Rabu, 28 Desember 2022

MITIGASI WISATA NATARU

5 juta wisatawan diprediksi akan melakukan wisata di DIY pada libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (KR, 23/12). Angka ini diperoleh karena liburan akhir tahun 2022 ini bersamaan dengan libur sekolah. Bagi DIY angka 5 juta orang ini tentunya juga sudah masuk prediksi pemangku dan pelaku pariwisata di DIY.

Tahun 2021 wisatawan nusantara yang berkunjung ke DIY sebanyak 4,2 juta orang, dan mancanegara 14,7 ribu orang (Dinas Pariwisata DIY, 2022). Jumlah wisatawan saat ini meningkat karena destinasi wisata di DIY membuka penuh dan PPKM berada pada level 1. Kondisi ini jangan menjadikan pelaku wisata lengah karena masih ada ancaman lain, yakni bencana alam.


ANALISIS Koran Kedaulatan Rakyat hari Rabu, 28 Desember 2022

Menurut BPBD DIY (26/12) potensi bencana di DIY terutama bencana hidrometeorologi akan banyak terjadi selama dua bulan ke depan. Bulan November Gunungkidul dan Bantul menjadi daerah yang terdampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir di jembatan Wiladeg Karangmojo; banjir di Sanggrahan Ponjong; longsor di Gentungan, Karangmojo; dan longsor di Sriharjo, Imogiri, Bantul.

Melihat potensi bencana yang ada di DIY tentu pengelola destinasi wisata harus memiliki kapasitas dalam mitigasi wisata. Apalagi industri pariwisata sangat rentan terhadap bencana apabila tidak dikelola dengan baik.  Destinasi Tangguh Bencana sendiri adalah destinasi/kawasan yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan (Suparlan, 2022). Pengelola destinasi tangguh bencana harus memiliki kapasitas 4 poin.

Pertama Destinasi harus mampu mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya yang ada untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana. Kedua memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana. Ketiga memiliki perencanaan yang mengandung upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas untuk pemulihan pasca bencana. Keempat mampu memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan (Suparlan, 2022).

Selain itu juga harus dipahami aspek kerentanan, yakni pada pengelola dan wisatawan. Aspek kerentanan pengelola adalah kurangnya penguasaan standar‘safety’ atau keselamatan pengunjung dan data atau informasi potensi bencana di wilayahnya. Sedangkan untuk wisatawan lebih pada kemampuan penyelamatan diri dan jalur ramah anak, wanita hamil, lansia, difabel.

Destinasi wisata terutama wisata alam harus mengetahui titik lokasi rawan kecelakaan dan bencana di dalam areanya. Apalagi saat musim hujan seperti ini penting untuk membuat peta jalur licin yang mudah membuat pengunjung terpeleset, rawan longsor, banjir hingga serangan satwa liar (ular, serangga, binatang laut dll). Akan lebih baik dalam area tersebut dipasang papan informasi area rawan, jalur evakuasi dan titik kumpul aman.

Destinasi wisata juga harus memiliki alat kesehatan untuk penanganan kecelakaan atau bencana seperti alat pertolongan pertama kedaruratan. Termasuk juga peta jalur evakuasi penanganan kecelakaan dan bencana, misalnya peta jalur paling mudah dan singkat menuju fasilitas kesehatan (bidan, klinik, puskesmas, RS). Berikutnya adalah destinasi harus memahami kapasitas maksimal pengunjung, jangan sampai tragedi Kanjuruhan Jawa Timur dan Itaewon Korea Selatan terulang kembali.

Ancaman lain yang diwaspadai adalah Covid, per Kamis (22/12) terdapat penambahan 10 positif, jumlah suspek dalam pemantauan 508 orang (Humas DIY, 2022). Mitigasi wisata lain yang penting dalam menghadapi libur akhir tahun adalah memetakan jalur-jalur menuju destinasi rawan bencana tanah longsor, banjir bandang, hingga rawan kecelakaan lalu lintas. Personel tanggap bencana serta sarana dan prasarana penunjang penanganan bencana seperti perahu karet, alat evakuasi, kendaraan derek, dan lain sebagainya perlu disiapkan dalam mitigasi wisata.

Pemerintah dan pelaku wisata terutama destinasi wisata harus senantiasa menjalin koordinasi dan komunikasi. Contohnya adalah Polres Bantul dan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Bantul sedang memproses penghapusan Jalur Cinomati dari ‘Google Maps’ (Harian Jogja, 22/12). Penghapusan itu merupakan upaya agar wisatawan tidak melewati jalur rawan kecelakaan tersebut. Terakhir adalah edukasi kepada wisatawan agar senantiasa sadar keselamatan dengan ‘melek’ mitigasi

Yogyakarta, 23 Desember 2022

Ttd

Arif Sulfiantono,M.Agr.,M.S.I.

Pendamping Desa Mandiri Budaya DIY, anggota Forum PRB DIY dan pengurus ICMI kota Yogyakarta bidang Pariwisata dan Budaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar