Sabtu, 31 Maret 2012

EARTH HOUR DAN DEMO BBM

Aksi demonstrasi penolakan kenaikan BBM semakin ramai dan meluas mendekati akhir bulan Maret. Ada hal penting yang justru dilupakan demonstran dalam aksinya, yakni perlunya penghematan energi berbahan bakar fosil. Akan lebih bijak jika demonstran tidak hanya mendemo kenaikan harga BBM, tetapi juga berkampanye menyadarkan masyarakat akan dampak energi tak terbaharui ini. 

Salah satu kampanye penghematan energi adalah melakukan gerakan Earth Hour. Ide dasar Earth Hour adalah disebabkan ketergantungan manusia kepada listrik yang notabene sebagian berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam). Bahan bakar ini mengeluarkan gas rumah kaca (GRK) berupa karbon dioksida (CO2), dan terbukti berakibat langsung terhadap kenaikan dramatis suhu rata-rata Bumi. 

Dimuat di OPINI Kedaulatan Rakyat, Sabtu, 31 Maret 2012

Pemanasan global ini menyebabkan naiknya permukaan air laut, kebakaran hutan, pemutihan karang di laut, perubahan iklim, dan potensi kepunahan yang besar terhadap keanekaragaman hayati, terutama yang hidup di suhu tropis, baik di pesisir maupun yang tinggal di dekat hutan. Dampak pemanasan global ini sudah dipastikan akan mempengaruhi lingkungan hidup yang menjadi tempat hidup manusia.

          Earth hour merupakan sebuah kegiatan yang sudah menjadi agenda Badan Pelestarian Flora-Fauna Dunia ‘WWF’ (World Wildlife Fund) dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya hemat energi dalam mengatasi pemanasan global. Berawal dari kota Sidney (Australia) pada tahun 2007 yang diikuti 2,2 juta partisipan, lalu berkembang hingga tahun 2012 ini akan diikuti lebih dari 135 negara di seluruh dunia (WWF, 2012).  

       Tujuan awal Earth Hour adalah mengurangi gas rumah kaca di kota Sydney tersebut sebanyak 5%. Earth Hour dilakukan dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai, baik di rumah maupun kantor selama 1 jam.

Kampanye Earth Hour dilakukan setiap Sabtu terakhir bulan Maret. Untuk tahun ini dilaksanakan pada tanggal 31 Maret. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, aksi Earth Hour 2012 akan digelar di 18 kota di Indonesia. 

Jakarta terpilih sebagai tuan rumah Earth Hour 2012. Sedangkan Yogyakarta turut meramaikan dengan memadamkan lampu di lokasi-lokasi yang menjadi ikon kota yang disebut Kota Pelajar itu. Sri Sultan Hamengku Buwono juga menjadi Duta Earth Hour 2012 untuk Provinsi DIY.

“Tahun 2011 lalu, Yogyakarta memadamkan beberapa ikon seperti Candi Prambanan, Monumen Yogyakarta, sepanjang Jalan Mangkubumi dan Tugu Adipura,” kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X (Anonim, 2012). Tahun ini, sepanjang jalan Malioboro, Keraton Yogyakarta, dan Puro Pakualaman akan turut berperan serta dalam Earth Hour 2012 dengan memadamkan lampu selama satu jam.

Seremonial Earth Hour 2012 di Yogyakarta dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 Maret 2012 pukul 20.30 – 21.30 WIB di Pagelaran Kraton Yogyakarta. Ditegaskan oleh Sri Sultan, jika Earth Hour ini bisa menjadi awal perubahan gaya hidup yang hemat energi. Gerakan ini juga bisa menjadi pesan untuk diri sendiri, keluarga, perkantoran, dan masyarakat luas. 

          Kampanye Earth Hour juga merupakan ajakan pada masyarakat agar menyadari bahwa BBM yang berasal dari energi tak terbaharukan akan tetap mengalami kenaikan. Oleh karena itu, disamping dilakukan penghematan juga mencari alternatif pengganti BBM yang murah dan ramah lingkungan.

OBYEK WISATA DELES INDAH: BERBURU FOTO SUNRISE DAN PUNCAK MERAPI

Rasa capek meniti bukit terjal langsung hilang begitu melihat Sang Mentari pagi terbit. Langit di ujung Timur sontak berwarna kemerahan, begitu ‘lingkaran kuning kemerahan’ muncul dari samping bukit. Seketika itu juga suara Ayam hutan hijau (Gallus varius) terdengar berkokok. Burung lain tidak tinggal diam, Kangkok ranting (Cuculus saturatus), Ciung batu kecil (Myophoneus glaucinus), Cicak koreng Jawa (Megalurus palustris), Kutilang (Pycnonotus aurigaster) mulai melakukan aktivitas pagi.

Bersama Bapak Risman Marah (fotografer dan dosen ISI Yogyakarta), kami fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) hunting (berburu) foto sunrise (matahari terbit) di kawasan wisata alam Deles Indah, Kecamatan Kemalang, Klaten (13/2/2012). Lokasi tepatnya berada di Blok Ngebak kawasanTNGM sekitar 1 Km dari pintu loket Deles Indah. Jarak kawasan wisata Deles Indah dari kota Yogyakarta sekitar 45 Km. Paling mudah dicapai melalui Pabrik Gula Gondang, Jogonalan, Klaten.

Dimuat di Rubrik Pariwisata Kedaulatan Rakyat, Ahad, 18 Maret 2012 

Lebih dari setengah perjalanan dapat ditempuh menggunakan kendaraan, sisanya harus melakukan tracking (pendakian). Perjalanan tracking kami lakukan pukul 04.00 WIB pagi agar tidak terlambat memperoleh foto sunrise.  Sepanjang jalur tracking didominasi vegetasi rumput dan Akasia dekuren, karena setengah dari kawasan Deles terkena dampak erupsi Merapi tahun 2010. Perjalanan selama 30 menit berakhir di puncak bukit Blok Ngebak. Beratnya ‘siksaan’ bagi yang jarang melakukan petualangan di alam seolah habis terbayarkan dengan melihat keindahan panorama Puncak Merapi, sunrise, dan Klaten-Sleman. 

Begitu sampai lokasi puncak, kami segera melakukan sholat Subuh. Alat-alat fotografi seperti tripod segera kami pasang menghadap Puncak Merapi dan Matahari terbit. Perbekalan makanan ringan, minuman hangat, dan tentu pakaian hangat kami persiapkan. Angin di kawasan ini bertiup cukup kencang, karena pepohonan penghalang di bukit hilang tersapu awan panas.

Di tempat ini bentuk asli terbaru Puncak Merapi sangat terlihat jelas. Puncak Merapi terlihat ‘kroak’ (terbelah dua) dengan alur Sungai Gendol sebagai potongannya. Di lokasi ini jadi tahu sebab awan panas (pyroclastic flow) mengalir melalui Sungai Gendol. Tampak Bukit Kendil masih berdiri kokoh. Bukit inilah yang menjadi perisai Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang-Klaten dari awan panas erupsi Merapi. Seandainya Bukit Kendil ikut runtuh, Desa Sidorejo kemungkinan besar habis ikut tersapu awan panas.

Puas memotret sunrise, kami mengalihkan pada panorama Puncak Merapi dan sekitarnya. Hanya sebentar kami memperoleh gambar Puncak Merapi, karena kabut segera menutupinya. Beberapa teman PEH TNGM memotret pemandangan di bawah Merapi, seperti desa-desa di Klaten dan Sleman. Tepat pukul 6.30 kami turun, karena kabut mulai menghampiri. 

Jika beruntung, saat tracking di kawasan ini dapat menjumpai Kijang (Muntiacus muntjak), Ayam hutan hijau dan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Selain cocok untuk petualangan alam, seperti tracking dan hunting foto panorama Merapi, kawasan wisata Deles Indah juga cocok untuk wisata keluarga dan outbond. Suasana yang relatif sepi dan sunyi semakin menambah kedekatan untuk bercengkerama dengan alam Merapi. 

Foto-foto sun rise tahun 2014 di Deles, Klaten:





sunrise dari kamera termos

 Puncak Merapi dari obyek wisata Deles Indah, TNGM










Puncak Merapi dari obyek wisata Deles Indah, TNGM dengan kamera infra red

Pengunjung sekaligus fotografer di obwis Deles Indah