Kamis, 06 Maret 2014

M. Natsir Mulai Berpartisipasi Dalam Kegiatan Dunia

Pada tahun 1956, Muhammad Natsir mendapat undangan dari Muktamar Alam Islami yang khusus membicarakan Palestina dan diadakan di ibukota Syria, Damascus. Tidak kurang dari 80 orang utusan yang datang dari berbagai negara termasuk Sheikh Maududi dari Pakistan, Sheikh Abu Hasan An-Nadwi dari India, dan Sheikh Az-Zahawy dari Irak.

Tentang Sheikh Abul 'Ala Maududi diterangkan bawa dia pernah ditangkap oleh Pemerintah Pakistan karena dituduh membahayakan negara dan masyarakat. Oleh pengadilan kemudian dia dijatuhkan hukuman mati. Berita itu lantas tersiar luas ke dunia Islam yang mengenal perjuangannya. Sehingga timbullah protes keras dari berbagai negara Islam, antara lain Indonesia. Ummat Islam dengan perantaraan BKOI (Badan Kontak Organisasi Islam) di Jakarta mengirimkan sepucuk surat yang menganjurkan kepada Pemerintah Pakistan meninjau kembali keputusan tersebut.

Pemerintah Pakistan dapat memahami reaksi-reaksi hebat yang datang dari berbagai negara Islam yang menyadari pentingnya kehadiran Maududi sebagai tokoh Ummat Islam. Sheikh Maududi kemudian dibebaskan. Tatkala tiba di medan Muktamar Alam Islami di Damascus itu dia disambut dengan meriah dan gembira.

Muktamar dapat dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sidang pembukaan diketuai oleh utusan yang tertua, dari Irak. Di waktu pemilihan ketua, Indonesia mengusulkan seperti kebiasaan konfrensi internasional, yaitu agar pimpinan dipegang oleh tuan rumah. Datang usul lain dari negara-negara Arab, supaya Indonesia menjadi ketua, sedangkan Pakistan dan India jadi Wakil Ketua I dan Wakil Ketua II.

Dengan aklamasi sidang menyetujui usul ini.

Dengan melalui pembicaraan yang agak lama dibentuk kemudian pelbagai panitia, misalnya bidang politik, sosial-ekonomi, organisasi, dan lainnya. Kemudian panitia-panitia itu mengadakan sidang sendiri-sendiri, hingga tercapai keputusan-keputusan yang baik. Dalam pembicaraan-pembicaraan sering terjadi perdebatan sengit tetapi setelah selesai mereka berlaku seperti biasa. Ya, disinilah letak ketinggian jiwa persaudaraan dalam Islam.



Ada satu anekdot dalam persidangan, antara lain:


Delegasi Indonesia bertanya,  “Ada 7 negara Arab dengan berpuluh-puluh juta rakyat, menghadapi satu negara kecil Israel dengan penduduk sekitar 2,5 juta. Mengapa Israel bisa menang, kenapa Front Arab kalah??

Dijawab oleh Sekjen
Muktamar, Dr. Sayid Ramadhan: “Sebetulnya mudah saja. Yaitu oleh karena kami ber-tujuh itu. Sedangkan mereka ber-satu”.

#dari Buku 'Muhammad Natsir, 70 tahun Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan', Jakarta: Pustaka Antara, 1978. Penyusun: Panitia Buku Peringatan M. Natsir/M. Roem 70 tahun, halaman 139.