Minggu, 30 September 2012

Beijing, China (7): Tegakkan SHOLAT Dimanapun Berada!


Ya Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai Allah SWT? Rasulullah SAW menjawab, “Sholat tepat pada waktunya”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi, “kemudian apa lagi?” Rasulullah SAW menjawab, “berbakti kepada orang tua”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi, “kemudian apa lagi ya Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab, “berjihad di jalan Allah”. (HR. Mutafaq-alaih)

Sebelum berangkat ke China, beberapa teman yang sudah pernah tinggal di Luar Negeri pernah menceritakan lumayan susahnya menegakkan sholat. Dia sampai berwudhu di wastafel dan sholat di kamar mandi. Ternyata benar.
Di apartemen kampus jauh dari masjid. Aku dan teman-teman muslim harus naik bus sejauh 8-10 Km untuk menjalankan sholat Jumat. Di luar itu kami sholat di dalam apartemen.

Berwudhu di wastafel aku jalankan saat istirahat kuliah selama 20 menit. Ada kuliah Kehutanan dari pukul 13.30 sampai 17.00. Waktu sholat ashar adalah pukul 15.30.
Aku sangat ingin tetap menegakkan sholat di awal waktu, seperti saat di Jogja aku senantiasa sholat berjama’ah di masjid.
Saat istirahat kuliah Ekologi Hutan, aku menuju toilet untuk berwudhu dalam wastafel. Kaki juga aku basuh dalam wastafel. Oh iya, orang China rata-rata jorok dalam toilet. Sebagian toilet bau pesing dan kotor, karena hanya sedikit yang mau menyiram dengan air. Teman-teman Indonesia sampai tidak mau PUP di dalam toilet umum.

Saat bepergian, termasuk kuliah aku selalu membawa 1 botol plastik air minum kosong yang aku gunakan untuk membersihkan hadas kecil. Beberapa teman ada yang memakai tisu, tapi aku lebih mantap menggunakan air.
Selain botol plastik, di dalam tasku juga ada kertas Koran yang aku siapkan seandainya aku sholat tidak di dalam masjid atau apartemen. Untuk menentukan arah kiblat aku gunakan HP Samsung pocket Android. Aku hidupkan WIFI dan GPS, sehingga mudah untuk mencari arah Kiblat.

Perlengkapan sholat= botol mineral dan kertas koran.

Tiap lantai gedung kuliah ada satu ruangan kosong untuk istirahat dosen. Saat itu dalam ruangan kebetulan ada Prof. Sun Jianzi, pengajar Ekologi Hutan. Aku kemudian minta ijin menggunakan ruangan sebentar untuk beribadah. Beliau mengijinkan.
Akhirnya sholat ashar dapat aku jalankan di awal waktu. Sayang, teman lain yang muslim aku ajak tidak mau dengan alasan celananya kotor. Padahal aku sangat tahu bahwa kuliah selesai sangat mepet dengan waktu maghrib. Berat memang hidup ditengah-tengah masyarakat mayoritas non-muslim.

Selain keterbatasan ruang ibadah, kendala lain juga alat untuk berwudhu, terutama saat dingin menyergap. Seperti 2 hari lalu kondisi lumayan dingin, mandi harus pakai air hangat.
Untuk menyiasati tidak kedinginan saat wudhu, aku buat alat penampung air wudhu dari bekas botol air mineral kapasitas 5 Liter.
Bagian atas aku lubangi besar untuk mengisi air hangat dari wastafel, sedang bagian bawah aku lubangi kecil sebagai ‘pancuran’ air wudhu. Akhirnya botol air mineral yang tidak terpakai menjadi bermanfaat. Berwudhu-pun menjadi tidak dingin, terutama saat musim winter (dingin) satu bulan lagi.


Bekas botol mineral ukuran 5 Liter untuk alat wudhu air hangat

Sungguh aku merindukan suasana masjid, terutama setelah maghrib saat mengajar Iqro anak-anak. Suasana anak-anak riuh dan gembira di masjid betul-betul membuat kangen ..>;<..

Beijing, 30 September 2012, pukul 20.20 waktu China



1 komentar:

  1. menarik dan mengingatkan, ironinya justru yang sekarang banyak kemudahan untuk sholat malah sering telat ya...

    BalasHapus