Rabu, 19 Juni 2013

CATATAN PERJALANAN INNER MONGOLIA (1)



18 Juni 2013
Sekitar pukul 14.20 waktu Beijing, minibus asli buatan China dengan kapasitas sekitar 25 orang berangkat dari kampus Beijing Forestry University. Total penumpang (plus sopir)ada 18 orang, dari kita (APFNet student) 8 orang.

Aku duduk di kursi nomor dua dari belakang dengan Adli. Kursi paling belakang penuh tas & koper, karena tiap orang bawa 1 tas & 1 koper.
Kondisi dalam mobil lumayan panas, padahal semua lubang AC sudah dibuka. Sepertinya ada yang bermasalah dengan freon AC. Sekitar 45 menit perjalanan aku tertidur dengan memakai masker karena bau asap solar minibus yang menembus dari jendela sopir yang dibuka.

2 jam keluar Beijing pemandangan masih pegunungan batu dan tumbuhan semak. 1 jam berikutnya lumayan bagus.  Beberapa kali kita melewati terowongan gunung.
Memang China hebat dalam pembangunan. Daerah terpencil di pegunungan dibuat terowongan menembus pegunungan berbatu. Dari panjang sekitar 3 Km sampai sekitar 6-7 km.
Juga ada beberapa jembatan layang. Jadi jembatan layang di China tidak hanya untuk mengurangi kemacetan di kota, tapi untuk membuat nyaman transportasi. Sangat berbeda dengan kondisi di tanah air yang membangun jembatan layang di kota. 

Pembangunan terowongan & jalan layang menembus pegunungan batu di Inner Mongolia

Alhasil walaupun melewati pegunungan, kita tidak naik turun seperti di daerah Gunung Kidul, tapi hanya berkelok-kelok saja, karena menembus gunung batu lewat terowongan.
Beberapa kali  juga melewati pembangunan jalan raya, jalan layang dan terowongan. Pemandangan lahan pertanian seperti sawah padi, jagung, dengan pemukiman khas pedesaan China juga kelihatan. Berulang kali aku memotret lewat jendela minibus yang aku buka.

Kita berhenti 2 kali untuk istirahat. Pertama di pom bensin yang ada rest room. Aku tidak ke kamar mandi, hanya beli 1 botol milky tea dingin. Lumayan juga harganya, 7 CNY. Di toko kampus sekitar 3-4 CNY.
Istirahat kedua juga di pom bensin, hanya lebih kecil. Tidak ada toko makanan-minuman, hanya ada toilet. Itupun toiletnya sangat kuno, hanya sekat tembok & lubang, tanpa air. Alhasil sangat bau sekali.
Terpaksa aku kencing disini. Aku siram pakai air minum putih dan aku keringkan dengan tisu. Peralatan standar yang harus senantiasa di bawa jika di China.

Sekitar pukul 19.30 sampai daerah Kalaqin Banner, Chifeng Municipality, Inner Mongolia Province. Mayoritas jalan baru dibangun dan diperbaiki.
Pukul 20.00 baru sampai lokasi hotel Lin Hai, di sebuah kawasan kota kecil yang kelihatannya belum lama dibangun.

Kami langsung masuk hotel. Cukup bagus hotelnya. Aku sekamar dengan Adli, dobel bed, KM dalam. Lumayan fasilitasnya. Hanya sayang tidak ada fasilitas wifi.
Kemudian kita menuju kantor kehutanan, tepatnya kantor Wangyedian Forest Farm untuk dinner. Aku kira makan di restoran, ternyata emang di restoran, tapi restoran kantor.. 
 
Seperti biasa beberapa lauk keluar duluan, baru terakhir nasi. Walaupun ada daging ayam, tapi aku tidak makan. Untuk aman karena bukan di restoran muslim aku pilih makan sayuran saja. Untung lumayan enak. Minumnya teh, sprite dan juice. Yang lain minum bir.
Alhamdulillah lumayan kenyang juga. Sepertinya 5 hari ke depan akan jadi vegetarian neh ..
J
Pukul 21.30 kami kembali ke hotel dengan jalan kaki, karena dekat. Adli & Digambar mampir toko untuk beli kartu remi dan shampo. Aku lihat tokonya  cukup lengkap, ada sosis halal juga. Kapan-kapan bisa beli neh.

19 Juni 2013
Alarm hp berbunyi pukul 02.45. aku segera bangun untuk menunaikan sholat subuh. Kemudian tidur lagi. Pukul 04.55, sinar matahari sudah menerobos jendela kamarku, room 204 yang memang tepat di pojok lantai 2, jadi sinar matahari full menerangi kamar.

Aku segera buat kopi panas, cap teko-silungkang, kopi asli Indonesia.
Begitu masuk tenggorokan, langsung tubuh terasa fresh. Aku lihat pemandangan luar sangat indah. Kota kecil ini dikelilingi perbukitan yang masih hijau.

Aku bawa hp, kamera dan dompet, kemudian jalan-jalan keluar. Petugas hotel masih tidur.
Udara di luar cukup dingin, seperti di daerah Kaliurang. Tapi aku tetap pakai kaos dan celana bawah lutut saja. Seorang petugas kebersihan menyapaku, “Leng bu leng?” Tidak dingin?” aku jawab, “Bu leng, xiexie” Tidak dingin, terima kasih.
Beberapa warga kelihatan sudah mulai beraktifitas.

Hei, that’s Inner Mongolia!!
Tidak percaya aku bisa menjejakkan kaki di sini!

Uupppzztttt … aku hirup udara pagi yang sangat segar.
Bentuk kota kecil ini mirip dengan kota dalam film koboi Amerika jaman dahulu. Bentuk jalan lurus, dipinggir jalan penuh toko, hotel dan restoran. Di belakang bangunan pegunungan hijau, termasuk belakang hotel yang aku tempati.

Beberapa toko sudah mulai buka. Ada penjual sayuran yang menaruh dagangannya di di pinggir jalan, depan toko rumah tangga. Pelajar sekolah tingkat SD-SMP juga mulai berangkat dengan jalan kaki. Beberapa kali mobil angkutan hasil pertanian berupa truk roda 3 tampak hilir-mudik.
Aku menemukan satu restoran yang sepertinya restoran muslim. Yang membedakan dengan di Beijing, papan namanya berwarna biru, bukan hijau. Nanti malam bisa dicoba dengan Adli dan Hasan neh.

Heeii, aku juga menemukan sebuah bus yang bagian dalamnya ada tempat tidur penumpang. Persis pada catatan Oase yang diceritakan seorang Backpacker Indonesia di Kompas online saat melakukan perjalanan ke Tibet.

Hari ini jadwalnya tentang APFNet project introduction di meeting room, kantor wangyedian forest farm setelah sarapan. Alhamdulillah sambil forum diskusi aku bisa memanfaatkan wifi ruangan untuk menulis & online.

Wangyedian forest farm meeting room, 10.00 waktu Inner Mongolia

Senin, 10 Juni 2013

BERSULANG (GANBEI) SAAT DINNER DI CHINA



Mirip dengan budaya barat, di China juga ada budaya bersulang atau yang dikenal disebut toast. Biasanya dilakukan saat dinner di sebuah restoran. Sudah ketiga kalinya aku mengikuti acara dinner plus toast ini. 

Pertama, tahun kemarin aat diajak supervisor Prof. Maluyi dinner bersama seluruh mahasiswa dibawah bimbingannya, dari tingkat master sampai doktor. Bahkan ada yang sudah lulus, karena waktu itu pas bertepatan dengan reuni 60 tahun kampus.

Kedua, saat menemani Profesor muslim dari Malaysia pada dinner di acara seminar kampus tahun lalu. Ketiga, malam Ahad kemarin saat diajak Prof. Maluyi dinner dalam rangka syukuran kelulusan mahasiswa bimbingannya dan bimbingan Profesor lain.

Ini penting untuk aku share dalam tulisan blog karena dalam acara dinner yang ada bersulang, atau dikenal dengan Gan Bei menggunakan minuman beralkohol, atau dalam buku pelajaran Bahasa Mandarin disebut pijiu. Harus benar-benar berhati-hati dan berani menyampaikan sikap kita, apalagi jika restoran tempat dinner bukan restoran muslim. Rawan makanan dari bahan non-halal.

Oke, kita meluncur dalam mengenal Gan Bei di China dulu.

Dari googling menemukan beberapa istilah sulang seperti kan pai (Japan), gan bei (China), toast (English), cheers (English), chin chin (Argentina), dll.

Orang China turun temurun mengenal dan menyukai minuman beralkohol. Jika di Eropa, minuman beralkohol dibuat dari buah-buahan, khususnya anggur (grape) di China minuman beralkohol (jiu) umumnya berbahan baku beras atau beras ketan. Dalam cerita dunia persilatan Tiongkon dikenal dengan nama arak, sampai ada nama Dewa Arak atau Pendekar Arak. 

Yang sangat terkenal adalah jurus mabuk, ala Jackie Chan di film Drunken Master.

Sangat banyak ragam minuman keras dapat ditemukan di China. beberapa jenis yang populer diantaranya adalah — Mao Tai jiu, Gao Liang jiu, Da Gu jiu, Fen jiu dan Hua Diao jiu. Semakin tua umur jiu ini semakin mahal harganya karena dipercaya semakin tinggi kualitasnya. Tak jarang ditawarkan jiu yang sudah berumur puluhan tahun.

Nah, orang muslim di China sangat jarang yang tidak minum pijiu ini. Bahkan restoran muslim juga menyediakannya. 

Dua kali mengikuti acara dinner yang diselenggarakan Prof. Maluyi, beliau tetap minum pijiu walaupun beliau muslim. di awal dinner kita harus berani bilang pada tuan rumah atau yang mengundang kalau kita seorang muslim, tidak minum pijiu atau minumal beralkohol.

Seandainya pas di restoran non-muslim kita juga bisa bilang tidak makan daging babi/pork atau dalam China disebut zhurou (rou= daging). Termasuk khawatir dengan sajian daging, baik ayam maupun sapi, kita bisa memilih makanan berupa sayuran atau ikan. Itu sebuah saran dari seorang teman China muslim yang sholih.

Selama dinner inilah hampir tiap saat mahasiswa atau junior mengajak bersulang Profesor atau seniornya. 2-3 jam dihabiskan untuk bersulang. Berbotol-botol pijiu habis. Akhirnya malah makanan tersisa banyak. Sangat mubadzir.

Bagiku saat tragis adalah saat dinner di restoran muslim kemudian ada acara ganbei dengan pijiu. Aku menolak sampai bilang kalau di Indonesia, Malaysia minuman beralkohol dilarang dijual bebas. Bukan bagian dari budaya kami. Disamping itu sebagai muslim juga sangat dilarang. Baru mereka paham.

Akhirnya aku pilih minuman teh atau orange juice atau soft drink coca-cola/sprite.
Sungguh tragis saat ada 2 pilihan teh dan pijiu di restoran muslim yang ada hiasan kaligrafi Al-Qur’an.

Saat mengetahui ini, jadi dapat pembelajaran berharga. Pembelajaran bagaimana mengambil sikap sesuai kepribadian kita, dalam menghadapi 2 hal yang berbeda walaupun itu ada di lingkungan yang sama dengan kita. Apalagi saat kita sendirian dalam lingkungan yang sangat berbeda, terutama berbeda dengan keyakinan/aqidah kita.

Semoga bermanfaat tulisan sederhana ini!

BJFU Apartment, Room 704, 3.05pm (waktu Beijing)

Jumat, 07 Juni 2013

DISINI KAMI BELAJAR MEWUJUDKAN MIMPI (II)


Kisah Pertama
Pagi itu di sebuah masjid di kota Yogyakarta yang sejuk karena ada pohon sawo besar di sampingnya, tampak lima remaja ngobrol ringan di serambi masjid. Kemudian tak lama 3 motor keluar masjid. Yup, mereka berlima langsung memutuskan pergi ke pantai yang masih ‘virgin’, jarang dijamah pengunjung. Pantai Siung, Gunung Kidul.

Itulah awal-awal keakrabanku dengan teman-teman remaja masjid sekitar 11 tahun yang lalu, tahun 2002. Ada satu teman yang aku sangat salut pada perjuangan hidupnya. Sungguh aku sangat malu jika dibandingkan dengannya, terutama dari sisi kemandiriannya.
Dia asli Gunung Kidul, dari desa yang lumayan terpencil. Dari rumahnya menuju jalan raya untuk menumpang angkutan umum bisa sekitar 5Km dengan kualitas jalan ‘ampyang’ kata salah seorang teman. Ya, jalannya penuh batu. Gunung Kidul benar, dimana lebih banyak batunya daripada tanahnya. 

Dia anak tunggal. Yang luar biasa, dia tidak kemudian menjadi anak manja atau lebay. Sekolah SMP dan SMK dipilihnya swasta di Muhammadiyah. Hal ini karena otaknya juga pas-pasan, tidak terlalu pintar.
Dia mondok/tinggal di pondok pesantren masjid Agung Wonosari. Jadi dia bisa menghemat biaya hidup sekaligus belajar Islam. Lulus SMK dia masuk ke UIN (IAIN) Sunan Kalijaga. Untuk kost dia pilih di salah satu masjid di kota pelajar ini. 

Profesi Marbot atau nama kerennya James Bon (Jaga Mesjid plus bersih-bersih Kebon) mulai dijalaninya. Lumayan jauh dari kampus UIN sampai masjidnya. Ada sekitar 7-8 Km. Dia tempuh dengan ngonthel alias naik sepeda.
Masjid-pun jadi bergairah dengan sentuhannya. Ide-ide kreatif dia kerjakan, sehingga masjid jadi banyak kegiatan dan makmur. Aku kenal betul karena saat itu ketua remaja masjidnya adalah teman satu kelas di Fakultas Kehutanan UGM.
FSRMY Trainer generasi Assabiqunal Awwalun 

Tak lama aku kenal dengannya kemudian aku ajak gabung ke FSRMY (Forum Silaturrahim Remaja Masjid Yogykarta) Trainer, biro khusus training remaja masjid dibawah Biro Pembinaan dan Pengembangan Remaja Masjid yang kebetulan aku pegang.
Aku masih ingat betul saat dia sangat PeDe mengisi training remaja masjid di awal-awal roda sejarah FSRMY Trainer. Padahal mayoritas kita belum pernah ngisi training. Yang paling aku ingat adalah saat salah seorang teman akhwat bilang ke dia kalau pakaian dan dasi yang dia kenakan tidak matching, sehingga dibilang ‘jemuran berjalan’. Hahahahaaaa ..

Tapi dia tetap senyum dan PeDe dalam membawakan training. Yang kedua saat ada job ngisi training di Bebeng, lereng Gunung Merapi. Saking lugunya, dia kira Bebeng itu pantai, hahahaa..
Dia ikut ketawa saat tahu tebakannya salah dan kita semua ketawa. Dia juga luar biasa dalam outbond training. Energinya sepertinya tidak habis, terutama saat survei cari jalan, naik turun lereng Selatan Merapi dengan berlari. Trik-trik dalam materi training-nya pun semakin unik dan menarik. 

Kelak mimpinya ke Bebeng jadi terealisasi dengan dapat lokasi KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Bebeng.
Yang menarik darinya lagi, dia hidupnya betul-betul prihatin di masjid. Pernah aku ajak dia bersama teman2 trainer untuk makan malam di rumah teman trainer juga. Malam itu dia makan banyak, kemudian besoknya dia puasa sunnah tanpa sahur. Subhanallah ..

Dari forum pemberdayaan remaja masjid inilah kita dapat ilmu untuk meningkatkan potensi diri juga. Apalagi sebagai aktivis masjid pribadi kita betul-betul diperhatikan jama’ah/masyarakat.
Singkat cerita, selepas lulus kuliah dia putuskan untuk bisnis percetakan. Dia sadari ilmunya pas-pasan, terutama ilmu dari bangku kuliahnya. Paling ‘mentok’ juga jadi guru di tempat tinggalnya dengan gaji pas-pasan, pikirnya. 

Dia lebih senang ‘bertualang’ mengembangkan potensinya. Iklim FSRMY Trainer benar-benar sudah meresap rupanya. Maka dia lebih senang belajar dari berbagai pengalaman. Ditambah doa dan tetap dakwah. Dia yakin akan sukses juga.

Ilmu ‘cetak-cetak’ sendiri seperti PhotoShop atau CorelDraw diperoleh dari masjid. Ya, bagi aktivis masjid ilmu desain ini wajib dikuasai. Termasuk bagaimana menempel pamflet di masjid secara efektif & efisien.
Dia putuskan langsung pergi keluar Jawa untuk mengembangkan bisnis percetakannya. Dia pikir akan susah jika tetap tinggal di Yogya. Dia terpengaruh dari seorang temannya kuliah yang juga sukses bisnis sablon kaos di luar Jawa.

Sekali lagi dengan bekal ilmu prihatin dan the power of kepepet, akhirnya dari satu kota di luar Jawa tersebut dia bisa mempunyai beberapa unit bisnis di beberapa kota. Sifatnya-pun tidak berubah, tetap Ndeso, tapi semangat Metropolitan!

Kisah Kedua
Kisah ini bukan riil, tapi kisah yang saya ambil dari cerita silat mandarin/tiongkok. Judulnya Pendekar Pengejar Nyawa karya Khulung/Gulong. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah di cerita ini.
Pendekar Pengejar Nyawa sendiri dalam kisah ini adalah Coh Liu Hiang, yang terkenal dengan sebutan “Maling Romantis” di dunia persilatan Tiongkok. Kemampuan terhebatnya hanyalah ilmu ginkang, atau meringankan tubuh. Kemampuan lainnya pas-pasan.

Tapi dia sangat suka petualangan yang menyerempet bahaya atau nyawa. Dari situ dia dapat belajar banyak hal. Pengalamannya semakin bertambah. Tak jarang dia mengalahkan lawan yang mempunyai ilmu silat lebih pandai darinya.
Mengapa dia bisa menang?? 

Karena dia punyai keyakinan kuat dan selalu berpikir mencari jalan keluar. Sangat sering dia lama bertempur dengan seseorang untuk mengenal ilmu silat lawannya kemudian mencari kelemahannya. Sekali lagi ilmu kepepet menunjukkan kesaktiannya.
Dan dia tidak takut gagal. Setiap kesulitan dia hadapi dengan senyum. Baginya jika marah, sedih, kecewa hanya akan melemahkan kekuatannya dan tidak bisa berpikir jernih mencari solusi.
Dari beberapa pengalaman itulah akhirnya dia sukses menjadi pendekar ternama.

Sebetulnya kisah ini mirip dengan Hideyoshi Taiko karya Eiji Yoshikawa. Kisah terkenal di Jepang. Wajah Taiko sendiri mirip monyet, sehingga dipanggil monyet oleh kawan-kawannya. Tapi dia tidak marah. Otaknya-pun pas-pasan, tidak terlalu pandai. Hanya saja dia selalu belajar banyak hal. Tak heran akhirnya dia sukses menjadi pemimpin Jepang bersama Nobunaga dan Ieyasu.

Kisah Ketiga
Sebetulnya lebih susah menulis kisahnya sendiri daripada kisah orang lain. Tapi mau tidak mau harus tetap kutulis, karena ingin sharing dengan beberapa teman.
2 kisah diatas menjadi salah satu pelecut semangatku dalam belajar di negeri ‘gongfu’ ini. Orang China menyebut kungfu dengan gongfu. 

Aku masih tidak tahu apa skenario-Nya sehingga bisa terdampar di negeri ini. Apakah karena sejak SD aku sudah suka baca cerita silat Kho Ping Hoo??
Cukup aku anggap, inilah Mimpi yang Terwujud ..

Secara kualitas, aku sepertinya tidak layak kuliah di LN. Terus terang, sama dengan teman-teman ‘gang’ remaja masjid, IPK-ku tergolong tidak baik, 3 kurang. Begitu-pun nilai TOEFL juga kurang dari 500.
Saat muncul keinginan kuliah ke LN karena terpicu oleh beberapa junior remaja masjid yang sukses kuliah LN terkendala dua nilai tersebut. Mau mengejar TOEFL lebih dari 500 sudah tidak punya waktu lagi. Otak juga sudah tidak ngejar.

Pelarian terakhir hanyalah kepada-Nya, tetap istiqomah berdoa & berdakwah ..
Allahu Akbar!! Saat muncul ‘titik jenuh serat’ dengan suasana kantor, Allah memberikan kesempatan sekolah LN. Betul-betul ajaib ..
Emang Allah memberikan 2 kemudahan saat muncul 1 kesulitan, seperti dalam surat Al-Insyirah: 5-6.

Saat muncul kesulitan dengan adanya syarat harus publish paper di jurnal nasional agar bisa lulus, aku putuskan harus bisa publish paper di China. Mau tidak mau aku harus melakukan riset di China.
Kesulitan utama yang menghadang adalah kemampuan Bahasa China yang jelas sangat kurang. Inilah salah satu sebab semua teman kelasku memilih untuk riset di negerinya sendiri. Terbayang ketakutan susahnya berkomunikasi dengan orang China.

Saat muncul kesulitan inilah justru aku lihat ada peluang bisa travelling di China. Termasuk aku ingin travelling ke daerah China Selatan juga. Untuk Beijing sendiri masuk dalam China Utara. Beberapa teman kelas hanya menganggap keinginanku itu angin lalu saja.
Saat kemampuan pas-pasan, memang hanya kepada-Nya bersandar ..
Allahu Akbar! Benar-benar Allah menjawab doa hamba-Nya yang otaknya pas-pasan ..

Sore tadi aku presentasi riset tesis tentang perbandingan pengelolaan kawasan konservasi antara China dan Indonesia, dengan studi kasus di taman nasional Beijing dan Merapi. Aku gunakan pelajaran ilmu ‘pangku’ yang ada pada aksara Jawa. Intinya ilmu bagaimana mengambil hati seseorang. Tentu saja dengan cara yang baik.

Karena sekali lagi kemampuan Bahasa Inggrisku pas-pasan, aku perbanyak gambar/foto di power point-ku. Terutama foto-foto kegiatan bird watching selama di China bersama komunitas birdwatcher Beijing.
Ssstttt … terus terang saja, aku tertarik kegiatan bird watching bukan karena paham ilmu per-burungan, melainkan lebih senang ke jalan-jalan di alam saja, seperti di gunung, hutan, taman, dan lain sebagainya.
Dari situlah 5 profesor yang mengujiku sepertinya tertarik. Nyaris tidak ada pertanyaan. Malah memberikan masukan agar objek penelitianku ditambah. 

Eureka! Salah seorang profesor memintaku agar riset di China Selatan. Kampus akan menyediakan funding-nya. Pekan lalu aku juga sudah dapat riset fund termin pertama.
Yang luar biasa lagi. 3 jam setelah presentasi, salah seorang asisten profesor memberitahu kalau 5 profesor tersebut akan mengajak mahasiswa yang presentasi hari ini makan malam di restoran.

Mungkin bagi sebagian orang, kisah-kisah berikut hanyalah kisah biasa saja.
Tapi bagiku kisah-kisah sukses sekecil apapun jika terus diingat apalagi dicatat/ditulis akan memicu kesuksesan-kesuksesan berikutnya.

Ini seperti ajaran Anthony Robbins (dalam buku Unlimited Power) saat dia menjadi pelatih petenis dunia Andre Agassi. Saat itu Andre Agassi terpuruk setelah menjadi juara. Kemudian Anthony Robbins melatihnya. Padahal Anthony Robbins tidak ada pengalaman melatih tenis. Latihan yang dia berikan hanyalah melatih kesuksesan-kesuksesan yang dialami Andre Agassi, terutama mengingat betul bagaimana kondisi fisik dan pikirannya saat sukses.

Jadi chemistry kesuksesan dimunculkan lagi. Terus diulang-ulang lagi, sampai akhirnya kesuksesan menjadi kebiasaan.
Sepertinya tindakan bodoh, seperti seseorang yang tiap hari menulis diary. Tapi kelak jelas ada manfaatnya. 

Ini seperti beberapa teman bilang ilmuku saat ambil S2 di Perbankan Syariah UIN Sunan Kalijaga tidak berguna lagi karena bekerja di Kehutanan. Aku jawab, justru dari kuliah di UIN inilah aku dapat ilmu yang sangat berharga yakni menulis dan iklim akademik.
Saat kuliah di UIN juga cukup lucu. Kemampuan Bahasa Arab-ku jelas kurang. Tapi aku tetap PeDe, karena aku tahu aku ada potensi di ilmu hitung-hitung, dan Alhamdulillah di Jurusan Perbankan Syariah yang masih baru ini pengajarnya mayoritas dari UGM dan UII. Aku pilih juga riset tesis yang kuantitatif.

Alhamdulillah pula dapat beasiswa prestasi tiap bulan dari Departeman Agama karena dapat ranking 1 di kelas, sampai akhirnya lulus cumlaude dan masuk ranking di buku Wisuda.
Pengalaman akademik saat di UIN itulah yang betul-betul membekas. Awal tumbuhnya percaya diri bahwa Remaja Masjid ternyata bisa juga berprestasi, walaupun otak pas-pasan …

Sungguh Allah betul-betul mengganti jerih payah hamba-Nya yang sudah berusaha memakmurkan rumah-Nya ..

BJFU Apartment, kamar 704, 7 Juni 2013, 20.40 waktu Beijing

Kamis, 30 Mei 2013

DISINI KAMI BELAJAR MEWUJUDKAN MIMPI (1)



Salah satu keuntungan mempunyai teman yang hidupnya kekurangan, senantiasa kepepet, prihatin (perih-perih dibatin) di negeri orang adalah semangatnya dalam meraih mimpi-mimpinya. Banyak pelajaran hidup di dunia nyata yang sangat keras yang dapat dicontoh. Jumat pekan lalu (24 Mei 2013), aku berjumpa dengan sobat lama di KBRI, Beijing. Ini kali kedua aku bertemu dengannya di China setelah bertahun-tahun tidak ketemu, walaupun sama-sama asli Yogyakarta .

Langsung kita ‘berkhalwat’ di ruangan ibu-ibu dharma wanita KBRI, samping pos jaga securiy. Sambil minum kopi, aku dan dia ngobrol asyik, sharing pengalaman. Ternyata aku jauh lebih beruntung dari dia. Datang ke China tahun 2012 lalu, dia hanya diberi uang hidup sangat minim oleh kantornya tempat dia bekerja. 250 RMB (1 RMB= ± Rp 1500,-) untuk satu bulan!! 


Memang awalnya mantab, alias makan tabungan Oh iya, biaya untuk survive di China sekitar 600-700RMB/bulan, dengan syarat masak sendiri, tidak jajan di luar.
Kemudian dia putar otak bagaimana agar dapat uang di China, minimal bisa survive. Untuk uang sekolah sudah beres, termasuk tempat tinggal di lingkup kampus.
Semester tahun lalu dia pernah ngomong ke teman-temannya Indonesia di kampusnya, kalau dia sangat ingin membuat atau main fim di China. Sontak teman-temannya menertawakannya. Untuk makan sehari-hari saja susah, termasuk baru saja belajar Bahasa China, kok mau main film segala. 

Untung kampusnya cukup banyak mahasiswa Indonesia dan banyak kegiatan seni. Sering grup seni Indonesia tampil pada acara dan kegiatan kampus. Beberapa kali pentas di dalam dan luar kampus sampai membawanya berkenalan dengan salah seorang kru TV lokal.
Akhirnya dengan kemampuan teknik lobi dan olah vokal yang dilandasi rasa percaya diri yang besar, dia bisa melakukan pendekatan dan diajak ‘ngamen’ oleh kru TV tersebut. Hasil ngamen tersebut ternyata menghasilkan Yuan, alias uang yang jumlahnya lumayan, bisa untuk menyambung hidup di rimba persilatan tiongkok. 

Sekitar 2 bulan yang lalu dia dapat ide untuk membuat musikalisasi puisi karangan Mao Zedong, pimpinan pertama RRC, tokoh yang sangat dikagumi dan dipuja rakyat China. Tidak banyak orang China yang mengetahui puisi-puisi karangan Mao Zedong. Dia sangat percaya orang China akan sangat respek jika ada orang asing mampu membawakan puisi tokoh pujaannya.
Tujuan lainnya adalah dia ingin ‘menohok’ orang China langsung ke tenggorokannya dengan puisi ini. Segera dia ajak teman-temannya untuk membuat musikalisasi puisi.
Masalah menghadang. Tidak ada orang Indonesia di provinsi tempat dia tinggal punya alat musik seperti keyboard dlsb. Dia hanya punya gitar, itu saja pemberian seseorang. 

Man jadda wa jadda, siapa bersungguh-sungguh akan menuai hasil ..

Pemain keyboard dia peroleh mahasiswi Indonesia yang sering tampil di gereja. Untuk keyboard-nya sendiri akhirnya dapat pinjaman dari teman mahasiswa China. Tentu tetap menggunakan teknik lobi dan olah vokal dalam memperoleh keyboard pinjaman.
Sesekali mahasiswa China ini dia ajak menikmati olahan masakan Indonesia untuk menjaga hubungan baik. Untuk instrumen musik lainnya seperti ketipung dia buat sendiri bersama teman-temannya dari pipa besar plus karet. Eureka!

Musikalisasi puisi Mao Zedong tentang cinta dan perjuangan-pun berjalan. Diawali dari pentas di kampus sampai memenuhi pesanan tampil di beberapa tempat di luar kampus.
Segera muncul ide lain membuat video klip musikalisasi puisi. Teman China dihubungi untuk dimintai tolong dalam pembuatan video klip. Yup, karena WNI disini dalam keterbatasan. Apalagi permohonan ke salah seorang staf KBRI tidak dikabulkan.

Dampak dari pentas di beberapa tempat sampai masuk TV lokal membuatnya berkenalan dengan salah seorang ‘Donjuan’ yang mempunyai holding company. Bahkan dia diajak berkeliling ke beberapa pabrik atau perusahaannya.
Mimpi lainnya yakni membuat atau main film juga terwujud. Berawal dari ide yang disampaikannya ke TV lokal tentang film pendek orang asing, dia diminta untuk menuliskan jalan cerita.
Hasil awal kerja keras membuat jalan cerita film pendek adalah DITOLAK.

Tidak putus asa, dia cari jalan cerita lain. Dia memikirkan suatu jalan cerita agar dia yang belum bisa Bahasa China bisa menjadi pemain utama. Akhirnya ditemukan jalan cerita dimana berkomunikasi dengan minim Bahasa China, yakni dengan orang bisu tuli!!
Singkat cerita sebelum kita ngobrol di KBRI, dia sudah menyelesaikan beberapa screen film pendek yang dia buat. Dia berperan sebagai tokoh utama. Teman-temannya yang dulu meremehkan dan menertawakannya akhirnya terdiam.

3 hari sesudah memperoleh cerita luar biasa ini, tiba-tiba aku juga mengalaminya sendiri. 1 jam setelah aku sms teman China yang sama-sama satu bimbingan profesor tiba-tiba memberitahu kalau riset yang akan aku lakukan di China dapat dana. Aku diminta mengambil dana termin pertama ini di tempatnya.
Terbayang 2 bulan yang lalu saat aku ganti tema riset tesis karena aku ingin publish paper di China sekaligus bisa jalan-jalan gratis. Maklum disini uang beasiswaku juga pas-pasan. 

Dari teman-teman sekelas, risetku satu-satunya yang dapat bantuan dana. Selain aku, semuanya memilih riset di negaranya. Mereka ketakutan mengalami kesusahan dalam menjalankan riset karena keterbatasan kemampuan Bahasa China.
Aku berpikir lain. Keterbatasanku dalam Bahasa China sementara aku kesampingkan. Aku dapat memanfaatkan dengan mengambil student China yang pintar Bahasa Inggris sebagai guide dan penerjemah.
Begitu pula saat teman-teman lain hanya fokus menyelesaikan paper tugas kuliah, aku berpikir bagaimana bisa produktif. Yup, sekolah LN harus bisa aku manfaatkan untuk menghasilkan sebuah karya yang mengesankan. 

Aku awali dengan membuat tulisan hasil traveling di hampir tiap akhir pekan. Di sela-sela membuat tugas paper aku usahakan juga membuat beberapa tulisan untuk buletin kantor, koran KR, dan majalah Kehutanan pusat.
Alhamdulillah semuanya di-approved. Tulisan di rubrik Pariwisata KR langsung memuat tulisanku setelah 3 hari aku kirim via email. 

Kesuksesan-kesuksesan kecil ini semakin melecut semangatku untuk produktif saat di negeri orang. 

Di saat banyak orang berpikir kalau sekolah di LN itu identik dengan prestis, jalan-jalan, foto dan upload Facebook; kami memilih untuk tetap berpikir dan berjuang keras mewujudkan mimpi dengan sumber daya yang terbatas.
Prestis bukanlah tujuan kami dalam hidup di negeri orang. tapi  belajar mengembangkan potensi diri-lah yang paling utama ..

Belajar mengatasi rintangan, hambatan dan masalah kehidupan di negeri orang ..
Dilandasi rasa percaya diri dan husnudzon pada-Nya kami berusaha mewujudkan mimpi ..
 “Kesungguhan itu ada buahnya. Tapi bahkan ketika buahnya belum matang, daun-daunnya sudah meneduhkan!”
(komentar seorang teman di FB)

BJFU Apartment, kamar 704, 31 Mei 2013, 00.15

#tulisan ini aku persembahkan untuk:
1. Orang tua yang selalu mendoakan anaknya, terutama ibunda ..
2. Istri dan anak-anakku
3. Para tholibul ilmi di negeri orang
4. Remaja masjid dan pejuang dakwah, ingat, Allah mengikuti prasangka hamba-Nya!
5. Golongan prihatin & kepepet