Minggu, 28 Juli 2013

BERKUNJUNG KE MASJID NIUJIE, BEIJING


Tak lengkap jika berwisata ke Beijing tidak mengunjungi Masjid terbesar dan tertua di ibukota negara Republik Rakyat China, yakni masjid Niujie. Masjid yang dibangun pada tahun 996 pada masa Dinasti Liao ini berada di kawasan muslim terbesar di Beijing, China di distrik Xuanwu. 

Masjid Niujie awalnya dibangun oleh Nasuruddin, putra seorang imam Arab yang datang ke China untuk menyebarkan agama Islam. Pada tahun 1215 Masjid ini pernah dihancurkan oleh tentara Jengish Khan (Mongol), kemudian dibangun kembali pada tahun 1443 pada zaman Dinasti Ming dan secara signifikan diperluas pada era Dinasti Qing tahun 1696.

di redaksi Pariwisata Koran Kedaulatan Rakyat, Ahad, 28 Juli 2013

Pada masa Dinasti Qing, kawasan Niujie dikenal sebagai pusat pasar daging sapi dan kambing halal, bahkan sampai sekarang. Nama sebenarnya dari masjid ini adalah Lǐbàisì, yang diberikan oleh Kaisar pada tahun 1474. Masjid ini terletak di Jalan Sapi (Niu berarti Sapi, dan Jie berarti Jalan), masjid ini disebut Niujie.

Masjid Niujie memiliki area lebih dari 6000 meter persegi, dengan arsitektur perpaduan Arab dan China. Bentuk atap mirip kuil China kuno dan bangunan dengan warna dominan merah yang dihiasi kaligrafi Arab. Bangunan inti adalah prayer hall (ruangan untuk sholat); menara; makam; tempat wudhu dan toilet; aula; ruangan kelas; dan toko. Ruang sholat merupakan ruangan utama untuk sholat berjama’ah laki-laki. 

Untuk jama’ah perempuan ada di ruangan tersendiri yang dibangun pada tahun 1922 dan diperbaiki pada tahun 2005-2006. Di ruang sholat ini terletak beberapa kursi dan meja yang digunakan untuk sholat jama’ah usia tua yang tidak kuat sholat sambil berdiri. 2 buah menara setinggi sekitar 10 meter terletak di depan serambi ruang sholat. 

Zaman dahulu menara ini digunakan untuk mengumandangkan adzan, saat ini digunakan untuk mengamati posisi bulan dalam penentuan waktu puasa bulan Ramadhan. Makam yang berada di sebelah kanan merupakan makam dari 2 Syaikh/Ulama dari Arab, pengajar masjid Niujie yang meninggal pada tahun 1280 dan 1283. 

Selesai mengunjungi Masjid Niujie, wisatawan dapat berbelanja di supermarket Niujie yang ada di depan masjid. Di sini menjual bermacam-macam kebutuhan rumah tangga muslim, dari kebutuhan pokok/hidup sampai perlengkapan muslim. Di sini wisatawan juga dapat memperoleh makanan halal khas China untuk oleh-oleh

Supermarket Niujie juga merupakan toko favorit mahasiswa muslim Indonesia berbelanja daging halal. Jika merasa lapar setelah berbelanja, dapat mencoba makan di gerai makan yang ada di lantai atas (lantai 2). Bermacam-macam makanan China halal ada di gerai ini, dengan harga terjangkau.

Belum puas juga wisata kuliner, dapat mencoba menu daging domba khas Niujie di restoran muslim yang juga ada di depan Masjid. Bermacam-macam olahan daging domba ada di restoran ini, dan tersaji dengan hot pot. Salah satu menu favorit saya adalah sate domba (yang rou chuar) dengan tusukan dari logam, lumayan mengobati rasa kangen sate klathak ‘Jejeran’, Bantul.

Restoran ini juga menjual mie lamian khas China yang fresh, mie langsung dibuat begitu ada pesanan. Dijamin sangat kenyang, karena mie lamian disajikan dalam porsi jumbo untuk ukuran orang Indonesia, seukuran 2 mangkuk mie ayam. Sungguh kawasan wisata ruhani dan kuliner yang sangat sayang untuk ditinggalkan!!