Jumat, 07 September 2012

Catatan Perjalanan Beijing, China (2): Yakinlah, Allah senantiasa bersama kita - Bagian 1


Sempat tidak percaya aku bisa menginjakkan kaki di ibukota tirai bambu, saat pesawat Cina Air (CA 978) landing di Beijing International Airport pukul 11.0 WIB ata0u 12.00 waktu Beijing.

Pesawat Air China Ca-978 saat landing di Beijing Airport

Malamnya saat menunggu di ruang boarding di Terminal 2 Gate E1 Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta terbersit keinginan untuk tidak jadi terbang ke Beijing. Karena apa? Kesendirian dan kesepian.
Saat penumpang CA 978 menunggu keberangkatan dengan bercengkerama bersama keluarga dan teman, aku kesepian dalam kesendirian.
Aku coba ngajak kenalan seorang Chinese-Indo yang memakai kaos kuning. Tubuhnya agak gemuk, gempal, pakai kacamata, rambut cepak, dan tentu berkulit kuning. Ternyata tujuannya ke Xiamen. Ya, pesawat CA 978 akan transit di Xiamen. Namanya Edwin. Dia akan melanjutkan sekolah bahasa di Xiamen. Edwin dikirim Pamannya untuk sekolah. Edwin bekerja di perusahaan Pamannya di Bau-bau, Sulawesi.
Aku pun cerita tentang tujuanku ke Beijing.
Dia menawari mengajari dasar-dasar Bahasa Mandarin, begitu aku cerita kemampuan bahasa Mandarinku masih nol. Dia mengajari cara memesan makanan, terutama yang halal.
Seperti saya tidak makan daging babi= Wo bu chi zhu rou.
Edwin aku tanya tahu tidak alamat Beijing Forestry University yang aku tuju. Ternyata dia tidak tahu, karena belum pernah ke Beijing. Dia salut kepadaku yang berani sendirian ke China, padahal buta dengan kondisi China serta kemampuan bahasa Mandarin yang nol.
Beberapa saat kemudian temannya datang. Pakaiannya necis-rapi sekali. Pakai kemeja hitam dibalut jas dan celana warna putih. Badannya agak kurus sedikit, pakai kacamata frame berwarna hitam, dengan rambut model bandboys Korea, dan kulit kuning. Dia menyapa Edwin. Langsung aja oleh Edwin diminta untuk mengajariku seluk-beluk Beijing.
Namanya David, dia pernah ke Beijing. Tujuannya sama dengan Edwin, ke Xiamen. Aku beritahu tujuanku ke Beijing, dan disarankan pihak sponsor beasiswa untuk naik taksi dari bandara ke kampus. Aku tunjukkan cetakan print dari email APFNet, berikut peta kampus.
Dia geleng-geleng kepala, katanya: “Wah kebangetan sekali nih, ngasih informasi tidak lengkap. Apalagi tidak dijemput di Bandara. Sopir-sopir taksi di Beijing juga banyak ‘penjahatnya’. Mas harus ekstra hati-hati.”
Serrr .. jantungku sempat nyut-nyut, begitu mendengar paparan David. Terlintas untuk balik kanan, tidak jadi sekolah. Tapi aku sudah terlanjur ngurus segalanya yang menghabiskan uang, waktu dan energi. Juga sudah pamitan.
Teringat saat susahnya dan lamanya mengurus paspor dinas dan visa di biro KLN Setditjen PHKA. Teringat saat perpisahan dengan orang-orang tercinta.
Dalam hati aku berdoa, sangat berharap pada Allah agar memudahkan dan melancarkan urusanku. Ya Allah .. bantulah hamba-Mu ini.
Aku segera telpon teman ikhwah yang juga sekolah S2 di Beijing, pada jam 00.30. tidak ada jawaban. Akhirnya aku kirim sms ke dia. “Aslm akhi afwn malam2 telpn. Mau minta tolong, bisakah antm meminta Fauzi utk jemput sy di airport? barusan sy tlpn tdk nyambung. Jzkhr. Wslm.
Akhirnya tiba waktu pemberangkatan, Edwin dan David duluan antri masuk, karena mereka mendapat kartu hijau yang berarti duluan masuk. Aku nunggu sebentar. Kulihat ada seorang lelaki yang duduk sendirian sambil membawa kartu kuning untuk masuk sama seperti punyaku. Aku ajak kenalan.
-bersambung-
Beijing, 3 September 2012, pukul 03.40 waktu China

1 komentar:

  1. minta alamat emailnya dong
    besok saya mau ke xiamen

    rgd,
    bahtiar@gmail.com

    BalasHapus