Jumat, 02 Desember 2011

MENGHIJAUKAN HUTAN KAWASAN TNGM

Presiden SBY pada awal pemerintahannya tahun 2009 telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan upaya sendiri, atau sampai 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2020 dalam rangka mitigasi perubahan iklim global.  Salah satu upaya yang diperlukan adalah penanaman dan pemeliharaan pohon yang dilakukan secara masal oleh setiap komponen bangsa. Oleh karena itu, Pemerintah telah menetapkan setiap tanggal 28 November sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2008.
Melalui momen tanggal 28 November 2011 ini, Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) memulai untuk melakukan kegiatan penghijauan hutan di kawasan TNGM. Kegiatan ini dilakukan setelah pihak Balai TNGM bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM melakukan kajian ekologi dan kondisi tanah setelah erupsi.
Restorasi Kawasan TNGM
Dampak erupsi Merapi -terutama awan panas dan lahar dingin- jelas merusak kawasan hutan TNGM. Kerusakan hutan yang sangat parah (hampir 100% kawasan rata tanah) terjadi di wilayah kecamatan Cangkringan, Sleman dan kecamatan Kemalang, Klaten.  Kerusakan parah (50-75% pohon tumbang) terjadi di Pronojiwo-Gandok, Kaliurang, Sleman. Kerusakan sedang (25-50% vegetasi rusak) terjadi di kecamatan Dukun dan Srumbung, Magelang.
Untuk pemulihan kawasan TNGM maka dilakukan kegiatan restorasi, yakni proses untuk membantu pemulihan kembali suatu ekosistem yang telah rusak dan terdegradasi. Manusia sebagai ‘Khalifah fil Ardh’ harus menjaga dan meningkatkan jasa ekosistem, dimana pengertian ekosistem disini bukan berupa komoditi tetapi sistem yang hidup. Upaya restorasi merupakan petunjuk dari sikap manusia yang menyatu dengan alam, bukan berkuasa terhadap alam.
Restorasi yang ideal dapat mengembalikan fungsi ekosistem dan memiliki nilai sosial dan ekonomi terhadap masyarakat. Keberhasilan restorasi pada tiap ekoregion akan dapat dilihat dengan jelas pada sikap masyarakat, yakni meningkatkan kesadaran lingkungan. Salah satu kegiatan restorasi TNGM adalah survei kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan TNGM. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk pemanfaatan kawasan TNGM oleh masyarakat; serta mengidentifikasi potensi dan kebutuhan masyarakat desa di sekitar kawasan TNGM. Kegiatan ini menjadi salah satu aspek dalam perancangan program restorasi kawasan dengan mempertimbangkan masyarakat sekitar sebagai salah satu stakeholder.
Penghijauan Hutan TNGM
Erupsi Merapi tahun 2010 memberikan pelajaran berharga tentang suksesi di alam. Hutan tanaman Pinus (Pinus merkusii) di Merapi yang ditanam Perhutani sebelum TNGM terbentuk (SK penunjukan tahun 2004), ternyata tidak kuat menahan dampak awan panas Merapi. Tegakan hutan Pinus di lereng Selatan, sebagian besar mati terkena efek erupsi, seperti pasir dan abu panas.
 Opini Koran Kedaulatan Rakyat tanggal 2 Desember 2011

Hal ini berbeda dengan tanaman asli Merapi seperti Puspa (Schima wallichi) dan Rasalama (Altingia excelsa) yang dapat bertahan (survive). Tegakan Puspa dan Rasamala masih berdiri tegak, walaupun ranting dan daunnya habis terkena abu panas. 3 bulan setelah erupsi, keluar trubus pada tegakan Puspa dan Rasamala.
Demikian juga dengan tanaman bambu asli Merapi jenis apus (Gigantochloa apus). Bambu apus menjadi pioner dalam suksesi Merapi, sebulan setelah erupsi ketinggiannya mencapai rata-rata satu meter.
Padahal waktu tersebut banyak masyarakat luar Merapi yang melakukan program penanaman di kawasan tersebut. Akibatnya banyak tanaman baru hasil penanaman yang mati, apalagi tidak adanya metode khusus penanaman dan pemeliharaan.
Oleh karena itu, Balai TNGM menyiapkan jenis-jenis asli Merapi untuk menghijaukan kembali kawasan hutan, seperti Puspa (Schima wallichii), Rasamala (Altingia excelsa), Pasang (Quercus turbinata), Kina (Chinchona ledgeriana), Dadap (erythrina-lithosperm), dan bambu (Gigantochloa apus). Balai TNGM bersama Fakultas Kehutanan UGM akan membangun demplot tanaman seluas 5 Hektar di Kalikuning, Cangkringan, Sleman dengan berbagai perlakuan (penanaman dan pemeliharaan).
Selain itu, LSM Jepang ‘JICA’ juga akan melakukan penanaman seluas 40 Hektar di Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Magelang dan Desa Mriyan, Kecamatan Musuk, Boyolali melalui kegiatan restorasi JICA. Tahun ini pula, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo (BP DAS SOP) Kementerian Kehutanan juga melakukan penghijauan di kawasan TNGM seluas 120 Hektar melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).
Semua kegiatan penghijauan kawasan TNGM melibatkan masyarakat lokal sekitar kawasan TNGM, yakni dari pembibitan, penanaman sampai pemeliharaan. Kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan fungsi penting menjaga ekosistem Merapi, dimana Merapi sudah memberikan banyak manfaat terutama fungsi penyedia air. Tujuan akhir restorasi Merapi adalah menyadarkan manusia, bahwa manusia hanya dapat menyatu dengan alam, bukan berkuasa atas alam. Wallahu’alam.

PENGELOLAAN KAWASAN TNGM PASCA ERUPSI 2010

Tidak terasa, tepat satu tahun peristiwa letusan besar Merapi telah terlewatkan. 26 Oktober 2010 tepat pukul 17.23 WIB, gunung yang menjadi ciri khas kota Jogja itu menyemburkan awan panas yang menyambar lereng Selatan, menjangkau Kaliadem dan Kinahrejo. Raden Ngabehi Surakso Hargo atau Mbah Maridjan, juru kunci Merapi ikut menjadi korban.
Tanggal 5 November 2010 Merapi meletus lebih besar sehingga merenggut korban yang lebih banyak. Ratusan jiwa melayang. Korban ini bukan saja berupa manusia, atau harta benda, namun juga berupa hewan, baik ternak maupun satwa liar.
Kerusakan Kawasan TNGM
Kerugian tak ternilai lain adalah ekosistem dan keanekaragaman hayati di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Berdasarkan pengolahan data Citra IKONOS November 2010, 82%(5263 Hektar) dari 6.145,45 Hektar kawasan TNGM terdampak erupsi. Sekitar 2000-2500 Hektar (31-39%) dari luas kawasan yang berupa hutan pegunungan tropis telah rusak.
Erupsi Merapi kali ini membawa dampak hilangnya ekosistem hutan yang cukup luas. Adanya luncuran awan panas dan banjir lahar dingin ke arah selatan dan barat lereng Merapi mengakibatkan terjadi perubahan lingkungan di dalam kawasan. Perubahan lingkungan ini mencakup komponen abiotik, biotik dan sosial budaya. TNGM sebagaimana taman nasional yang lain, dikelola berdasarkan sistem zonasi. 
Opini Koran Kedaulatan Rakyat tanggal 26 Oktober 2011

Pengelolaan Taman Nasional
UU No. 5 tahun 1990 pasal 32 menjelaskan bahwa kawasan Taman Nasional (TN) dikelola dengan sistem zonasi, yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluan. Menurut Permenhut No 56 tahun 2006 tentang Pengelolaan Zonasi Taman Nasional, zonasi adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.


Zonasi merupakan pengaturan tata ruang didalam kawasan TN menyesuaikan kondisi ekologi, sosial dan ekonomi yang ada.  Zonasi TNGM yang ada adalah hasil dari penyusunan Rencana Pengelolaan TNGM (2005) dan diperbaiki (di-review) zonasinya pada tahun 2008. 
 
Rencana Pengelolaan TNGM
Bencana alam erupsi Merapi tahun 2010 memberi pelajaran yang sangat berharga bagi pengelolaan TNGM dalam melakukan penataan kawasan (zoning). Balai TNGM saat ini masih melakukan kajian dalam penerapan zonasi yang dinamis, karena bencana merapi mempunyai kecenderungan bersifat siklik.
Konsep pengelolaan TN yang berbasis pada mitigasi bencana alam (pengurangan resiko bencana alam) masih dalam tahap penyusunan. Pengelolaan TN berbasis pada mitigasi bencana adalah model pengelolaan yang disesuaikan dengan kerawanan (hazard), kerentanan (vulnerability), dan komponen yang beresiko (elemen at risk) terhadap kepunahan.
Data kawasan terbaru pasca erupsi berikut potensi keanekaragaman hayati (kehati) dan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis ilmiah sangat diperlukan dalam penyusunan rencana pengelolaan TNGM ke depan. Data potensi kehati TNGM menunjukkan penurunan kuantitas, seperti jumlah jenis burung yang diidentifikasi ada 97, padahal sebelum erupsi 2010 mencapai 159 jenis (TNGM, 2011).
Hancurnya tempat tinggal dan hilangnya mata pencaharian masyarakat sekitar Merapi (terutama lereng Selatan) membawa efek perubahan profesi masyarakat. Kondisi ini tentunya mempengaruhi strategi pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan TNGM.
Kawasan TNGM yang mengalami kerusakan parah, seperti lereng Selatan akan dilakukan penanaman jenis pohon yang cepat tumbuh. Ini dimaksudkan sebagai penghalang (barrier) laju awan panas yang cenderung mengarah ke Selatan. Pihak Balai TNGM bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM berupaya melakukan pemilihan jenis tumbuhan yang sesuai dengan kondisi ekosistem Merapi dan cepat tumbuh.
Jenis tumbuhan yang ditanam juga disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar kawasan TNGM, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat dari keberadaan TNGM. Untuk tahun 2011 ini, Balai TNGM melibatkan masyarakat dalam kegiatan penanaman; seperti RHL (Rehabilitasi Hutan dan Lahan) dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo; serta restorasi dari JICA.
Kegiatan penanaman kembali atau restorasi dilakukan dengan metode khusus. Peristiwa erupsi tahun 2006 memberi pelajaran berharga, Kali Gendol yang merupakan jalur awan panas, tanahnya masih panas pada kedalaman 2 meter selama 2 tahun.
Inilah salah satu sebab banyak bibit tanaman yang ditanam oleh masyarakat luar Merapi akhirnya cepat mati, karena tidak memakai metode khusus dan pemeliharaan. Oleh karena itu, pengelolaan TNGM ke depan diharapkan dapat mewujudkan keharmonisan hidup bersama Merapi, ‘Living Harmony With Merapi’. Semoga.

Senin, 05 September 2011

Baluran, African Van Java

Ujung Pulau Jawa bagian Timur, tepatnya di Baluran, Kabupaten Situbondo ternyata menyimpan kekayaan alam khas berupa hutan savana. Di kawasan konservasi yang dikelola Balai Taman Nasional Baluran ini, pengunjung dapat merasakan suasana Afrika. Satwa liar seperti banteng (Bos javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), rusa (Cervus timorensis), kijang (Mutiacus muntjak) cukup mudah ditemui pengunjung. Burung cantik merak hijau (Pavo muticus) dapat ditemui bebas berkeliaran di Baluran.
Terletak di jalan trans Banyuwangi-Surabaya, tepatnya di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Taman Nasional (TN) Baluran dapat ditempuh 30 menit (27 Km) dari Ketapang, Banyuwangi; dan 6 jam (265 Km) dari Surabaya. Untuk memasuki kawasan savana Bekol, pengunjung dapat menempuh menggunakan sepeda motor maoun mobil dengan jarak 12 Km dari pintu masuk Batangan. Selama perjalanan menuju Bekol, pengunjung dapat menikmati keindahan Evergreen Forest, yang hijau sepanjang tahun. 


Alhamdulillah  keluar di Rubrik Pariwisata koran 'Kedaulatan Rakyat', Ahad 28 Agustus 2011

Bahkan pengunjung juga dapat menemui satwa liar seperti rusa, kijang, ayam hutan berjalan menyeberang jalur Batangan-Bekol maupun di pinggir jalan.  Bekol memiliki daya tarik berupa hamparan savana yang luas. Bekol inilah yang dijuluki Africa van Java. Lokasi ini ideal untuk menikmati atraksi satwa seperti rusa, banteng, kerbau liar, kijang, ajag, lutung, monyet ekor panjang dan aneka jenis burung. Keanekaragaman jenis burung di savana Bekol cukup tinggi, diantaranya adalah merbah cerukcuk, kutilang, tekukur, srigunting, cabe jawa, ayam hutan hijau dan merah, merak hijau, kapinis, cekakak, cipoh, pergam, bondol, layang-layang dan lain-lain.
Sarana dan prasarana yang ada di sekitar objek wisata ini tergolong baik, diantaranya menara pengintai, pesanggrahan, mushola, wc, wisma tamu, wisma peneliti serta kantin. Kekhasan dari Bekol yakni adanya menara pengintai untuk menikmati keindahan lanskap penyusun TN Baluran yang dimulai dari pantai, hutan mangrove, hutan pantai, savana, evergreen forest, hutan musim sampai panorama Gunung Baluran. Selain itu dari menara pengintai juga dapat menikmati sunrise di Pantai Bama dan sunset di Gunung Baluran.

Puas menikmati Bekol, pengunjung dapat melanjutkan ke pantai Bama, yang hanya berjarak 3 Km. Pantai Bama menawarkan alternatif pilihan, disini matahari terbit (sunrise-nya) pulau Jawa dapat disaksikan keindahannya. Keindahan Pantai Bama dan sekitarnya yang relatif masih bersih dari limbah; serta terumbu karang dan ikan hias menjadi daya tarik bagi pengunjung yang suka berenang, snorkeling, dan menyelam. Pantai Bama dikelilingi oleh hutan mangrove yang memiliki jenis flora seperti Rhizophora muncronata, Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba.
Satwa liar yang dapat ditemukan diantaranya adalah monyet ekor panjang, lutung, bajing, kalong, biawak, rusa, kucing hutan, jelarang, tupai; dan berbagai jenis burung yaitu cekakak sungai, tekukur, pergam, cipoh, julang emas, kangkareng, elang ular, kuntul kerbau, wiwik, cinenen jawa, perenjak, merbah cerukcuk dan trinil karang. Sepanjang perjalanan menuju Bama terlihat flora dan fauna di kanan dan kiri jalan baik di savana maupun hutan pantai. Sarana dan prasarana yang ada di sekitar objek wisata ini tergolong baik, diantaranya pesanggrahan, mushola, wc, kantin, serta sarana outbond.
Obyek wisata lain di Baluran yakni Gunung Baluran, Pantai Balanan, Pantai Bilik, Pantai Sijile, Candi Bang, dan Teluk Air Tawar. Tidak setiap hari kawasan ini ramai dikunjungi, hanya pada hari Minggu atau liburan banyak pengunjung. Untuk masuk kawasan, setiap pengunjung dipungut Rp 2500,-; sepeda motor Rp 3 ribu; dan mobil Rp 6 ribu. “Baluran merupakan lokasi favorit bagi birdwacher (pengamat burung),’’ ujar seorang peserta 2nd Annual Baluran-PLN Birding Competition, pertengahan Juli 2011 lalu.

Jumat, 22 April 2011

GHAZWUL FIKR (Perang Pemikiran)


“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.”
(Q.S. Lukman: 6)

Pengertian ghazwul fikr dapat dilihat dari segi bahasa dan segi istilah. Ghazwul secara bahasa artinya serangan, serbuan, invasi, sedangkan fikr adalah pemikiran. Sedangkan secara istilah ghazwul fikr artinya penyerangan dengan berbagai cara terhadp pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal yang tidak islami.

Mengapa kita harus memahami ghazwul fikr? karena ghazwul fikr itu sangat penting bagi kita kita, yaitu :

1. Mengenal musuh Islam.
2. Mengenal sarana-sarana yang dapat memukul Islam
3. Mengenal keadaan alam Islam
4. Menghindari keraguan dalam Islam.
5. Menjadikan dakwah kepada Allah dengan melihat ayat-ayat-Nya.

Adapun sasaran dari ghazwul fikr itu sendiri antara lain :

1. Menjauhkan umat Islam dari diennya.
2. Berusaha memasukkan orang yang kosong keislamannya kedalam agama kafir.
3. Memadamkan cahaya Allah.

Sedangkan metoda-metoda ghazwul fikr antara lain :

1. Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas.
a.   Tasykik (Pendangkalan/peragu-raguan), yaitu gerakan yang berupaya menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum muslimin terhadap agamanya.
b.  Pencemaran/pelecehan, yaitu upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggan kaum muslimin terhadap Islam dan menggambarkan Islam secara buruk.
c.  Tadhlil (penyesatan), yaitu upaya orang kafir untuk menyesatkan umat Islam dengan cara halus sampai kasar.
d.   Taghrib (westernisasi), yaitu gerakan yang sasarannya untuk mengeliminasi Islam, mendorong kaum muslimin untuk menerima seluruh pemikiran dan perilaku barat.

2. Menyerang Islam dari dalam
a.    Penyebaran sekularisme, yaitu usaha memecahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
b.    Penyebaran nasionalisme, pluralisme, dll yang dapat membunuh ruh ukhuwah islamiyah.
c.    Pengrusakan akhlak umat Islam terutama generasi mudanya.
Ghazwul fikr dapat menyebar melalui berbagai sarana, yang dikenal dengan 3F dan 5S, dimana 3F itu terdiri dari Food (makanan), Fun (Hiburan), Fashion (Cara berpakaian). Sedangkan 5S terdiri dari Song (lagu), Sex, Sport (olahraga), Shopping (berbelanja/konsumerisme), dan Science (ilmu pengetahuan).
Adian Husaini menyebutkan Zionisme menyebar melalui 3 bidang, yaitu: 1. Ekonomi; 2. Militer; 3. Lifestyle.

Ghazwul fikr dapat menyebabkan berbagai hal antara lain :
  1. Umat Islam menyimpang dari Al Qur’an dan As Sunnah.
  2. umat Islam menjadi minder dan rendah diri
  3. umat Islam menjadi ikut-ikutan terhadap budaya orang kafir
  4. umat Islam menjadi tepecah belah.
Strategi Belanda dalam menghadapi Islam di Indonesia (Dr. Snouck Hungronje):

1.    1. Ummat Islam jangan diberi kesempatan berpolitik dengan landasan agamanya.
     Berapa banyak partai Islam di Indonesia? Bagaimana kondisinya?

2.    2. Mendatangkan sekolah nasrani sebagai misi zending agar anak dididik terpisah dari agamanya.
     Yang diserang generasi mudanya. Saat ini sudah mulai menyerang balita melalui baby sitter. Tujuan utama   
     adalah: iman mengambang (minimal) dan murtad (maksimal).

3.    3. Ummat Islam dipecah-pecah menjadi beberapa golongan.
    Menjadi Islam Abangan dan Putihan (kasus Sarekat Islam). Putihan dipecah lagi menjadi modern & 
    tradisional; dlsb.

4.    4.  Memecah belah pemuka adat dan ulama.
      Adu domba, spt kasus perang paderi, P. Diponegoro, dlsb.

5.    5. Politik ‘gula-gula’
    Ummat Islam jangan diperangi tetapi didekati melalui pemberian fasilitas ibadah ritual, tidak boleh 
     berpolitik; seperti: dibangunkan masjid2; pemberangkatan haji; adanya pemberian gelar haji; dlsb.

Kunci agar Islam bersatu:
1.   1. Islam mempunyai pedoman hidup yang sama; yaitu Al-Qur’an. Pelajari dan amalkan!
2.   2. Menyambung silaturrahmi, merajut tali ukhuwah Islamiyah.
3.   3. Menyadari bahwa kebenaran sejati hanya dari Allah, yaitu dengan:
§  Jangan menggunakan pendekatan konflik dalam memecahkan masalah, tetapi dengan musyawarah bil ma’ruf (Q.S. Ali-Imran: 102)
§  Menumbuhkan kerja yang bersifat Islamiyah (Q.S. Al-Maidah: 2)

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. At-Taubah: 115)

@patangpuluhan 22-4-2011, saat mencari bahan kajian taklim.

Kamis, 24 Maret 2011

KITA-LAH YANG BUTUH DAKWAH


Suatu hari saya dan istri berdiskusi tentang peta dan kondisi dakwah di kampung. Mulai dari pengurus yang ‘mbalelo’, bidang kaderisasi yang tidak jalan, sampai lemahnya komitmen mengikuti ta’lim. Akhir diskusi diambil kesimpulan bahwa silakan bagi pengurus atau aktivis yang ‘mbalelo’ boleh keluar dari gerakan dakwah ini.

Memang kelangsungan dakwah telah mendapatkan jaminan dari Allah SWT. Akan tetapi ia juga berhubungan dengan kontribusi dakwah. Ia ibarat tetesan darah yang memperpanjang usia perjalanan dakwah ini. Oleh karenanya pengorbanan aktivis terhadap dakwah menjadi sangat vital.

Dakwah bisa terus berjalan atau mandeg lantaran pengorbanan aktivis dan pengurusnya. Mereka yang terdepan dalam memberikan kontribusinya, merekalah yang menjadi pelangsung dakwah. Sebaliknya mereka yang manja dan lemah, menjadi penyebab mandul atau matinya dakwah. Karena mereka tidak memberikan pengorbanan, Allah SWT akan menggatikannya dengan aktivis yang lainnya. Hal itu terjadi untuk mensinambungkan gerak perjalanan dakwah.

Piknik TPA Baiturrahim Patangpuluhan tahun 2000

“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)”. (Q.S. Muhammad: 38)

Rasulullah saw. bersabda, ”Senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang menyeru dan menegakkan kebenaran, sampai datang kepada mereka ketentuan Allah (kemenangan).” (HR. Bukhari)
Dakwah tidak membutuhkan seseorang yang lemah dan manja. Kita-lah yang butuh dakwah, kita-lah yang butuh ta’lim/pengajian; karena kita sangat membutuhkan Rahmat-Nya. Kereta dakwah ini tetap berjalan dengan atau tanpa kita.

Kaliurang/kantor BTNGM, 24-3-2011

Senin, 14 Maret 2011

TEKS DOA DALAM KEGIATAN KEHUTANAN (BIDANG PEMERINTAHAN/PNS)



Teman, sobat sangat sering saya diminta membacakan doa atau jadi Naib untuk kegiatan-kegiatan kantor seperti Lokakarya TNGM, bimtek DUPAK, bimtek Brigdalkar, penanaman/rehabilitasi, acara pisah sambut, dll. Awalnya saya kesulitan cari contoh teks doa di internet/google. Akhirnya saya dapat copian dari teman Dinas Kehutanan yang juga sering jadi Naib, teks tsb saya revisi kemudian saya gunakan untuk kegiatan2 kantor. Nah bagi teman2 yang juga sering jadi Naib dapat menggunakan teks doa ini, nama kegiatan dapat diganti-ganti. Semoga bermanfaat!

Assalamu’alaikum wr wb ..
Selamat pagi dan Salam sejahtera bagi kita semua.
Marilah kita berdo’a kepada Alloh SWT, menurut agama masing-masing.
Izinkan, saya akan memandunya secara Islam

Alhamdulillahirobil alamin, Yaa robbana lakal hamd walakal Mulq  walakal Syukr
Kamaa yanbaghi lijalaali waj hika  wa adziimi sulthoonik.
Allahumma sholli was salim alaa abdika warosuulika muhammadin.
Wa alaa a’lihi wa asy haabihi ajma'iin.


Ya Allah Ya Tuhan Kami, yang mengatur alam semesta ini
Tiada kata yang patut kami haturkan melainkan sanjungan tertinggi bagi-Mu,
Karena hanya atas kuasa dan ijin-Mu lah pada pagi hari ini kami bisa berkumpul
dalam rangka acara Lokakarya Balai Taman Nasional Gunung Merapi.

Ya Allah ya Tuhan kami,
kami yang hadir di tempat ini
memohon Ridho dan kasih sayang-Mu
Lancarkanlah dan berkahilah Lokakarya kami Ya Allah ...
Tanpa perlindungan dan pertolonganMu,  kami takkan mampu berbuat.

Bimbinglah kami dalam mengelola Taman Nasional Gunung Merapi pasca Erupsi 2010 ini
sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas

Ya Allah .. Berkahilah segala urusan kami ..
Jauhkanlah kami dari permasalahan yang kami tidak mampu menanganinya.
Ya Allah ..
Tunjukkanlah kepada kami, yang benar itu benar, dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk dapat melaksanakannya.
Serta tunjukkanlah pula kepada kami, yang salah itu salah,  dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk dapat menghindarinya.

Allahumma Yaa Aziizu Yaa Ghoffar ...

Duhai Dzat yang Maha Mulia dan maha Pengampun...
Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami.
Dosa Ayah dan Bunda kami,
dosa guru-guru kami,
dosa para pemimpin kami
dosa para pendahulu kami,
dosa orang-orang yang telah berbuat baik kepada kami,
dosa saudara-saudara kami muslimin,
muslimat, mukminin mukminat dimanapun mereka berada.

Robbana dholamna anfusana waillam taghfirlana
Wa Tarhamnaa Lanakunanna minal khosiriin
Allaahumma arinil haqqa-haqqa war yuqnit tiba’ah
Wa arinil batilaba tilah war yuqnit tinaba’ah
Rabbana atina fid dunyaa haasanah
Wa fil akhirati hasanah, wa qina adzabannaar
Subhana rabbika rabbil izzati ammaa yashifuun, wasalamun ‘alal mursalin
Wal alhamdulillahirrabbil ‘alamin

Balai TNGM-Kaliurang, 14 Maret 2011

Sabtu, 12 Maret 2011

All is de leugen nog zo snel, de waarheid achterhaalt haar wel (tentang plagiarisme)



http://www.masternewmedia.org/online-plagiarism-how-to-detect-fight-and-report-the-unlicensed-republication-of-your-content/
Skali lagi ini tentang kisah amanah & integritas.
Baru tadi pagi pukul 9 sampai duhur saya ikut forum pemerhati burung (ornitholigy) di fakultas kehutanan UGM bareng teman2 mahasiswa, LSM, dll.
Kebetulan pembicaranya ahli burung tingkat dunia yakni Prof. DR. Soekarja Somadikarta (mantan dekan FMIPA UI).
Satu hal yang beliau tekankan dalam dunia penelitian, yakni jangan sekali-kali melakukan plagiarisme (kebohongan). Beliau utarakan peribahasa dalam bahasa Belanda yang sangat menarik.

“Al is de leugen nog zo snel, de waarheid achterhaalt haar wel” 

terjemahan bebas (SS) dalam Bahasa Indonesia:

“Secepat-cepatnya kebohongan berlari, kebenaran akan selalu dapat mengejar dan mendahuluinya”

 (Apeldoorn, C.G.L. & R. van Riet. 1994. Prisma: Spreekwoorden verklaard. Het Spectrum, Utrecht: hlm. 139)
Setelah pulang ke rumah, on line sambil melakukan rutinitas membaca kompas ada tulisan menarik di Opini, cek di

Tulisan ini jadi mengingatkan pada saya tentang seorang pejabat eselon di negeri ini yang langsung ujian promosi di sebuah universitas negeri terbesar begitu beliau menduduki jabatan bergengsi. Salah satu teman mengatakan bahwa ini upaya agar kelangsungan KBM di PT tersebut dapat berjalan, yakni dapat proyek.
Sekali lagi ini tentang integritas/kejujuran.
Prof. Somadikarta juga berpesan:

“Jangan sekali-kali untuk melakukan plagiarisme – karena pengalaman telah membuktikan, bahwa cepat atau lambat pekerjaan yang tercela ini pasti akan ketahuan.”

Sampai-sampai beliau selama 20 tahun meneliti hanya dapat menghasilkan 9 halaman untuk jurnal internasional, karena dilandasi sikap integritas. Sehingga beliau sering keliling dunia untuk menghadiri forum ornithology.
Harga yang pantas untuk sebuah integritas.

patangpuluhan,  12-03-2011