking di kawasan ini dapat menjumpai Kijang (Muntiacus muntjak), Ayam hutan hijau dan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Selain cocok untuk petualangan alam, seperti tracking dan hunting foto panorama Merapi, kawasan wisata Deles Indah juga cocok untuk wisata keluarga dan outbond. Suasana yang relatif sepi dan sunyi semakin menambah kedekatan untuk bercengkerama dengan alam Merapi. 

Foto-foto sun rise tahun 2014 di Deles, Klaten:





sunrise dari kamera termos

 Puncak Merapi dari obyek wisata Deles Indah, TNGM










Puncak Merapi dari obyek wisata Deles Indah, TNGM dengan kamera infra red

Pengunjung sekaligus fotografer di obwis Deles Indah