Senin, 13 Maret 2023

MENINGKATKAN WISATA, MENGENAL HARI KOPI

Pecinta kopi Indonesia mungkin belum tahu bila tanggal 11 Maret adalah Hari Kopi Nasional. Peringatan merujuk pada terbentuknya Dewan Kopi Indonesia (Dekopi). Dekopi sendiri dideklarasikan pertama kali pada tanggal 9 Desember 2017 di Yogyakarta oleh sejumlah oganisasi kopi dan tokoh perkopian Indonesia.

Pembentukan Dekopi diprakasai oleh Menteri Pertanian RI periode 2004-2009, Anton Aprianto yang kemudian dipilih sebagai Ketua Umum Dekopi. Pada tanggal 11 Maret 2018 dilaksanakan Pengukuhan Dewan Kopi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia saat itu yakni Amran Sulaiman.

Tayang di redaksi Opini Koran 'Kedaulatan Rakyat' tanggal 12 Maret 2023 halaman 11


Pembentukan Dekopi sendiri dilakukan sebagai upaya mempopulerkan kopi sebagai komoditas unggulan Indonesia guna memajukan industri perkopian. Peringatan Hari Kopi Nasional tiap tanggal 11 Maret adalah penanda bangkitnya kopi Indonesia.

Tema peringatan Hari Kopi Nasional tahun 2023 ini adalah, “Keberagaman Kopi Nusantara Perkuat Ekonomi Masyarakat dan Pererat Harmonisasi Bangsa”. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi kopi di Indonesia mencapai 794.800 ton pada 2022 (dataindonesia.id, 2023). Jumlahnya meningkat 1,10% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 786.191 ton.

Produksi kopi terbesar berada di Sumatera Selatan, yakni 212.400 ton pada 2022, kemudian Lampung sebanyak 124.500 ton (dataindonesia.id, 2023). Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat menjadi provinsi dengan produksi kopi paling sedikit, yakni hanya 100 kilogram, sedangkan Kepulauan Riau, Maluku, Papua tidak ada data produksi kopi.

Selain sebagai komoditas unggulan bagi sektor perkebunan dalam negeri, industri kopi memiliki peran yang krusial terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Industri kopi telah berkontribusi sebagai pendorong pendapatan petani kopi, sumber devisa negara, penghasil bahan baku industri, hingga penyedia lapangan pekerjaan melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, serta perdagangan ekspor dan impor.

Di tingkat desa, petani pengolah kopi memperoleh nilai tambah yang signifikan. Petani kopi anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kalurahan Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo dengan 24 batang pohon kopi Robusta usia 7 tahun dapat menghasilkan 288 Kg Kopi petik merah.

Hasil panen tersebut diolah menjadi 28,77 Kg kopi, kemudian di-packing (kemas) menjadi 575 bungkus kemasan 50 gram, dan 144 bungkus kemasan 200 gram. Harga jual kopi sebesar Rp 10.000,- untuk kemasan 50 gram, dan Rp 32.000,- untuk kemasan 200 gram. Pengolahan kopi tersebut dapat memberdayakan sebanyak 6 warga.

Untuk Kopi Sulingan yang diproduksi oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi Kalurahan Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo dapat memberi penghidupan sebanyak 2 warga. Yang menarik, Kopi Sulingan dikemas dengan paket wisata dalam Avitourism atau wisata pengamatan burung di Jatimulyo. Kopi Sulingan menjadi brand dalam program adopsi sarang burung oleh KTH Wanapaksi dapat memberdayakan 6 warga untuk adopsi satu sarang burung.

Budidaya kopi dibundling (dikemas) dengan paket wisata desa dapat menjadi wisata tematik, yakni salah satu cara pengemasan produk pariwisata yang erat dengan unsur budaya dan alam. Dampak dari pandemi Covid 19 wisatawan mencari wisata yang orisinal, di alam terbuka, tidak massal, dan lebih meaningful.

Berdasarkan potensi desa wisata di Indonesia, wisata tematik adalah pilihan yang tepat untuk memulihkan dan meningkatkan pariwisata, salah satunya adalah wisata tematik kopi. Wisatawan tidak hanya menikmati kopi dari daerah asalnya, melainkan sambil menikmati suasana pegunungan, budidaya di kebun kopi, aktivitas pemanenan, roasting (sangrai), hingga mempelajari sejarah dan budaya daerah tersebut.

Unsur ekonomi, ekologi, dan edukasi perlu digabungkan secara proporsional sehingga dapat menjadi wisata tematik kopi yang menarik wisatawan. Desa wisata atau destinasi wisata tematik kopi dapat berkolaborasi dengan warung kopi atau café yang sudah terkenal sebagai sarana promosi, atau sekaligus bagian dari mata rantai wisata tematik kopi.

Wisata tematik kopi merupakan salah satu jalan dalam memajukan perkopian Indonesia serta mensejahterakan petani dan pelaku usahanya. Dan ini sejalan dengan tema Hari Kopi Nasional yakni memperkuat ekonomi masyarakat. Semoga pertumbuhan wisata tematik kopi juga diinisiasi oleh pegiat kopi dan wisata Yogyakarta.

Yogyakarta, 9 Maret 2023

Ttd

Arif Sulfiantono, M.Agr., M.S.I.

Pegiat Desa Wisata DIY, admin WAG Kopi & Konservasi & dosen praktisi Bisnis Perjalanan Wisata Sekolah Vokasi UGM

Sabtu, 21 Januari 2023

ASEAN TOURISM FORUM


2 pekan lagi Asean Tourism Forum (ATF) bakal digelar di Yogyakarta, tepatnya tanggal 2 hingga 5 Februari 2023. Yogyakarta dipilih menjadi lokasi pertemuan tahunan tingkat Menteri Pariwisata Negara Asia Tenggara, karena dipandang sebagai salah satu destinasi wisata super prioritas. Tentu ini menjadi tantangan saat viralnya berita yang dirilis BPS di awal tahun 2023 tentang DIY menjadi daerah paling miskin di Jawa dengan angka kemiskinan di atas rata-rata nasional sebesar 9,57 persen.




Analisis koran KEDAULATAN RAKYAT tanggal 21 Januari 2023


Berita ini cocok juga dengan tema dalam ATF, yakni “ASEAN- Empower Talents, Embrace Technology, Recover Tourism” mewakili komitmen Indonesia dalam mempercepat pemulihan pariwisata dan menciptakan talenta yang berdaya saing dan professional (www.indonesia.travel, 2022). Selain merupakan pertemuan National Tourism Organization (NTO), menteri dan pejabat pariwisata, juga ajang berkumpulnya peserta pameran, pembeli internasional, media internasional dan lokal serta pengunjung perdagangan di industri  pariwisata.

ATF diawali dari pertemuan Negara ASEAN pada tahun 1976 membentuk Bali Concord yang merupakan kesepakatan kerja sama dengan negara anggota yang meliputi politik, keamanan, ekonomi dan pariwisata. Kemudian pada tahun 1981 dibentuk suatu forum yang dinamai ASEAN Tourism Forum (ATF) di Genting Highland, Malaysia. ATF adalah kerja sama regional yang berupaya untuk mempromosikan wilayah ASEAN sebagai salah satu tujuan wisata. 

ATF tidak hanya menjadi sekedar ajang pertemuan, tetapi forum untuk bertukar pikiran, meninjau perkembangan industri, merumuskan rekomendasi guna mempercepat pertumbuhan pariwisata ASEAN, dan menyediakan wadah transaksi produk pariwisata regional dan individual negara-negara ASEAN. Di ATF nanti juga ada pertemuan para pejabat setingkat menteri dan pejabat senior yang dibagi ke dalam beberapa sesi, seperti Pertemuan ke-26 Menteri Pariwisata ASEAN, Pertemuan Menteri Pariwisata ASEAN Plus Three (Tiongkok, Jepang, Korea) ke-22, Pertemuan Menteri Pariwisata ASEAN-India ke-10, dan lainnya. 

Perlu diketahui, peserta ATF memang bukan hanya dari negara ASEAN, namun juga negara lain yang bekerjasama. Pertemuan-pertemuan tersebut tentunya diharapkan menghasilkan output yang berharga dan menguntungkan bagi setiap negara yang terlibat. Bagi DIY sendiri, kegiatan ATF ini tidak hanya menjadi daya ungkit bagi sektor pariwisata, tapi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di DIY setelah pandemi Covid-19.

ATF 2023 dengan tajuk “ASEAN: A Journey to Wonderful Destinations” diharapkan dapat menjadi bagian dari promosi yang ampuh, untuk dapat menghadirkan wisatawan di kemudian hari. Selain itu diharapkan bisa mendatangkan investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi DIY. Sehingga bisa memberikan manfaat cukup besar, selain investasi promosi, baik juga untuk pariwisata maupun ekonomi kreatif (www.krjogja.com, 18/1).

Dalam ATF ada forum Travel Exchange (Travex) yang akan mempertemukan buyer dan seller dalam bidang pariwisata. Seller dari negara ASEAN akan menawarkan paket wisata, hotel, meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE) dan sebagainya, kepada buyer dari berbagai negara. Oleh karena itu, DIY sebagai tuan rumah harus bersiap diri dengan identitas khas Jogja yang dimiliki. 

Persiapan dapat dimulai sejak sekarang mulai dari keramahan warga Jogja, pelayanan prima, dan destinasi wisata khasnya. Terakhir dan yang utama adalah memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat Yogyakarta tentang event ATF. Semoga ATF berlangsung sukses dan memberikan dampak bagi perekonomian DIY sehingga dapat keluar dari garis kemiskinan.


Yogyakarta, 19 Januari 2023

Ttd

Arif Sulfiantono, M.Agr., M.S.I.

Pendamping Desa Mandiri Budaya DIY dan Pengurus ICMI Yogyakarta Bidang Pariwisata dan Budaya