Senin, 10 Juni 2013

BERSULANG (GANBEI) SAAT DINNER DI CHINA



Mirip dengan budaya barat, di China juga ada budaya bersulang atau yang dikenal disebut toast. Biasanya dilakukan saat dinner di sebuah restoran. Sudah ketiga kalinya aku mengikuti acara dinner plus toast ini. 

Pertama, tahun kemarin aat diajak supervisor Prof. Maluyi dinner bersama seluruh mahasiswa dibawah bimbingannya, dari tingkat master sampai doktor. Bahkan ada yang sudah lulus, karena waktu itu pas bertepatan dengan reuni 60 tahun kampus.

Kedua, saat menemani Profesor muslim dari Malaysia pada dinner di acara seminar kampus tahun lalu. Ketiga, malam Ahad kemarin saat diajak Prof. Maluyi dinner dalam rangka syukuran kelulusan mahasiswa bimbingannya dan bimbingan Profesor lain.

Ini penting untuk aku share dalam tulisan blog karena dalam acara dinner yang ada bersulang, atau dikenal dengan Gan Bei menggunakan minuman beralkohol, atau dalam buku pelajaran Bahasa Mandarin disebut pijiu. Harus benar-benar berhati-hati dan berani menyampaikan sikap kita, apalagi jika restoran tempat dinner bukan restoran muslim. Rawan makanan dari bahan non-halal.

Oke, kita meluncur dalam mengenal Gan Bei di China dulu.

Dari googling menemukan beberapa istilah sulang seperti kan pai (Japan), gan bei (China), toast (English), cheers (English), chin chin (Argentina), dll.

Orang China turun temurun mengenal dan menyukai minuman beralkohol. Jika di Eropa, minuman beralkohol dibuat dari buah-buahan, khususnya anggur (grape) di China minuman beralkohol (jiu) umumnya berbahan baku beras atau beras ketan. Dalam cerita dunia persilatan Tiongkon dikenal dengan nama arak, sampai ada nama Dewa Arak atau Pendekar Arak. 

Yang sangat terkenal adalah jurus mabuk, ala Jackie Chan di film Drunken Master.

Sangat banyak ragam minuman keras dapat ditemukan di China. beberapa jenis yang populer diantaranya adalah — Mao Tai jiu, Gao Liang jiu, Da Gu jiu, Fen jiu dan Hua Diao jiu. Semakin tua umur jiu ini semakin mahal harganya karena dipercaya semakin tinggi kualitasnya. Tak jarang ditawarkan jiu yang sudah berumur puluhan tahun.

Nah, orang muslim di China sangat jarang yang tidak minum pijiu ini. Bahkan restoran muslim juga menyediakannya. 

Dua kali mengikuti acara dinner yang diselenggarakan Prof. Maluyi, beliau tetap minum pijiu walaupun beliau muslim. di awal dinner kita harus berani bilang pada tuan rumah atau yang mengundang kalau kita seorang muslim, tidak minum pijiu atau minumal beralkohol.

Seandainya pas di restoran non-muslim kita juga bisa bilang tidak makan daging babi/pork atau dalam China disebut zhurou (rou= daging). Termasuk khawatir dengan sajian daging, baik ayam maupun sapi, kita bisa memilih makanan berupa sayuran atau ikan. Itu sebuah saran dari seorang teman China muslim yang sholih.

Selama dinner inilah hampir tiap saat mahasiswa atau junior mengajak bersulang Profesor atau seniornya. 2-3 jam dihabiskan untuk bersulang. Berbotol-botol pijiu habis. Akhirnya malah makanan tersisa banyak. Sangat mubadzir.

Bagiku saat tragis adalah saat dinner di restoran muslim kemudian ada acara ganbei dengan pijiu. Aku menolak sampai bilang kalau di Indonesia, Malaysia minuman beralkohol dilarang dijual bebas. Bukan bagian dari budaya kami. Disamping itu sebagai muslim juga sangat dilarang. Baru mereka paham.

Akhirnya aku pilih minuman teh atau orange juice atau soft drink coca-cola/sprite.
Sungguh tragis saat ada 2 pilihan teh dan pijiu di restoran muslim yang ada hiasan kaligrafi Al-Qur’an.

Saat mengetahui ini, jadi dapat pembelajaran berharga. Pembelajaran bagaimana mengambil sikap sesuai kepribadian kita, dalam menghadapi 2 hal yang berbeda walaupun itu ada di lingkungan yang sama dengan kita. Apalagi saat kita sendirian dalam lingkungan yang sangat berbeda, terutama berbeda dengan keyakinan/aqidah kita.

Semoga bermanfaat tulisan sederhana ini!

BJFU Apartment, Room 704, 3.05pm (waktu Beijing)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar