Kamis, 24 Agustus 2023

LOMBA DESA WISATA YOGYAKARTA 2023

 

Ada hal yang menarik dalam kegiatan Penghargaan Desa Wisata tingkat DIY tahun 2023. Lomba desa wisata yang memperebutkan hadiah senilai ratusan juta rupiah ini menggunakan metode penilaian yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Pertama, Juri atau tim penilai melakukan pencermatan dokumen (desk assessment) atau kurasi sebelum berkunjung ke desa wisata.

Dokumen ini merupakan profil dari 15 desa/kampung wisata dan homestay yang diajukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota di DIY, yakni yang menjadi juara I sampai III lomba desa/kampung wisata dan homestay di tingkat Kabupaten/Kota. Kedua, pada tahun ini juri berlaku sebagai wisatawan dengan waktu kedatangan kapan saja sehingga pihak pengelola desa/kampung wisata maupun Dinas Pariwisata DIY-pun tidak mengetahuinya. Dalam pelaksanaannya layaknya sebagai wisatawan, juri pun mengunjungi daya tarik wisata unggulan dan menikmati paket wisata yang disediakan oleh pengelola desa/kampung wisata.

Opini koran Kedaulatan Rakyat tanggal 24 Agustus 2023 halaman 11

Melalui metode seperti ini Juri dapat melihat kondisi secara riil pengelolaan homestay yang ada di desa/kampung wisata saat melakukan reservasi, membeli paket live-in hingga menginap. Tim Juri merupakan akademisi dan praktisi pariwisata dari Badan Promosi Pariwisata Daerah DIY, tenaga ahli Dinas Pariwisata DIY, Pusat Studi Pariwisata UGM, Universitas BSI, Gabungan Industri Pariwisata Indonesia/GIPI DIY, Forkom Desa/Kampung Wisata DIY, dan Paguyuban Bank Sampah DIY.

Dengan tidak adanya pemberitahuan ke desa wisata maupun Dinas Pariwisata setempat, menjadikan suasana kelihatan aslinya, kondisi sehari-hari. Penilaian yang menarik lainnya adalah pengelolaan lingkungan, yakni penanganan sampah, salah satu kunci penting dalam pengembangan pariwisata. Ada 3 hal penting dalam penilaian lingkungan yang sebenarnya juga masuk dalam kriteria CHSE, kependekan dari Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability yakni pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di desa wisata.

Pertama, adanya kelembagaan terorganisir untuk mengelola sampah yang timbul dalam kegiatan pariwisata di desa wisata. Kedua, pengelolaan sampah dilaksanakan secara ramah lingkungan seperti tidak melakukan pembakaran. Ketiga, sajian kuliner dan minuman di desa wisata masih menggunakan plastik atau tidak, serta penyajian menu lokal dengan kemasan ramah lingkungan.

Melalui metode penilaian tersebut diharapkan diperoleh desa/kampung wisata yang berkualitas, memenuhi standar nasional maupun internasional, berdaya saing serta sustainable. Sejatinya lomba desa wisata ini adalah bentuk apresiasi terhadap pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism/CBT). Pengelolaan desa wisata yang memenuhi CBT tentu dapat meningkatkan produktivitas masyarakat untuk memajukan perekonomian dan kesejahteraan desa setempat.

Desa wisata yang maju dapat memberikan beberapa dampak positif seperti: (1) bertambahnya lapangan pekerjaan yang dapat mengurangi pengangguran; (2) meningkatnya pertumbuhan ekonomi; (3) terpeliharanya kelestarian alam, sumber daya dan kebudayaan; dan (4) terciptanya sarana prasarana infrastruktur yang mumpuni. Adanya lomba desa wisata yang rutin dilaksanakan ini dapat menjaga motivasi pengelola desa/kampung wisata dalam mempertahankan keberlangsungan pariwisatanya agar senantiasa dapat memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat.

Output atau keluaran dari pariwisata adalah ‘cuan’ atau uang, yakni seberapa besar nilai uang masuk ke desa wisata. Untuk pelaksanaan lomba desa wisata juga diperoleh banyak manfaat, yakni kondisi riil desa wisata di DIY. Pertama adalah perlunya peningkatan pemahaman tentang identitas desa wisata atau USP (Unique Selling Product) yang nantinya mempengaruhi paket desa wisata.

Kedua peningkatan skills atau ketrampilan pengelola dalam menjelaskan identitas atau nilai khas desa wisatanya, termasuk kemampuan storytelling untuk memikat wisatawan tinggal lebih lama. Kedua hal tersebut merupakan permasalahan dari SDM desa wisata. Kolaborasi yang harmonis antar aktor pentahelix (pemerintah, akademisi, pelaku pariwisata (pebisnis), media masa, dan masyarakat) sangat dibutuhkan dalam peningkatan SDM untuk pengembangan desa wisata. Wallahu’alam.

 

Yogyakarta, 21 Agustus 2023, pukul 17.15 WIB

Senin, 13 Maret 2023

MENINGKATKAN WISATA, MENGENAL HARI KOPI

Pecinta kopi Indonesia mungkin belum tahu bila tanggal 11 Maret adalah Hari Kopi Nasional. Peringatan merujuk pada terbentuknya Dewan Kopi Indonesia (Dekopi). Dekopi sendiri dideklarasikan pertama kali pada tanggal 9 Desember 2017 di Yogyakarta oleh sejumlah oganisasi kopi dan tokoh perkopian Indonesia.

Pembentukan Dekopi diprakasai oleh Menteri Pertanian RI periode 2004-2009, Anton Aprianto yang kemudian dipilih sebagai Ketua Umum Dekopi. Pada tanggal 11 Maret 2018 dilaksanakan Pengukuhan Dewan Kopi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia saat itu yakni Amran Sulaiman.

Tayang di redaksi Opini Koran 'Kedaulatan Rakyat' tanggal 12 Maret 2023 halaman 11


Pembentukan Dekopi sendiri dilakukan sebagai upaya mempopulerkan kopi sebagai komoditas unggulan Indonesia guna memajukan industri perkopian. Peringatan Hari Kopi Nasional tiap tanggal 11 Maret adalah penanda bangkitnya kopi Indonesia.

Tema peringatan Hari Kopi Nasional tahun 2023 ini adalah, “Keberagaman Kopi Nusantara Perkuat Ekonomi Masyarakat dan Pererat Harmonisasi Bangsa”. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi kopi di Indonesia mencapai 794.800 ton pada 2022 (dataindonesia.id, 2023). Jumlahnya meningkat 1,10% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 786.191 ton.

Produksi kopi terbesar berada di Sumatera Selatan, yakni 212.400 ton pada 2022, kemudian Lampung sebanyak 124.500 ton (dataindonesia.id, 2023). Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat menjadi provinsi dengan produksi kopi paling sedikit, yakni hanya 100 kilogram, sedangkan Kepulauan Riau, Maluku, Papua tidak ada data produksi kopi.

Selain sebagai komoditas unggulan bagi sektor perkebunan dalam negeri, industri kopi memiliki peran yang krusial terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Industri kopi telah berkontribusi sebagai pendorong pendapatan petani kopi, sumber devisa negara, penghasil bahan baku industri, hingga penyedia lapangan pekerjaan melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, serta perdagangan ekspor dan impor.

Di tingkat desa, petani pengolah kopi memperoleh nilai tambah yang signifikan. Petani kopi anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kalurahan Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo dengan 24 batang pohon kopi Robusta usia 7 tahun dapat menghasilkan 288 Kg Kopi petik merah.

Hasil panen tersebut diolah menjadi 28,77 Kg kopi, kemudian di-packing (kemas) menjadi 575 bungkus kemasan 50 gram, dan 144 bungkus kemasan 200 gram. Harga jual kopi sebesar Rp 10.000,- untuk kemasan 50 gram, dan Rp 32.000,- untuk kemasan 200 gram. Pengolahan kopi tersebut dapat memberdayakan sebanyak 6 warga.

Untuk Kopi Sulingan yang diproduksi oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi Kalurahan Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo dapat memberi penghidupan sebanyak 2 warga. Yang menarik, Kopi Sulingan dikemas dengan paket wisata dalam Avitourism atau wisata pengamatan burung di Jatimulyo. Kopi Sulingan menjadi brand dalam program adopsi sarang burung oleh KTH Wanapaksi dapat memberdayakan 6 warga untuk adopsi satu sarang burung.

Budidaya kopi dibundling (dikemas) dengan paket wisata desa dapat menjadi wisata tematik, yakni salah satu cara pengemasan produk pariwisata yang erat dengan unsur budaya dan alam. Dampak dari pandemi Covid 19 wisatawan mencari wisata yang orisinal, di alam terbuka, tidak massal, dan lebih meaningful.

Berdasarkan potensi desa wisata di Indonesia, wisata tematik adalah pilihan yang tepat untuk memulihkan dan meningkatkan pariwisata, salah satunya adalah wisata tematik kopi. Wisatawan tidak hanya menikmati kopi dari daerah asalnya, melainkan sambil menikmati suasana pegunungan, budidaya di kebun kopi, aktivitas pemanenan, roasting (sangrai), hingga mempelajari sejarah dan budaya daerah tersebut.

Unsur ekonomi, ekologi, dan edukasi perlu digabungkan secara proporsional sehingga dapat menjadi wisata tematik kopi yang menarik wisatawan. Desa wisata atau destinasi wisata tematik kopi dapat berkolaborasi dengan warung kopi atau café yang sudah terkenal sebagai sarana promosi, atau sekaligus bagian dari mata rantai wisata tematik kopi.

Wisata tematik kopi merupakan salah satu jalan dalam memajukan perkopian Indonesia serta mensejahterakan petani dan pelaku usahanya. Dan ini sejalan dengan tema Hari Kopi Nasional yakni memperkuat ekonomi masyarakat. Semoga pertumbuhan wisata tematik kopi juga diinisiasi oleh pegiat kopi dan wisata Yogyakarta.

Yogyakarta, 9 Maret 2023

Ttd

Arif Sulfiantono, M.Agr., M.S.I.

Pegiat Desa Wisata DIY, admin WAG Kopi & Konservasi & dosen praktisi Bisnis Perjalanan Wisata Sekolah Vokasi UGM

Sabtu, 21 Januari 2023

ASEAN TOURISM FORUM


2 pekan lagi Asean Tourism Forum (ATF) bakal digelar di Yogyakarta, tepatnya tanggal 2 hingga 5 Februari 2023. Yogyakarta dipilih menjadi lokasi pertemuan tahunan tingkat Menteri Pariwisata Negara Asia Tenggara, karena dipandang sebagai salah satu destinasi wisata super prioritas. Tentu ini menjadi tantangan saat viralnya berita yang dirilis BPS di awal tahun 2023 tentang DIY menjadi daerah paling miskin di Jawa dengan angka kemiskinan di atas rata-rata nasional sebesar 9,57 persen.




Analisis koran KEDAULATAN RAKYAT tanggal 21 Januari 2023


Berita ini cocok juga dengan tema dalam ATF, yakni “ASEAN- Empower Talents, Embrace Technology, Recover Tourism” mewakili komitmen Indonesia dalam mempercepat pemulihan pariwisata dan menciptakan talenta yang berdaya saing dan professional (www.indonesia.travel, 2022). Selain merupakan pertemuan National Tourism Organization (NTO), menteri dan pejabat pariwisata, juga ajang berkumpulnya peserta pameran, pembeli internasional, media internasional dan lokal serta pengunjung perdagangan di industri  pariwisata.

ATF diawali dari pertemuan Negara ASEAN pada tahun 1976 membentuk Bali Concord yang merupakan kesepakatan kerja sama dengan negara anggota yang meliputi politik, keamanan, ekonomi dan pariwisata. Kemudian pada tahun 1981 dibentuk suatu forum yang dinamai ASEAN Tourism Forum (ATF) di Genting Highland, Malaysia. ATF adalah kerja sama regional yang berupaya untuk mempromosikan wilayah ASEAN sebagai salah satu tujuan wisata. 

ATF tidak hanya menjadi sekedar ajang pertemuan, tetapi forum untuk bertukar pikiran, meninjau perkembangan industri, merumuskan rekomendasi guna mempercepat pertumbuhan pariwisata ASEAN, dan menyediakan wadah transaksi produk pariwisata regional dan individual negara-negara ASEAN. Di ATF nanti juga ada pertemuan para pejabat setingkat menteri dan pejabat senior yang dibagi ke dalam beberapa sesi, seperti Pertemuan ke-26 Menteri Pariwisata ASEAN, Pertemuan Menteri Pariwisata ASEAN Plus Three (Tiongkok, Jepang, Korea) ke-22, Pertemuan Menteri Pariwisata ASEAN-India ke-10, dan lainnya. 

Perlu diketahui, peserta ATF memang bukan hanya dari negara ASEAN, namun juga negara lain yang bekerjasama. Pertemuan-pertemuan tersebut tentunya diharapkan menghasilkan output yang berharga dan menguntungkan bagi setiap negara yang terlibat. Bagi DIY sendiri, kegiatan ATF ini tidak hanya menjadi daya ungkit bagi sektor pariwisata, tapi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di DIY setelah pandemi Covid-19.

ATF 2023 dengan tajuk “ASEAN: A Journey to Wonderful Destinations” diharapkan dapat menjadi bagian dari promosi yang ampuh, untuk dapat menghadirkan wisatawan di kemudian hari. Selain itu diharapkan bisa mendatangkan investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi DIY. Sehingga bisa memberikan manfaat cukup besar, selain investasi promosi, baik juga untuk pariwisata maupun ekonomi kreatif (www.krjogja.com, 18/1).

Dalam ATF ada forum Travel Exchange (Travex) yang akan mempertemukan buyer dan seller dalam bidang pariwisata. Seller dari negara ASEAN akan menawarkan paket wisata, hotel, meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE) dan sebagainya, kepada buyer dari berbagai negara. Oleh karena itu, DIY sebagai tuan rumah harus bersiap diri dengan identitas khas Jogja yang dimiliki. 

Persiapan dapat dimulai sejak sekarang mulai dari keramahan warga Jogja, pelayanan prima, dan destinasi wisata khasnya. Terakhir dan yang utama adalah memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat Yogyakarta tentang event ATF. Semoga ATF berlangsung sukses dan memberikan dampak bagi perekonomian DIY sehingga dapat keluar dari garis kemiskinan.


Yogyakarta, 19 Januari 2023

Ttd

Arif Sulfiantono, M.Agr., M.S.I.

Pendamping Desa Mandiri Budaya DIY dan Pengurus ICMI Yogyakarta Bidang Pariwisata dan Budaya



Rabu, 28 Desember 2022

MITIGASI WISATA NATARU

5 juta wisatawan diprediksi akan melakukan wisata di DIY pada libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (KR, 23/12). Angka ini diperoleh karena liburan akhir tahun 2022 ini bersamaan dengan libur sekolah. Bagi DIY angka 5 juta orang ini tentunya juga sudah masuk prediksi pemangku dan pelaku pariwisata di DIY.

Tahun 2021 wisatawan nusantara yang berkunjung ke DIY sebanyak 4,2 juta orang, dan mancanegara 14,7 ribu orang (Dinas Pariwisata DIY, 2022). Jumlah wisatawan saat ini meningkat karena destinasi wisata di DIY membuka penuh dan PPKM berada pada level 1. Kondisi ini jangan menjadikan pelaku wisata lengah karena masih ada ancaman lain, yakni bencana alam.


ANALISIS Koran Kedaulatan Rakyat hari Rabu, 28 Desember 2022

Menurut BPBD DIY (26/12) potensi bencana di DIY terutama bencana hidrometeorologi akan banyak terjadi selama dua bulan ke depan. Bulan November Gunungkidul dan Bantul menjadi daerah yang terdampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir di jembatan Wiladeg Karangmojo; banjir di Sanggrahan Ponjong; longsor di Gentungan, Karangmojo; dan longsor di Sriharjo, Imogiri, Bantul.

Melihat potensi bencana yang ada di DIY tentu pengelola destinasi wisata harus memiliki kapasitas dalam mitigasi wisata. Apalagi industri pariwisata sangat rentan terhadap bencana apabila tidak dikelola dengan baik.  Destinasi Tangguh Bencana sendiri adalah destinasi/kawasan yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan (Suparlan, 2022). Pengelola destinasi tangguh bencana harus memiliki kapasitas 4 poin.

Pertama Destinasi harus mampu mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya yang ada untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana. Kedua memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana. Ketiga memiliki perencanaan yang mengandung upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas untuk pemulihan pasca bencana. Keempat mampu memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan (Suparlan, 2022).

Selain itu juga harus dipahami aspek kerentanan, yakni pada pengelola dan wisatawan. Aspek kerentanan pengelola adalah kurangnya penguasaan standar‘safety’ atau keselamatan pengunjung dan data atau informasi potensi bencana di wilayahnya. Sedangkan untuk wisatawan lebih pada kemampuan penyelamatan diri dan jalur ramah anak, wanita hamil, lansia, difabel.

Destinasi wisata terutama wisata alam harus mengetahui titik lokasi rawan kecelakaan dan bencana di dalam areanya. Apalagi saat musim hujan seperti ini penting untuk membuat peta jalur licin yang mudah membuat pengunjung terpeleset, rawan longsor, banjir hingga serangan satwa liar (ular, serangga, binatang laut dll). Akan lebih baik dalam area tersebut dipasang papan informasi area rawan, jalur evakuasi dan titik kumpul aman.

Destinasi wisata juga harus memiliki alat kesehatan untuk penanganan kecelakaan atau bencana seperti alat pertolongan pertama kedaruratan. Termasuk juga peta jalur evakuasi penanganan kecelakaan dan bencana, misalnya peta jalur paling mudah dan singkat menuju fasilitas kesehatan (bidan, klinik, puskesmas, RS). Berikutnya adalah destinasi harus memahami kapasitas maksimal pengunjung, jangan sampai tragedi Kanjuruhan Jawa Timur dan Itaewon Korea Selatan terulang kembali.

Ancaman lain yang diwaspadai adalah Covid, per Kamis (22/12) terdapat penambahan 10 positif, jumlah suspek dalam pemantauan 508 orang (Humas DIY, 2022). Mitigasi wisata lain yang penting dalam menghadapi libur akhir tahun adalah memetakan jalur-jalur menuju destinasi rawan bencana tanah longsor, banjir bandang, hingga rawan kecelakaan lalu lintas. Personel tanggap bencana serta sarana dan prasarana penunjang penanganan bencana seperti perahu karet, alat evakuasi, kendaraan derek, dan lain sebagainya perlu disiapkan dalam mitigasi wisata.

Pemerintah dan pelaku wisata terutama destinasi wisata harus senantiasa menjalin koordinasi dan komunikasi. Contohnya adalah Polres Bantul dan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Bantul sedang memproses penghapusan Jalur Cinomati dari ‘Google Maps’ (Harian Jogja, 22/12). Penghapusan itu merupakan upaya agar wisatawan tidak melewati jalur rawan kecelakaan tersebut. Terakhir adalah edukasi kepada wisatawan agar senantiasa sadar keselamatan dengan ‘melek’ mitigasi

Yogyakarta, 23 Desember 2022

Ttd

Arif Sulfiantono,M.Agr.,M.S.I.

Pendamping Desa Mandiri Budaya DIY, anggota Forum PRB DIY dan pengurus ICMI kota Yogyakarta bidang Pariwisata dan Budaya.


Sabtu, 05 November 2022

EVENT DESA WISATA

‘Tunggu gunung kudu wareg’, artinya dalam bahasa Indonesia adalah orang-orang yang tinggal di gunung, pegunungan atau desa harus terpenuhi kebutuhannya atau terjamin kesejahteraannya. Konsep ini dikembangkan dalam pembangunan desa wisata. Ada perbedaan antara desa wisata dan wisata desa.

Pengertian desa wisata menurut Pergub DIY Nomor 40 tahun 2022 adalah kelompok masyarakat yang berusaha di bidang pariwisata yang mencakup atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung di dalam wilayah Desa/Kalurahan dengan prinsip pariwisata berbasis masyarakat. Sedangkan wisata desa adalah kegiatan wisata yang mengambil pilihan lokasi desa, dan jenis kegiatannya tidak harus berbasis pada sumber daya perdesaan (keaslian benteng alam, serta budaya dan kearifan lokal).


Keterlibatan dalam pengelolaan suatu desa wisata adalah semua unsur desa dari kepala desa, perangkat desa, struktural RT dan warga masyarakat setempat memiliki andil didalamnya. Berbeda dengan wisata desa yang keterlibatan masyarakat terbatas dan dibatasi, hanya beberapa orang tertentu saja yang terlibat. Oleh karena itu, desa wisata harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah desa, terutama partisipasi masyarakat.

Masyarakat dilibatkan secara komprehensif, diberi kewenangan dan tugas sesuai dengan potensi yang ada di desanya agar tercapai tujuannya, yakni meningkatkan perekonomian desa dan pengentasan kemiskinan. Adanya program desa wisata berbasis menetap bersama warga, masyarakat diharapkan mendapatkan pemasukan atas penyediaan tempat tinggal, pelayanan dan paket wisata lainnya. Selain itu program ini dapat memperkenalkan ragam budaya, kearifan lokal dan sumber daya alam desa.

 

Opini Koran Kedaulatan Rakyat tanggal 5 November 2022 halaman 11


Salah satu program desa wisata yang mampu meningkatkan perekonomian desa adalah penyelenggaraan event. Dalam kunjungan ke salah satu desa wisata di Gunungkidul, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) -Sandiaga Uno- meminta kepada pemerintah daerah memperbanyak event di desa wisata (www.kemenparekraf.go.id, 31/8). Hal ini bertujuan agar terjadi peningkatan jumlah kunjungan, sehingga mampu menggerakkan roda perekonomian lebih banyak lagi.

Menurut hasil penelitian Dampak Penyelenggaraan Festival di Yogyakarta oleh Lembaga Demografi UI tahun 2019 yang didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Indonesia, kontribusi terbesar pengunjung festival dari luar Yogyakarta adalah pada penginapan dan transportasi. Kontribusi festival di Yogyakarta senilai Rp 114,2 Milyar pada tahun 2019, dengan rincian Rp 12 Milyar dari Yogyakarta, dan Rp 102,2 Milyar dari luar Yogyakarta.

Kuliner mendominasi ragam usaha di sekitar lokasi festival/event. Keragaman kuliner di Yogyakarta juga merupakan daya tarik wisata, yang bisnisnya cenderung stabil (Wuryanto, 2022). Selain itu jasa transportasi merupakan aspek penting dalam perekonomian Yogyakarta yang tumbuh melalui wisata.

Festival atau Event juga membuka peluang entrepreneurship dan mengekspansi bisnis masyarakat. Dalam destival ada 20% merupakan pedagang ‘tiban’ atau dadakan; dan 17% merupakan gerai tambahan (Lembaga Demografi UI, 2019). Festival berkontribusi terhadap pendapatan pelaku usaha hingga Rp 800 ribu per hari bagi pedagang regular, Rp 350 ribu per hari bagi pedagang yang ekspansi, dan Rp 750 ribu per hari bagi pedagang tiban.

Konsep Event ini dilaksanakan oleh Desa Wisata Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, Kulon Progo yang pada tanggal 28-29 Oktober 2022 bersama Dinas Pariwisata Kulon Progo menyelenggarakan eventRally Foto Konservasi’. Desa Ramah Burung adalah Unique Selling Point (USP) yang dimiliki oleh Jatimulyo dan menjadi kekuatan desa wisata, sehingga cukup berhasil dalam penyelenggaraan event dengan tema konservasi.

Total ada 94 orang peserta yang terlibat dalam event foto Jatimulyo, dan berasal dari Jakarta, Bandung, Pekalongan, Magelang, Batang, Solo, Surabaya, Malang, Bali, Lombok, Sorong, Banjarmasin, selain dari Yogyakarta. Ada 23 homestay dan rumah warga yang dipakai untuk menginap peserta selama penyelenggaraan event selama 2 hari ini.

Menurut tenaga ahli Dinas Pariwisata DIY –Ike Janita Dewi- (2022) dalam pengembangan destinasi yang modern, DIY sulit bersaing dengan daerah lain. DIY harus mengambil strategi diferensiasi, yaitu dengan membangun kepariwisataan berbasis tradisi, seni, dan budaya. Salah satu caranya adalah dengan penyelenggaraan event daerah. Event yang mengambil keunikan dari seni dan budaya daerah (event uniqueness) dapat digunakan untuk mempromosikan wisata, seperti di Jatimulyo.

 

Yogyakarta, 30 Oktober 2022

ttd

Arif Sulfiantono,M.Agr.,M.S.I.

Pendamping Desa Mandiri Budaya DIY & Pengurus ICMI Kota Yogyakarta bidang Wisata dan Budaya


Rabu, 28 September 2022

WORLD TOURISM DAY

 

Indonesia resmi menjadi tuan rumah World Tourism Day atau Hari Pariwisata Dunia pada 27 September 2022 ini. Keputusan itu disahkan pada Sidang Majelis Umum ke-24 Organisasi Pariwisata Dunia (United Nations of World Tourism/UNWTO) di Madrid, Spanyol pada tahun 2021.

Peringatan Hari Pariwisata Dunia akan dipusatkan di Bali, dengan mengusung tema ‘Rethinking Tourism’. Tema ini bertujuan untuk menginspirasi diskusi seputar memikirkan kembali pariwisata untuk pembangunan, termasuk dalam hal pendidikan dan pekerjaan, dan dampak pariwisata terhadap keberlangsungan planet bumi.  Terutama memikirkan kembali pariwisata setelah pandemi Covid-19.



Analisis koran Kedaulatan Rakyat hari Rabu, 28 September 2022


Percepatan pemulihan pariwisata dunia harus terus dilakukan, oleh karena itu kegiatan dipusatkan di Bali, destinasi wisata unggulan Indonesia yang memperoleh dampak besar pandemi Covid-19. Untuk pariwisata DIY sendiri mengalami dampak yang cukup besar bagi pengelola destinasi wisata.

Dalam Statistik Kepariwisataan DIY, jumlah destinasi atau obyek wisata di DIY pada tahun 2021 yang meliputi obyek wisata alam, obyek wisata budaya, obyek wisata buatan, dan desa/kampung wisata sebanyak 274 obyek wisata (Dispar DIY, 2021). Masih ada beberapa obyek wisata yang sementara tidak beroperasi karena terdampak Covid-19, sehingga berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke DIY.

Keseluruhan kunjungan wisatawan mancanegara ke DIY pada tahun 2019 sebanyak 433.027 orang, tahun 2020 sebanyak 69.968 orang, dan tahun 2021  sebanyak 14.740 orang. Ada penurunan minus 83% dari tahun 2019 ke 2020, dan minus 78,93& dari tahun 2020 ke 2021 (Statistik Pariwisata DIY 2021). Untuk wisatawan nusantara pada tahun 2019 sebanyak 6.116.354 orang, tahun 2020 sebanyak 1.778.580 orang, dan tahun 2021 sebanyak 4.279.985 orang.

Ada pertumbuhan positif dari tahun 2020 ke 2021 sebesar 140,64%; dari sebelumnya mengalami penurunan dari tahun 2019 ke 2020 sebesar minus 70,92% (Statistik Pariwisata DIY 2021). Angka ini menunjukkan bahwa pariwisata DIY masih didominasi oleh wisatawan lokal atau nusantara. Hasil positifnya adalah pariwisata di DIY lebih cepat pulih.

Pariwisata adalah pilar pembangunan yang menyerap banyak lapangan kerja, inklusif, dan berkelanjutan. Hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) pada tahun 2018, sektor pariwisata mempunyai dampak pada pengganda output, nilai tambah, pendapatan, dan tenaga kerja sebesar rata-rata di atas 2. Angka rata-rata ini menunjukkan peningkatan pendapatan di sektor pariwisata sebesar satu satuan (dalam juta rupiah) akan meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian nasional sebesar 2.

Begitu juga untuk pengganda output, nilai tambah, dan tenaga kerja pada sektor pariwisata akan meningkatkan output, nilai tambah, dan peningkatan penambahan tenaga kerja secara nasional. Industri pariwisata merupakan salah satu industri padat karya dengan lingkup bisnis, restoran, penginapan, pelayanan perjalanan, transportasi, pengembangan daerah tujuan wisata, fasilitas rekreasi dan atraksi wisata.

Informasi yang menarik di DIY ternyata kunjungan pariwisata juga didukung oleh adanya event atau festival seni dan budaya. Data dari Jogja Festivals Forum sebagai kumpulan penyelenggaran event di DIY data pengunjung festival di DIY pada tahun 2018/2019 sebanyak 449.673 orang. Event di DIY ini mempunyai dampak ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan.

Untuk dampak ekonomi adalah meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, dan membuka peluang bisnis baru. Dampak sosial budaya berupa menumbuhkan kebanggaan masyarakat, melahirkan solidaritas dan kebersamaan, serta mengedukasi komunitas. Sedangkan dampak lingkungan adalah mengembangankan potensi daerah, mempromosikan destinasi wisata dan membangun citra daerah.


Hotel Grand Mercure, 26 September 2022 pukul 21.05

Jumat, 01 April 2022

MASJID DAN POTENSI WISATA RELIGI

Selama tiga hari tanggal 25 hingga 27 Maret 2022 sebanyak 129 perwakilan takmir masjid dari wilayah Indonesia hadir di masjid Jogokariyan untuk mengikuti workshop Masjid Sebagai Destinasi Wisata Religi. Kegiatan yang digagas oleh Takmir Masjid Jogokariyan ini mengambil fokus masjid sebagai wisata yang mampu menggerakkan pemberdayaan ekonomi warga, bukan wisata religi ziarah kubur.

Selain memiliki jumlah penduduk muslim terbesar, Indonesia juga memiliki destinasi yang berpotensi pada wisata halal. Menurut Menparekraf Sandiaga Uno, Indonesia Selain masuk ke dalam lima Negara dengan pengeluaran wisata halal tahun 2019 berdasarkan data dari State of Global Islamic Economic Report 2020/2021, yakni sebesar $11,2 Milyar US atau sekitar Rp 160,720 Triliun (Kemenparekraf, 2021). 

Tayang di Opini Koran 'KEDAULATAN RAKYAT' hari Jumat, 1 April 2022

Data Kementerian Agama ada 280.320 masjid di Indonesia sampai bulan Maret 2022. Ini merupakan sebuah potensi yang besar untuk pemberdayaan ekonomi jika mengambil angka 10% dari jumlah masjid tersebut makmur setingkat masjid Jogokariyan. Untuk wilayah Provinsi DIY sendiri tahun 2021 ada 8.107 masjid, dan 6.792 mushola/langgar.

Wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan mendapatkan kenikmatan dan tujuan untuk mengetahu sesuatu; dapat juga yang berhubungan dengan kegiatan olahraga, kesehatan, keagamaan, dan keperluan lainnya. Wisata religi merupakan sebuah perjalanan untuk memperoleh pengalaman dan pelajaran (edukasi). 

Sedangkan wisata halal adalah serangkaian layanan fasilitas, atraksi, dan aksesibilitas yang dimaksudkan untuk memberikan dan memenuhi pengalaman, kebutuhan, dan keinginan wisatawan muslim (Sutono, 2019). Motif wisata religi adalah dapat sekedar untuk mengisi waktu luang, untuk bersenang-senang, bersantai hingga studi dan kegiatan agama. Potensi wisata sendiri adalah segala sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata (Pendit, 1999). 

Potensi wisata tersebut adalah (1). Potensi budaya adalah potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat baik itu adat istiadat, kesenian, dan budaya. (2). Potensi alamiah adalah potensi yang ada di masyarakat berupa potensi fisik dan geografi seperti alam. (3). Potensi manusia atau wisata buatan, adalah manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata, seperti melalui pementasan tarian/kesenian daerah hingga produk manusia (buatan). 

Menurut informasi Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Ustad HM. Jazir ASP, untuk wisatawan yang berkunjung di masjid Jogokariyan, Yogyakarta sendiri tiap bulan dapat mencapai 50 hingga 60 bus besar. Mayoritas pengunjung adalah pengurus atau jamaah masjid, organisasi keagamaan atau sekolah yang ingin belajar manajemen kemasjidan. Aktivitas masjid Jogokariyan termasuk dari potensi wisata buatan.

Pariwisata termasuk bisnis atau industri kreatif yang mempunyai keluaran/output ekonomi atau uang. Masjid Jogokariyan sudah melakukannya dengan menyelenggarakan berbagai atraksi event atau kegiatan yang menarik wisatawan. Salah satu contohnya adalah Pasar Rakyat yang digelar tiap hari Sabtu dan Ahad dari Subuh hingga siang hari.

Pasar Rakyat Jogokariyan yang dimulai pada tanggal 8 Agustus 2021 bertujuan untuk memulihkan kondisi perekonomian warga Jogokaryan yang terpuruk karena terdampak pandemi Covid. Menurut informasi Ustad Jazir omzet bulanan Pasar Rakyat sekarang mencapai Rp 1 Milyar dan mampu memperbaiki ekonomi warga. Bahkan menjadi salah satu destinasi favorit dari pengunjung wisata religi Masjid Jogokariyan. 

Potensi wisata religi lainnya yang jarang dilirik adalah eco-masjid, yakni menjadikan masjid sebagai pusat pembelajaran cinta lingkungan. Kegiatan ini sudah dilakukan oleh Masjid Al Muharram, Kampung Brajan, Kasihan Bantul sejak tahun 2013 dengan nama Gerakan Sedekah Sampah. Melalui gerakan berwawasan lingkungan ini hasilnya dapat dimanfaatkan untuk santunan pendidikan, kesehatan dan sembako untuk warga.

Bahkan gerakan sedekah sampah Masjid Al Muharram inilah yang menginspirasi lahirnya program eco-masjid yang dicanangkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) pada November 2017. Masjid Al Muharram-pun menjadi salah satu destinasi wisata religi edukasi lingkungan. 

Masjid yang memiliki tanah wakaf pertanian atau perkebunan pun dapat menjadi destinasi wisata religi berbasis alam dan edukasi. Memasuki ekonomi kreatif kini wisata religi masjid tidak terbatas ziarah kubur atau masjid bernilai sejarah, tapi telah bertransformasi menjadi destinasi wisata berbasis edukasi dan pemberdayaan ekonomi.

Yogyakarta, 27 Maret 2022
Ttd

Arif Sulfiantono
Pendamping Desa Wisata & Pengurus DMI DIY