Kamis, 24 Agustus 2023

LOMBA DESA WISATA YOGYAKARTA 2023

 

Ada hal yang menarik dalam kegiatan Penghargaan Desa Wisata tingkat DIY tahun 2023. Lomba desa wisata yang memperebutkan hadiah senilai ratusan juta rupiah ini menggunakan metode penilaian yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Pertama, Juri atau tim penilai melakukan pencermatan dokumen (desk assessment) atau kurasi sebelum berkunjung ke desa wisata.

Dokumen ini merupakan profil dari 15 desa/kampung wisata dan homestay yang diajukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota di DIY, yakni yang menjadi juara I sampai III lomba desa/kampung wisata dan homestay di tingkat Kabupaten/Kota. Kedua, pada tahun ini juri berlaku sebagai wisatawan dengan waktu kedatangan kapan saja sehingga pihak pengelola desa/kampung wisata maupun Dinas Pariwisata DIY-pun tidak mengetahuinya. Dalam pelaksanaannya layaknya sebagai wisatawan, juri pun mengunjungi daya tarik wisata unggulan dan menikmati paket wisata yang disediakan oleh pengelola desa/kampung wisata.

Opini koran Kedaulatan Rakyat tanggal 24 Agustus 2023 halaman 11

Melalui metode seperti ini Juri dapat melihat kondisi secara riil pengelolaan homestay yang ada di desa/kampung wisata saat melakukan reservasi, membeli paket live-in hingga menginap. Tim Juri merupakan akademisi dan praktisi pariwisata dari Badan Promosi Pariwisata Daerah DIY, tenaga ahli Dinas Pariwisata DIY, Pusat Studi Pariwisata UGM, Universitas BSI, Gabungan Industri Pariwisata Indonesia/GIPI DIY, Forkom Desa/Kampung Wisata DIY, dan Paguyuban Bank Sampah DIY.

Dengan tidak adanya pemberitahuan ke desa wisata maupun Dinas Pariwisata setempat, menjadikan suasana kelihatan aslinya, kondisi sehari-hari. Penilaian yang menarik lainnya adalah pengelolaan lingkungan, yakni penanganan sampah, salah satu kunci penting dalam pengembangan pariwisata. Ada 3 hal penting dalam penilaian lingkungan yang sebenarnya juga masuk dalam kriteria CHSE, kependekan dari Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability yakni pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di desa wisata.

Pertama, adanya kelembagaan terorganisir untuk mengelola sampah yang timbul dalam kegiatan pariwisata di desa wisata. Kedua, pengelolaan sampah dilaksanakan secara ramah lingkungan seperti tidak melakukan pembakaran. Ketiga, sajian kuliner dan minuman di desa wisata masih menggunakan plastik atau tidak, serta penyajian menu lokal dengan kemasan ramah lingkungan.

Melalui metode penilaian tersebut diharapkan diperoleh desa/kampung wisata yang berkualitas, memenuhi standar nasional maupun internasional, berdaya saing serta sustainable. Sejatinya lomba desa wisata ini adalah bentuk apresiasi terhadap pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism/CBT). Pengelolaan desa wisata yang memenuhi CBT tentu dapat meningkatkan produktivitas masyarakat untuk memajukan perekonomian dan kesejahteraan desa setempat.

Desa wisata yang maju dapat memberikan beberapa dampak positif seperti: (1) bertambahnya lapangan pekerjaan yang dapat mengurangi pengangguran; (2) meningkatnya pertumbuhan ekonomi; (3) terpeliharanya kelestarian alam, sumber daya dan kebudayaan; dan (4) terciptanya sarana prasarana infrastruktur yang mumpuni. Adanya lomba desa wisata yang rutin dilaksanakan ini dapat menjaga motivasi pengelola desa/kampung wisata dalam mempertahankan keberlangsungan pariwisatanya agar senantiasa dapat memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat.

Output atau keluaran dari pariwisata adalah ‘cuan’ atau uang, yakni seberapa besar nilai uang masuk ke desa wisata. Untuk pelaksanaan lomba desa wisata juga diperoleh banyak manfaat, yakni kondisi riil desa wisata di DIY. Pertama adalah perlunya peningkatan pemahaman tentang identitas desa wisata atau USP (Unique Selling Product) yang nantinya mempengaruhi paket desa wisata.

Kedua peningkatan skills atau ketrampilan pengelola dalam menjelaskan identitas atau nilai khas desa wisatanya, termasuk kemampuan storytelling untuk memikat wisatawan tinggal lebih lama. Kedua hal tersebut merupakan permasalahan dari SDM desa wisata. Kolaborasi yang harmonis antar aktor pentahelix (pemerintah, akademisi, pelaku pariwisata (pebisnis), media masa, dan masyarakat) sangat dibutuhkan dalam peningkatan SDM untuk pengembangan desa wisata. Wallahu’alam.

 

Yogyakarta, 21 Agustus 2023, pukul 17.15 WIB