Suatu ketika, Kyai Cholil memanggil Abdullah, salah seorang santrinya, yang dikenal sangat miskin.
"Abdullah, kamu pergi haji tahun ini juga ya!" kata Kyai Cholil.
Perintah Kyai Cholil itu tentu amat membingungkan Abdullah. Bagaikana ia bisa pergi haji kalau untuk makan sehari-hari saja teramat susah. Namun demikian, ini adalah perintah gurunya.
"Ya... ya ... ya... , Kyai, " jawabnya terbata-bata, sambil mengangguk berkali-kali.
Kali lain, Kyai Cholil memanggil Zaid, santrinya juga, yang tergolong dari keluarga berada.
"Zaid, kamu segera pergi haji ya!" kata Kyai Cholil.
Meski dari keluarga berada, bagi Zaid untuk pergi haji harus dipikirkan seribu kali. Sebab, selain ongkos pergi haji tidak sedikit, juga perjalanannya ke tanah Arab cukup berat. Karena itu Zaid menjawab,
"Saya tidak mampu untuk pergi haji, Kyai."
Di kemudian hari, Abdullah benar-benar bisa pergi haji berkali-kali, sebanyak anggukan kepala ketika menjawab perintah Kyai Cholil.
Abdullah pergi haji pada tahun itu juga. Sementara Zaid hingga akhir hayatnya tak pernah mampu menunaikan ibadah haji.
*dari buku 'Karisma Ulama: Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU', Editor: Saifullah Ma'shum, Mizan: 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar