Rabu, 14 November 2012

IDUL QURBAN (IDUL ADHA) DI BEIJING



Hari raya Idul Adha di China jatuh pada hari Jumat tanggal 26 Oktober 2012. Etnik-etnik Muslim di Tiongkok, seperti Hui dan Uyghur di Ningxia dan Xinjiang merayakan hari raya dengan meriah. Di Beijing sendiri ada 20 masjid yang menjadi lokasi sangat bersejarah. Bangunannya masih terjada keasliannya.

Kami mahasiswa Master dan PhD muslim dari Indonesia (12 orang) memilih untuk melaksanakan sholat di masjid Madian. Masjid yang berlokasi di jalan Madian Selatan, Distrik Haidian merupakan salah satu masjid terkenal di Beijing, karena dibangun pada masa pemerintahan Kaisar Kangxi (Dinasti Qing) lebih 300 tahun yang lalu. Luasnya 3,800 meter persegi.

Aku berangkat dari apartemen pukul 07.15 menuju Beihang University untuk kumpul di apartemen teman-teman Indonesia. Beihang adalah perguruan tinggi aeronautica dan astronomi. Teman-teman LAPAN Kemenristek banyak yang studi disini. Kami berangkat dari Beihang pukul 08.00 menuju stasiun subway/kereta Zhicunlu yang ada di Selatan kampus Beihang.

Sepanjang jalan kami bertemu saudara-saudara muslim yang juga akan berangkat sholat Ied. Mayoritas dari Pakistan. Mahasiswa Pakistan banyak yang studi di Beihang, tak heran teknologi mereka cukup maju. Mungkin China mendorong Pakistan agar studi disini, karena China dan Pakistan menganggap India sebagai ‘musuh’.

Pakistan sering terlibat kontak senjata dengan India karena masalah perbatasan wilayah. Sedangkan China geram dengan India karena melindungi pengikut Dalai Lama di Tibet yang tidak mau menyatu dengan China. Orang Pakistan memilih sholat Ied di kedutaan mereka. Ada 2 kedubes yang menyelenggarakan sholat Ied, yakni Kedubes Pakistan dan Sudan.

Temannya Uvi, seorang putri dari Vietnam juga ikut. Temannya memakai celana panjang dan baju serta kerudung yang hanya dipasang seperti selendang di kepala. Ternyata non-muslim. Dia ikut karena ingin menyaksikan secara langsung. Semoga dapat hidayah untuk memeluk Islam. Amiin.

Sampai di Zhicunlu, kami langsung naik subway melewati 3 stasiun untuk menuju  stasiun Jindamen. Begitu sampai Jindamen, kami keluar dan jalan kaki sekitar 500 meter menuju Masjid Maidian.

Tiba di Masjid Madian pukul 08.45 waktu China (07.40 WIB). Masjid tampak ramai, walaupun cuaca mendung dan agak dingin. Alhamdulillah kami masih dapat tempat walaupun di halaman depan masjid, karena dalam masjid sudah penuh jama’ah. Di halaman sudah dipasang karpet hijau untuk alas sholat. Tidak ada gema takbir seperti di Indonesia.

 Suasana Masjid Maidian sebelum sholat Idul Adha

Sekitar pukul 08.45 terdengar alunan bacaan Qur’an dengan logat yang aneh bagi kami. Ternyata bacaan ayat kursi dan surat di juz 30. Tepat pukul 09.00 ada ceramah dalam bahasa China. Kami mencoba mencerna isi pengajiannya, walaupun sangat sulit, karena kemampuan bahasa China kami masih sangat terbatas.

Suasana jadi tambah dingin. Sekitar pukul 09.30 masuklah ke dalam masjid beberapa tetua takmir masjid Madian dengan pakaian gamis warna putih dan surban putih serta membawa dupa. Tercium bau wangi. Kemudian terdengar perintah untuk persiapan sholat Idul Adha.

 Tetua takmir masjid memasuki masjid Maidian

Takbiratul Ikhram raka’at pertama ternyata 5 kali, sedangkan pada raka’at kedua takbiratul ikhram ada pada sebelum rukuk sebanyak 3 kali. Hampir semua dari kami terlanjur rukuk, bahkan ada teman yang hampir akan sujud. Selesai sholat kami semuanya tersenyum penuh arti, menyadari perbedaan dengan yang ada di Indonesia.

Selesai sholat dilanjutkan khutbah dalam bahasa Arab selama 7 menit. Kemudian tiba-tiba jama’ah berdiri semua dalam posisi akan sholat. Ternyata jama’ah sholat munfarid (sendiri). Kami duga sholat sunnah, akhirnya kami niatkan untuk sholat dhuha.

Setelah sholat sunnah, acara sholat Ied selesai. Di dekat pintu keluar masjid ternyata ada stand pembagian bubur dan roti untuk jama’ah. Suasana ramai-penuh sesak, berebut makanan. Setelah antrian berkurang, kami ikut antri untuk mendapatkan bubur. Kami ingin mencobanya. Kelihatan seperti bubur kacang hijau. Kondisi diluar yang dingin memicu untuk makan bubur panas.

 Bubur kambing

Akhirnya kami memperoleh bubur yang dibungkus mangkuk plastik bening dengan tutupnya. Kami tidak kebagian roti karena sudah habis. Beberapa saat setelah mencicipi bubur tersebut, kesan kami semuanya sama, “Bubur yang aneh.” Sepertinya terbuat dari kacang merah dengan campuran daging kambing.

Rasanya agak asin, dengan bau khas daging kambing, ‘prengus.’ Kami tidak kuat menghabiskannya. Hanya bertahan 3 sampai 5 suap saja. Banyak juga orang China yang habis memakannya. Mungkin sudah biasa bagi mereka.

Dari masjid Madian kami langsung menuju asrama mahasiswa asing Beihang University. 7 orang dari kami studi di kampus ini telah memasak masakan khas Indonesia, yakni rendang. Sehari sebelum Idul Adha beberapa teman dari Beihang ternyata sudah membeli daging di toko muslim. Ada yang membawa bumbu masak rendang, sehingga malam sebelum Idul Adha dapat langsung dimasak.

Kami semua memakannya dengan lahap, karena merupakan masakan langka disini. Acara ini sangat berkesan bagi kami yang jauh dari keluarga, sehingga tetap dapat merayakan hari besar. Semoga ke depan dapat semakin meningkatkan tali silaturrahim diantara muslim Indonesia di Beijing.

Beijing, 26 Oktober 2012, pukul 23.00 Waktu Beijing

Minggu, 30 September 2012

Beijing, China (10): ANTARA PUASA DAUD DAN GODAAN WANITA


Hari kedua di Beijing, aku sangat ingin menjalankan puasa Syawal. Aku tidak tahu mengapa keinginan berpuasa sangat menggebu-gebu, mungkin aku sangat kesepian. Hanya Allah-lah teman terdekat. Sebelum sahur hari pertama aku sempatkan untuk sholat tahajud dahulu. Saat itulah sholatku benar-benar khusyuk. Surat Ar-Rahman yang aku lantunkan sampai meresap dalam hati.

Masjid Niu Jie, masjid tertua di China, terletak di kampung muslim di Beijing

Aku sahur dengan 1 butir telur asin yang aku bawa dari rumah Jogja; roti sobek sisa yang aku beli di Jakarta; dan minum sari kurma panas. Air panas aku peroleh dari wastafel, karena aku belum punya alat pemanas. Air wastafel aku setel sangat panas, mungkin menyamai suhu air mendidih. Sebetulnya aku tahu kalau air wastafel kurang begitu jernih, tapi dengan mengucap Bismillah tetap aku minum karena terpaksa. Puasa hari ketiga aku sudah membeli teko listrik seharga 20Yuan.

Alhamdulillah aku dapat menjalankan ibadah puasa Syawal penuh tanpa putus. Secara fisik tidak terlalu terasa lapar, karena masih berdekatan dengan puasa bulan Ramadhan. Akan tetapi, badan terasa capek, terutama kaki, karena satu minggu ‘dipaksa’ jalan kaki 1-3 Km tiap hari untuk mengurus registrasi. Memang orang-orang China terkenal dengan budaya jalan kaki dan bersepeda.

Selesai menjalankan puasa Syawal aku berniat meneruskan puasa Daud, setelah aku beri waktu 1 hari tidak puasa. Insya Allah niatku berpuasa Daud mengharap ridho Allah, agar betul-betul diberi kesehatan dan keselamatan, terutama keimanan selama studi di China. Selain itu juga ada niat untuk menghemat pengeluaran, karena di sini aku betul-betul hidup dari uang beasiswa, sisa uang beasiswa harus dapat aku gunakan untuk ongkos transportasi saat pulang ke Jogja. ATM gaji aku serahkan istri untuk keperluan keluarga.

Hari-hari pertama aku menginjakkan kaki di China, saat pertengahan akhir dari musim panas. Aku sangat kaget saat melihat beberapa wanita China maupun mahasiswi yang berpakaian mini dengan short-skirt (rok/celana pendek) yang memperlihatkan ‘putihnya’ ujung kaki sampai paha atas.  Pakaian itu juga mereka gunakan saat kuliah dalam kelas.

Aku bandingkan dengan teman mahasiswi dari Barat, seperti Eve dari USA malah berpakaian lebih sopan. Aku belum pernah melihat Eve memakai short-skirt, apalagi dalam kelas.
Oleh karena itu, puasa Daud sangat aku perlukan untuk menjaga keimanan, disamping harus Ghodul Bashor (menundukkan pandangan) saat berjumpa dengan ‘wanita’ penggoda iman.

Teman dari LIPI yang sebut saja namanya Tayo, yang juga sedang kuliah S2 di Beijing pernah menceritakan pengalaman pribadinya. Oh iya, Tayo saat ini tahun kedua di Beijing, 1 tahun lagi dia lulus dari Akademi Animal China. Tayo bercerita pernah diajak berhubungan seks dengan wanita pegawai kantor Universitasnya.

Tayo mengatakan bahwa dia sudah beristri dan mempunyai anak. Wanita itu malah mengatakan kalau dia ingin mencoba dengan laki-laki yang sudah berkeluarga. “Alhamdulillah mas, aku dapat menolaknya,” kata Tayo.
Wanita itu bertipe “Sex for Partner”, artinya berhubungan seks tanpa ada jalinan pacar apalagi pernikahan. Just for fun, hanya untuk pemuasan nafsu. Naudzubillahi min dzalik …

Pernah dalam Universitasnya Tayo ada 2 kejadian ketahuan membawa wanita masuk ke dalam kamar apartemennya. Akhirnya mereka dipermalukan di depan umum dengan memasang pengumuman melalui poster ditempel; serta didenda 2000 Yuan (1 Yuan= Rp. 1500,-).
“Kalau mujahid-mujahid berjihad dalam berperang, kita disini juga berjihad mas,” tambah Tayo.

Yah, aku sangat setuju dengan ucapannya. Kami menyadari sebagai seorang laki-laki normal dan sudah menikah, kami sangat lemah dalam menghadapi godaan wanita. Apalagi wanita-wanita China banyak yang cantik-cantik.
Hanya dengan bekal ibadah dan pertolongan dari-Nya semoga kami tetap istiqomah dalam keimanan. Amiin.

Beijing, 30 September 2012, pukul 16.00 waktu China

Beijing, China (9): MID-AUTUMN FESTIVAL: Sejarah Moon Cake


Tanggal 24 September 2012, kami mahasiswa Internasional diundang acara Mid-Autumn Festival, yakni acara yang digagas teman-teman Chinese untuk mempertemukan antara mahasiswa asing dan China. Lokasinya ada di Gedung nomor 3 lantai 7, ruangan nomor 703. Aku berangkat bersama teman-teman sesame penerima beasiswa APFNet, yakni Adli (Malaysia), Digambar Singh (Nepal), Hasan (Bangladesh); dan Dara (mahasiswa tahun kedua APFNet dari Kamboja) dan Mammoa (mahasiswa PhD dari Eithopia). 

Sampai lokasi ternyata sudah ada banyak teman-teman China, dan yang non-China hanya kami.
Acara dibuka oleh mahasiswa putri dengan bahasa Inggris yang lumayan bagus. Di China ini disamping ‘berhati-hati’ dengan wanita, kami juga salut dengan mereka karena kemampuan bahasa asing yang bagus dan sering membantu kami. Seperti penggagas dan organizer acara ini sebagian besar juga mahasiswa putri. Guru bahasa Mandarin kami juga 4 putri, hanya 1 putra.

Masing-masing kami mengenalkan diri, asal-usul, nama, hobi dan sebagainya, termasuk teman-teman putri kami dari APFNet yang datang terlambat. Kemudian pembaca acara menceritakan bahwa acara Mid-Autumn Festival adalah acara untuk memperingati cerita The Legend of Chang’e.

Menurut legenda Tionghoa, pernah terdapat 10 buah matahari di bumi ini dan masing-masing matahari secara bergiliran menerangi dan memberikan kehangatan ke bumi. Tetapi suatu saat semua matahari muncul secara bersama-sama sehingga menyebabkan bumi hangus karena terlalu panas. Bumi dapat diselamatkan berkat adanya seorang pemanah pemberani bernama Hou Yi yang berhasil memanah jatuh sembilan buah matahari.

Ilustrasi Hou Yi saat memanah 9 matahari

Hou Yi berhasil mendapatkan ramuan kehidupan untuk menyelamatkan rakyat dari pemerintahan yang kejam, namun sang istri meminumnya. Sehingga membuat istri Hou Yi terbang ke bulan. Lalu mulailah legenda adanya perempuan di bulan, yang mana gadis-gadis Cina merayakannya sebagai Perayaan Pertengahan Musim Gugur.

Ilustrasi Chang'e saat terbang ke Bulan

Biasanya Negara meliburkan 3 hari selama Mid-Autumn Festival. Setelah melihat tayangan video singkat animasi Chang’e, kami dibagikan script dialog singkat cerita Chang’e. kami dibagi 3 kelompok dan harus bermain peran dalam cerita Chang’e tersebut.

Aku satu kelompok dengan Digambar, kami mendapat bagian Scene 3, yakni terakhir. Aku kebagian peran menjadi Huo Yi, DIgambar menjadi Pengikut Huo Yi. Chang’e diperankan oleh Chenjing, mahasiswa putra berkacamata juga. Sangat bagus juga dia memerankan Chang’e, lucu, semua yang melihat ketawa.

Akhirnya pas jatahku berperan, aku juga agak ‘gila’. Saat cerita mencari Chang’e, aku contoh lawak khas Indonesia, aku cari Chang’e di laci dan kolong meja. Aktingku ini tidak sia-sia, aku menjadi pemeran terbaik dan dapat hadiah. Kami juga dijamu the tawar panas dan roti non-daging. Karena mereka meyakinkan tidak ada unsur daging, maka kami yang muslim berani memakannya. Enak juga rasanya.

Akting & dapat hadiah

Setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek, ketika bulan menunjukkan keindahan secara penuh, orang Tionghoa melihat ke bulan dan mengingat Chang-e dan legendanya.
Perayaan ini dikenal sebagai Mid-Autumn Festival atau Perayaan Pertengahan Musim Gugur, juga dikenal sebagai Perayaan Bulan. Acara ini juga untuk menandai kalau musim dingin (winter) akan segera datang. Makanan yang terkenal dalam perayaan ini adalah Moon Cake atau Roti Bulan. Roti berbentuk lingkaran seperti bulan dengan isi selai yang cukup lezat .. hmm, yummy ..

Moon Cake atau Roti Bulan

Beijing, 30 September 2012, pukul 16.40 waktu China

Beijing, China (8): JALAN KAKI ATAU BERSEPEDA


Beijing adalah kota terpadat di dunia, dengan penduduk sebanyak sekitar 22 juta. Bandingkan dengan Jakarta yang sebanyak 10 juta. Walaupun begitu, di Beijing jarang terjadi kemacetan seperti Jakarta.

Suasana jalan raya di kota Beijing, ada bus tingkat dan bus panjang (2 bus jadi satu).

Orang China punya kebiasaan jalan kaki dan bersepeda. Fasilitas transportasi sangat murah. Tiket bus di Beijing hanya 0,4 Yuan, atau sekitar Rp 600,-; sedangkan kereta api hanya 0,6 Yuan atau Rp 800,-.
Sepeda di Beijing juga sangat murah. Sepeda baru untuk dewasa paling murah sekitar 300 Yuan, sedangkan bekas dari harga 50-150 Yuan.

Sepeda-sepeda yang diparkir di depan apartemen mahasiswa Internasional (kiri). Orang China pilih berjalan kaki (kanan)

Hampir tiap trotoar (dekat bus stop atau stasiun MRT) disediakan tempat parkir sepeda. Baik siang maupun malam banyak sepeda diparkir, dan sangat jarang ada sepeda hilang dicuri.
Pekan pertama di Beijing memang aku rasakan kakiku pegal-pegal, karena hampir tiap hari berjalan kaki sejauh 1-5 Km. Lambat laun aku terbiasa, dan sangat menikmati.
Bila di Jogja untuk mencapai lokasi jarak 200 meter aja aku pakai sepeda motor. Sekarang jalan 1 Km tidak terasa, apalagi jika menuju Kantin/Restoran muslim PP 1 Km.

Aku memang ingin membeli sepeda, tapi yang bekas. Tapi aku tidak tergesa-gesa. Ada teman yang beli sepeda bekas seharga 100 Yuan, dan masih nyaman dipakai. Aku sudah menawar sepeda milih Ahmed, mahasiswa S3 dari Mesir yang sepedanya tidak dipakai, hanya ditaruh di dalam kamarnya. Tapi sudah 2 minggu ini dia tidak memberi kabar lagi.

Alhamdulillah aktifitas jalan kaki dan tiap hari makan makanan bergizi membuat aku sehat selama hampir satu bulan hidup di Beijing.
Oh iya, untuk menunjang fisik orang China sarapan pagi dengan telur, terutama telur rebus dan bubur encer dari beras maupun dari kacang merah. Makanan kaya protein ini sangat penting bagi orang China yang beraktifitas seharian dengan fisik, terutama jalan kaki dan bersepeda.

Kebiasaan ini juga aku lakukan, karena di China saat sarapan tidak ada nasi. Hanya ada telur rebus, bubur, dan mantao (bakpao) atau makanan seperti martabak isi telur dadar atau isi sayur.

Aku dan teman-teman sangat jarang makan siang. Kami hanya makan 2 kali, pagi dan malam. Untuk makan malam biasanya kami lakukan pukul 17.00 waktu China, karena restoran/kantin sudah tutup saat pukul 18.00. Biasanya aku memilih makan nasi dan sayuran, seperti ca brokoli, kembang kol, atau ‘orak-arik’ jamur kuping. Kandungan gizi dalam jamur kuping sangat tinggi, terutama untuk imunitas.

Ternyata kebiasaan ini ditambah puasa Daud dapat menyehatkan badan. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Aku bayangkan di rumah Jogja tiap hari tidak lepas dari sepeda motor, dan hampir tiap bulan ‘kerokan’ karena masuk angin.


Beijing, 30 September 2012, pukul 21.30 waktu China

Beijing, China (7): Tegakkan SHOLAT Dimanapun Berada!


Ya Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai Allah SWT? Rasulullah SAW menjawab, “Sholat tepat pada waktunya”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi, “kemudian apa lagi?” Rasulullah SAW menjawab, “berbakti kepada orang tua”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi, “kemudian apa lagi ya Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab, “berjihad di jalan Allah”. (HR. Mutafaq-alaih)

Sebelum berangkat ke China, beberapa teman yang sudah pernah tinggal di Luar Negeri pernah menceritakan lumayan susahnya menegakkan sholat. Dia sampai berwudhu di wastafel dan sholat di kamar mandi. Ternyata benar.
Di apartemen kampus jauh dari masjid. Aku dan teman-teman muslim harus naik bus sejauh 8-10 Km untuk menjalankan sholat Jumat. Di luar itu kami sholat di dalam apartemen.

Berwudhu di wastafel aku jalankan saat istirahat kuliah selama 20 menit. Ada kuliah Kehutanan dari pukul 13.30 sampai 17.00. Waktu sholat ashar adalah pukul 15.30.
Aku sangat ingin tetap menegakkan sholat di awal waktu, seperti saat di Jogja aku senantiasa sholat berjama’ah di masjid.
Saat istirahat kuliah Ekologi Hutan, aku menuju toilet untuk berwudhu dalam wastafel. Kaki juga aku basuh dalam wastafel. Oh iya, orang China rata-rata jorok dalam toilet. Sebagian toilet bau pesing dan kotor, karena hanya sedikit yang mau menyiram dengan air. Teman-teman Indonesia sampai tidak mau PUP di dalam toilet umum.

Saat bepergian, termasuk kuliah aku selalu membawa 1 botol plastik air minum kosong yang aku gunakan untuk membersihkan hadas kecil. Beberapa teman ada yang memakai tisu, tapi aku lebih mantap menggunakan air.
Selain botol plastik, di dalam tasku juga ada kertas Koran yang aku siapkan seandainya aku sholat tidak di dalam masjid atau apartemen. Untuk menentukan arah kiblat aku gunakan HP Samsung pocket Android. Aku hidupkan WIFI dan GPS, sehingga mudah untuk mencari arah Kiblat.

Perlengkapan sholat= botol mineral dan kertas koran.

Tiap lantai gedung kuliah ada satu ruangan kosong untuk istirahat dosen. Saat itu dalam ruangan kebetulan ada Prof. Sun Jianzi, pengajar Ekologi Hutan. Aku kemudian minta ijin menggunakan ruangan sebentar untuk beribadah. Beliau mengijinkan.
Akhirnya sholat ashar dapat aku jalankan di awal waktu. Sayang, teman lain yang muslim aku ajak tidak mau dengan alasan celananya kotor. Padahal aku sangat tahu bahwa kuliah selesai sangat mepet dengan waktu maghrib. Berat memang hidup ditengah-tengah masyarakat mayoritas non-muslim.

Selain keterbatasan ruang ibadah, kendala lain juga alat untuk berwudhu, terutama saat dingin menyergap. Seperti 2 hari lalu kondisi lumayan dingin, mandi harus pakai air hangat.
Untuk menyiasati tidak kedinginan saat wudhu, aku buat alat penampung air wudhu dari bekas botol air mineral kapasitas 5 Liter.
Bagian atas aku lubangi besar untuk mengisi air hangat dari wastafel, sedang bagian bawah aku lubangi kecil sebagai ‘pancuran’ air wudhu. Akhirnya botol air mineral yang tidak terpakai menjadi bermanfaat. Berwudhu-pun menjadi tidak dingin, terutama saat musim winter (dingin) satu bulan lagi.


Bekas botol mineral ukuran 5 Liter untuk alat wudhu air hangat

Sungguh aku merindukan suasana masjid, terutama setelah maghrib saat mengajar Iqro anak-anak. Suasana anak-anak riuh dan gembira di masjid betul-betul membuat kangen ..>;<..

Beijing, 30 September 2012, pukul 20.20 waktu China



Jumat, 07 September 2012

Catatan Perjalanan Beijing, China (6) : Wastafel Multifungsi


Tiap apartemen mahasiswa International mempunyai 2 kamar kecil, yakti toilet dan kamar mandi. Semua mempunyai wastafel. Untuk yang toilet, mempunyai WC duduk untuk buang air besar atau kecil mempunyai wastafel tepat di depan toilet. Juga ada cermin besar dan kran tegak mirip tempat wudhu di masjid.
          Sedangkan kamar kecilnya satunya memiliki shower dan wastafel juga cermin besar. Rupanya ini untuk mandi, sedang yang ada WC duduknya untuk buang hajat. Semuanya tidak ada ember maupun gayung.
          Bagiku tidak kenal perbedaan antara tempat mandi dan WC, harusnya cukup satu tempat saja. Awalnya setelah dapat kamar, aku mandi memakai shower. Untung sudah buang hajat di toilet depan Office.
Akhirnya setelah mengenal satu malam, dapat ide untuk mengubah toilet yang ada WCnya menjadi tempat mandi sekaligus. Wastafel yang ada di toilet aku manfaatkan sebagai ember. Lubang pembuangan air aku tutup, air aku alirkan. Bisa memilih air dingin, panas, atau hangat.
Untuk gayung, Alhamdulillah dibawakan Tupperware yang semula untuk tempat makan dapat berfungsi sebagai gayung. Akhirnya dapat mandi dengan nyaman dan hemat air. Begitu pula jika pas buang air besar bisa memakai air yang ditampung dalam wastafel. Jaraknya sangat dekat, bisa diraih tangan.
Dapat juga buang air besar sambil cukur kumis, hehehee .. Karena terbiasa buang hajat sambil jongkok, aku jadi tidak bisa duduk saat buang hajat. Akhirnya tetap jongkok, dan MERDEKA!!
Setelah 3 hari, kotak Tupperware itu aku pensiun-kan. Aku ganti dengan bekas botol mineral besar, ukuran 3,5 L yang aku potong setengah. Gayungnya jadi tambah lebih besar, dan lebih mantap.

Wastafel dan WC jaraknya berdekatan

Wastafel juga aku manfaatkan untuk cuci pakaian, maklum selang mesin cuci robek, jadi tidak dipakai. Wastafel diisi air, kemudian diberi sabun Attack, tinggal pakaian dimasukkan ke dalamnya. Cara ini mengingatkanku pada sebuah teman penjaga masjid di Yogyakarta.
Suatu saat pas aku main ke masjidnya, aku pergoki dia baru mencuci dengan memanfaatkan tempat wudhu untuk menaruh pakaian sambil dibilas sabun cuci. Oleh dia, pakaian yang bersabun itu tinggal diinjak-injak dan diucek-ucek sudah bersih. Ternyata cukup efektif dan efisien.
Beijing, 7 September 2012, pukul 19:27 waktu China

Catatan Perjalanan Beijing, China (5) : Yakinlah, Allah senantiasa di dekat kita - Bagian 3


Untuk menuju apartemenku, aku harus berjalan sekitar 500meter melewati gedung Museum of BFU, Library of BFU, Classroom Building dan beberapa apartemen mahasiswa. Tiba di apartemen nomor 7 aku diminta masuk, di samping pintu masuk adalah kamar nomor 701.
Lantai apartemen berupa keramik. Sempat aku lihat ada dapur dan mesin cuci. Kompor tidak ada. Kemudian aku mengikuti bapak petugas tersebut naik ke atas melewati tangga kayu “partikel board”. Kamarku ternyata nomor 704, berada paling pojok. Depan kamar adalah kamar nomor 702 dan 703.
Kamarku seukuran sekitar 6 x 2 meter. Ada rak buku yang jadi satu dengan meja belajar dengan kursi office; almari pakaian besar; dan spring bed  besar dengan sprei berwarna putih, 1 bantal, dan 1 selimut besar-tebal. Tas ransel aku masukkan ke dalam almari.

Fasilitas kamar = Meja belajar dan kursi office

Fasilitas kamar= big sofa & almari

Kemudian Bapak petugas tersebut menjelaskan dalam Bahasa Mandarin dimana aku jelas tidak memahaminya. Intinya listri di kamarku dan kamar umum belum bisa nyala, dan aku ditunjukkan pusat listrik yang harus dihidupkan dengan semacam pulsa listrik dari sebuah kartu. Akhirnya aku diminta untuk mengikutinya lagi.
Kali ini jalannya cukup jauh, sekitar 600 meter dari apartemen. Melewati gedung International Student Office. Ternyata Bapak tersebut mengajakku untuk membeli pulsa listrik 2 buah seharga masing-masing 20Yuan. Kemudian kami langsung balik ke apartemen.
Akhirnya aku ditunjukkan cara mengoperasikan listrik, termasuk menyalakan lampu dan AC kamar. Untuk kamar mandi dan WC ada di bawah; kami gunakan berempat seandainya semua kamar terisi penuh.
Kemudian Bapak tersebut pamit keluar lagi. Aku kembali masuk ke dalam kamar. Aku keluarkan barang-barang yang ada di dalam 2 tas, kemudian aku taruh di meja belajar. Pakaian aku masukkan ke dalam almari.
Karena capek, aku putuskan mandi. Dengan memakai shower, aku mandi air hangat. WC ada di sebelah kamar mandi. Tidak ada ember satupun, termasuk gayung. Wah nanti harus cari untuk beli nih.
Setelah mandi kemudian aku sholat dhuhur dan ashar dengan jamak qashar. Bingung menentukan arah kiblat. Aku lihat keluar, aku putuskan untuk berlawanan dengan arah matahari tenggelam. Khusyuk aku sholat, karena berada dalam kesendirian dan kesepian. 
Setelah sholat aku putuskan untuk tidur. Sangat susah. Aku tenggelam dalam kesepian. Baru pertama kali ini aku mengalami benar-benar kesepian. Teringat rumah. Ingat istri dan lucunya anak-anak.
Beberapa saat kemudian aku ingat untuk menelpon Peter agar besok pagi bisa mengantarku ke KBRI agar aku dapat informasi tentang mahasiswa Indonesia yang sekolah di BFU atau tempat lain yang dekat. Karena belum mempunyai nomor China aku piker harus kembali ke International Student Office untuk pinjam telpon.
Kemudian aku kenakan pakaian eiger hijau lagi dan memakai sepatu. Tak lupa kamera dan paspor senantiasa aku bawa.

Bangunan utama BFU. Di sekelilingnya banyak gedung seperti ini.

Aku berjalan lagi 500 meter menuju Office. Kucoba ambil jalan lain. Ternyata ada toko swalayan di pojok jalan. Aku coba masuk ternyata menjual barang-barang dan makanan untuk kebutuhan sehari-hari mahasiswa, seperti sabun, alat2 tulis, dan snack-minuman. Aku keluar lagi, nanti saja belanja.
Tiba di gedung Office sebelum masuk ke dalam ruangan 322 aku bertemu dengan lelaki Afrika yang tentu saja berkulit hitam. Aku sapa dia dan aku ajak kenalan. Dia berasal dari Mali, Afrika, mahasiswa PhD.
Allahu Akbar! Mahasiswa yang bernama Hamid Senou tersebut ternyata muslim. Aku Tanya arah kiblat ternyata arahnya sama dengan yang aku praktekkan. Dia ternyata sudah tahu aku, karena istrinya sudah menceritakannya. Apartemennya berada di sebelah kanan apartemenku, nomor 9, paling ujung.
Kemudian aku putuskan untuk pinjam HPnya agar aku dapat menelpon Peter. Dia dengan senang hati meminjami HPnya. Aku telpon Peter untuk meminta tolong besok mengantarku ke KBRI untuk menyerahkan surat ke Atase Pendidikan dan mencari data mahasiswa Indonesia. Peter sanggup mengantarku besok pada pukul 08.00 pagi, dengan ketemuan di gedung Office.
Sebetulnya aku ingin pinjam HPnya lagi untuk sms orang rumah yang aku yakin menunggu kabarku. Tapi sayang HPnya Hamid tidak bisa untuk berkomunikasi ke luar negeri.
Aku Tanya kepadanya jadwal sholat di Beijing. Waktunya ternyata mirip dengan Indonesia, jika aku ganti jam di HPku menjadi maju 1 jam, sesuai waktu di China. Shubuh sekitar jam 04.30; Dhuhur 12.00 - 14.00; Ashar 15.00 – 16.00; Maghrib 18.50; Isya pukul 21.00.
Hamid ternyata baru 1 tahun di BFU. Dia mengajak istrinya yang baru dinikahi 3 tahun yang lalu. Mereka belum dikaruniai anak. Dia sengaja mengajak istrinya, karena godaan iman lumayan berat. Banyak mahasiswi China yang cantik-putih memakai pakaian mini, tiap hari seperti kontes fotomodel.
Kemudian aku bilang ke dia, wah berarti aku besok juga mengajak istri nih. Dia menyarankan agar aku tidak usah mengajak istri karena waktu yang tidak terlalu lama. Aku jadi berpikir kalau begitu aku harus banyak berpuasa nih, puasa Daud untuk menjaga iman dan dapat menghemat uang. Minimal untuk pekan ini puasa Syawal dulu
Kemudian aku minta tolong lagi kepada Hamid agar mau menunjukkan dimana lokasi Kantin Kampus yang menjual makanan halal. Akhirnya aku diajak untuk mengikutinya. Hamid kemudian mengambil sepedanya dan menuntun sambil berjalan di sampingku. Mayoritas mahasiswa di sini menggunakan sepeda, hanya sedikit yang menggunakan sepeda listrik. Tidak ada yang menggunakan sepeda motor, apalagi mobil. Banyak sepeda yang diparkir di depan beberapa gedung.
Kami berjalan sekitar 100an meter. Ternyata lokasi Kantin halal ada di samping toko tempat aku membeli pulsa listrik. Lokasi kantin ada di lantai 2 di sebuah gedung. Karena aku belum mempunyai Student Card, aku membeli nasi sayur dengan uang Cash. Aku tunjukkan sayur yang aku pilih, termasuk satu gelas Coca-cola.
Minuman soda aku butuhkan untuk menghilangkan rasa mual yang masih saja aku rasakan. Semuanya hanya 4,5Yuan. Sangat murah. Mungkin kalau aku sudah punya Student Card dapat lebih murah lagi. Aku minta kepada Hamid untuk ngomong kepada pelayan agar makananku dibungkus saja.
Keluar dari Kantin halal aku minta Dia untuk menunjukkan lokasi dimana aku bisa beli kartu perdana China agar aku dapat memberitahu rumah, terutama istri. Kemudian kami turun ke lantai dasar dan masuk ke dalam gedung. Ternyata ada toko kecil yang menjual pulsa dan kartu perdana, serta beberapa accesoris HP tepat di bawah tangga.
Kata Hamid, di China tiap orang hanya mempunyai satu nomor. Mungkin ini adalah salah satu cara Pemerintah China dalam mengelola saluran komunikasi penduduknya sehingga dapat teramati dengan cermat.
Cukup lama aku menunggu proses pembuatan kartuku. Hampir 30 menit. Kemudian aku diminta membayar 150Yuan untuk kartuku. Cukup mahal juga. Kata Hamid itu untuk membeli IP: 17968, nomor HPku adalah 188 1158 9270. Kemudian aku diminta untuk mencoba menelpon dia, ternyata bisa. Kemudian aku sms ke istri, dengan terlebih dahulu meng-edit nomor istri menjadi +62.
“Alhmdlh sampe kampus td siang, udah dpt asrama & uang 2100Yuan. Ini dpt kenalan mhsw PhD dr Mali,Muslim.Ayah minta tlng dia ngajari macem2, tmsk beli perdana 150.”
Allahu Akbar ternyata delivered.
Beijing, 5 September 2012, pukul 00:55 waktu China