5 juta
wisatawan diprediksi akan melakukan wisata di DIY pada libur Natal 2022 dan
Tahun Baru 2023 (KR, 23/12). Angka ini diperoleh karena liburan akhir tahun 2022
ini bersamaan dengan libur sekolah. Bagi DIY angka 5 juta orang ini tentunya
juga sudah masuk prediksi pemangku dan pelaku pariwisata di DIY.
Tahun
2021 wisatawan nusantara yang berkunjung ke DIY sebanyak 4,2 juta orang, dan
mancanegara 14,7 ribu orang (Dinas Pariwisata DIY, 2022). Jumlah wisatawan saat
ini meningkat karena destinasi wisata di DIY membuka penuh dan PPKM berada pada
level 1. Kondisi ini jangan menjadikan pelaku wisata lengah karena masih ada ancaman
lain, yakni bencana alam.
Menurut
BPBD DIY (26/12) potensi bencana di DIY terutama bencana hidrometeorologi akan
banyak terjadi selama dua bulan ke depan. Bulan November Gunungkidul dan Bantul
menjadi daerah yang terdampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir di
jembatan Wiladeg Karangmojo; banjir di Sanggrahan Ponjong; longsor di
Gentungan, Karangmojo; dan longsor di Sriharjo, Imogiri, Bantul.
Melihat potensi bencana yang ada di DIY tentu pengelola
destinasi wisata harus memiliki kapasitas dalam mitigasi wisata. Apalagi
industri pariwisata sangat rentan terhadap bencana apabila tidak dikelola
dengan baik. Destinasi Tangguh Bencana sendiri adalah destinasi/kawasan yang memiliki kemampuan
mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri
dengan segera dari dampak bencana yang merugikan (Suparlan, 2022). Pengelola destinasi tangguh bencana
harus memiliki kapasitas 4 poin.
Pertama Destinasi harus mampu mengenali ancaman di wilayahnya
dan mampu mengorganisir sumber daya yang ada untuk mengurangi kerentanan dan
meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana. Kedua memiliki kemampuan
mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana. Ketiga memiliki
perencanaan yang mengandung upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan
risiko bencana dan peningkatan kapasitas untuk pemulihan pasca bencana. Keempat
mampu memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan
(Suparlan, 2022).
Selain itu juga harus dipahami aspek kerentanan, yakni
pada pengelola dan wisatawan. Aspek kerentanan pengelola adalah kurangnya
penguasaan standar‘safety’ atau keselamatan
pengunjung dan data atau informasi potensi bencana di wilayahnya. Sedangkan
untuk wisatawan lebih pada kemampuan penyelamatan diri dan jalur ramah anak,
wanita hamil, lansia, difabel.
Destinasi wisata terutama wisata alam harus mengetahui
titik lokasi rawan kecelakaan dan bencana di dalam areanya. Apalagi saat musim
hujan seperti ini penting untuk membuat peta jalur licin yang mudah membuat
pengunjung terpeleset, rawan longsor, banjir hingga serangan satwa liar (ular,
serangga, binatang laut dll). Akan lebih baik dalam area tersebut dipasang
papan informasi area rawan, jalur evakuasi dan titik kumpul aman.
Destinasi wisata juga harus memiliki alat kesehatan untuk
penanganan kecelakaan atau bencana seperti alat pertolongan pertama kedaruratan.
Termasuk juga peta jalur evakuasi penanganan kecelakaan dan bencana, misalnya
peta jalur paling mudah dan singkat menuju fasilitas kesehatan (bidan, klinik,
puskesmas, RS). Berikutnya adalah destinasi harus memahami kapasitas maksimal
pengunjung, jangan sampai tragedi Kanjuruhan Jawa Timur dan Itaewon Korea
Selatan terulang kembali.
Ancaman lain yang diwaspadai adalah Covid, per Kamis (22/12) terdapat penambahan 10 positif, jumlah suspek dalam pemantauan 508 orang (Humas DIY, 2022). Mitigasi wisata lain yang penting dalam menghadapi libur akhir tahun adalah memetakan jalur-jalur menuju destinasi rawan bencana tanah longsor, banjir bandang, hingga rawan kecelakaan lalu lintas. Personel tanggap bencana serta sarana dan prasarana penunjang penanganan bencana seperti perahu karet, alat evakuasi, kendaraan derek, dan lain sebagainya perlu disiapkan dalam mitigasi wisata.
Pemerintah dan pelaku wisata terutama destinasi wisata harus senantiasa menjalin koordinasi dan komunikasi. Contohnya adalah Polres Bantul dan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Bantul sedang memproses penghapusan Jalur Cinomati dari ‘Google Maps’ (Harian Jogja, 22/12). Penghapusan itu merupakan upaya agar wisatawan tidak melewati jalur rawan kecelakaan tersebut. Terakhir adalah edukasi kepada wisatawan agar senantiasa sadar keselamatan dengan ‘melek’ mitigasi
Yogyakarta, 23 Desember 2022
Ttd
Arif Sulfiantono,M.Agr.,M.S.I.
Pendamping Desa Mandiri Budaya DIY, anggota Forum PRB DIY dan pengurus ICMI kota Yogyakarta bidang Pariwisata dan Budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar