Beijing adalah
kota terpadat di dunia, dengan penduduk sebanyak sekitar 22 juta. Bandingkan dengan
Jakarta yang sebanyak 10 juta. Walaupun begitu, di Beijing jarang terjadi
kemacetan seperti Jakarta.
Suasana jalan raya di kota Beijing, ada bus tingkat dan bus panjang (2 bus jadi satu).
Orang China
punya kebiasaan jalan kaki dan bersepeda. Fasilitas transportasi sangat murah.
Tiket bus di Beijing hanya 0,4 Yuan, atau sekitar Rp 600,-; sedangkan kereta
api hanya 0,6 Yuan atau Rp 800,-.
Sepeda di
Beijing juga sangat murah. Sepeda baru untuk dewasa paling murah sekitar 300
Yuan, sedangkan bekas dari harga 50-150 Yuan.
Sepeda-sepeda yang diparkir di depan apartemen mahasiswa Internasional (kiri). Orang China pilih berjalan kaki (kanan)
Hampir tiap trotoar (dekat bus stop atau stasiun MRT) disediakan tempat parkir sepeda. Baik siang maupun malam banyak sepeda diparkir, dan sangat jarang
ada sepeda hilang dicuri.
Pekan pertama di
Beijing memang aku rasakan kakiku pegal-pegal, karena hampir tiap hari berjalan
kaki sejauh 1-5 Km. Lambat laun aku terbiasa, dan sangat menikmati.
Bila di Jogja
untuk mencapai lokasi jarak 200 meter aja aku pakai sepeda motor. Sekarang
jalan 1 Km tidak terasa, apalagi jika menuju Kantin/Restoran muslim PP 1 Km.
Aku memang ingin
membeli sepeda, tapi yang bekas. Tapi aku tidak tergesa-gesa. Ada teman yang
beli sepeda bekas seharga 100 Yuan, dan masih nyaman dipakai. Aku sudah menawar
sepeda milih Ahmed, mahasiswa S3 dari Mesir yang sepedanya tidak dipakai, hanya
ditaruh di dalam kamarnya. Tapi sudah 2 minggu ini dia tidak memberi kabar
lagi.
Alhamdulillah
aktifitas jalan kaki dan tiap hari makan makanan bergizi membuat aku sehat
selama hampir satu bulan hidup di Beijing.
Oh iya, untuk
menunjang fisik orang China sarapan pagi dengan telur, terutama telur rebus dan
bubur encer dari beras maupun dari kacang merah. Makanan kaya protein ini
sangat penting bagi orang China yang beraktifitas seharian dengan fisik,
terutama jalan kaki dan bersepeda.
Kebiasaan ini
juga aku lakukan, karena di China saat sarapan tidak ada nasi. Hanya ada telur
rebus, bubur, dan mantao (bakpao) atau makanan seperti martabak isi telur dadar atau
isi sayur.
Aku dan
teman-teman sangat jarang makan siang. Kami hanya makan 2 kali, pagi dan malam.
Untuk makan malam biasanya kami lakukan pukul 17.00 waktu China, karena
restoran/kantin sudah tutup saat pukul 18.00. Biasanya aku memilih makan nasi
dan sayuran, seperti ca brokoli, kembang kol, atau ‘orak-arik’ jamur kuping.
Kandungan gizi dalam jamur kuping sangat tinggi, terutama untuk imunitas.
Ternyata
kebiasaan ini ditambah puasa Daud dapat menyehatkan badan. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Aku bayangkan di rumah Jogja tiap
hari tidak lepas dari sepeda motor, dan hampir tiap bulan ‘kerokan’ karena
masuk angin.
Beijing,
30 September 2012, pukul 21.30 waktu China
Tidak ada komentar:
Posting Komentar