Minggu, 30 September 2012

Beijing, China (8): JALAN KAKI ATAU BERSEPEDA


Beijing adalah kota terpadat di dunia, dengan penduduk sebanyak sekitar 22 juta. Bandingkan dengan Jakarta yang sebanyak 10 juta. Walaupun begitu, di Beijing jarang terjadi kemacetan seperti Jakarta.

Suasana jalan raya di kota Beijing, ada bus tingkat dan bus panjang (2 bus jadi satu).

Orang China punya kebiasaan jalan kaki dan bersepeda. Fasilitas transportasi sangat murah. Tiket bus di Beijing hanya 0,4 Yuan, atau sekitar Rp 600,-; sedangkan kereta api hanya 0,6 Yuan atau Rp 800,-.
Sepeda di Beijing juga sangat murah. Sepeda baru untuk dewasa paling murah sekitar 300 Yuan, sedangkan bekas dari harga 50-150 Yuan.

Sepeda-sepeda yang diparkir di depan apartemen mahasiswa Internasional (kiri). Orang China pilih berjalan kaki (kanan)

Hampir tiap trotoar (dekat bus stop atau stasiun MRT) disediakan tempat parkir sepeda. Baik siang maupun malam banyak sepeda diparkir, dan sangat jarang ada sepeda hilang dicuri.
Pekan pertama di Beijing memang aku rasakan kakiku pegal-pegal, karena hampir tiap hari berjalan kaki sejauh 1-5 Km. Lambat laun aku terbiasa, dan sangat menikmati.
Bila di Jogja untuk mencapai lokasi jarak 200 meter aja aku pakai sepeda motor. Sekarang jalan 1 Km tidak terasa, apalagi jika menuju Kantin/Restoran muslim PP 1 Km.

Aku memang ingin membeli sepeda, tapi yang bekas. Tapi aku tidak tergesa-gesa. Ada teman yang beli sepeda bekas seharga 100 Yuan, dan masih nyaman dipakai. Aku sudah menawar sepeda milih Ahmed, mahasiswa S3 dari Mesir yang sepedanya tidak dipakai, hanya ditaruh di dalam kamarnya. Tapi sudah 2 minggu ini dia tidak memberi kabar lagi.

Alhamdulillah aktifitas jalan kaki dan tiap hari makan makanan bergizi membuat aku sehat selama hampir satu bulan hidup di Beijing.
Oh iya, untuk menunjang fisik orang China sarapan pagi dengan telur, terutama telur rebus dan bubur encer dari beras maupun dari kacang merah. Makanan kaya protein ini sangat penting bagi orang China yang beraktifitas seharian dengan fisik, terutama jalan kaki dan bersepeda.

Kebiasaan ini juga aku lakukan, karena di China saat sarapan tidak ada nasi. Hanya ada telur rebus, bubur, dan mantao (bakpao) atau makanan seperti martabak isi telur dadar atau isi sayur.

Aku dan teman-teman sangat jarang makan siang. Kami hanya makan 2 kali, pagi dan malam. Untuk makan malam biasanya kami lakukan pukul 17.00 waktu China, karena restoran/kantin sudah tutup saat pukul 18.00. Biasanya aku memilih makan nasi dan sayuran, seperti ca brokoli, kembang kol, atau ‘orak-arik’ jamur kuping. Kandungan gizi dalam jamur kuping sangat tinggi, terutama untuk imunitas.

Ternyata kebiasaan ini ditambah puasa Daud dapat menyehatkan badan. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Aku bayangkan di rumah Jogja tiap hari tidak lepas dari sepeda motor, dan hampir tiap bulan ‘kerokan’ karena masuk angin.


Beijing, 30 September 2012, pukul 21.30 waktu China

Tidak ada komentar:

Posting Komentar