Kamis, 12 Februari 2015

BANGKIT BERSAMA ILMU


Tahun 2006) saya pernah menulis refleksi akhir tahun untuk website remaja masjid (FSRMY) yang saya upload lagi di http://arif-sulfiantono.blogspot.com/2015/01/akankah-kita-seperti-ini-terus-refleksi.html. Refleksi tersebut adalah sindiran dan tantangan untuk pemuda-remaja masjid agar bangkit bersama ilmu. Dan ilmu tersebut dimulai dengan membaca!
 
Hampir 9 tahun kemudian tulisan tersebut ternyata masih diperoleh pelajaran. Betapa generasi muda muslim terutama pemuda-remaja masjid masih saja belum bangkit, belum terlihat dan terdengar ‘suara’nya di zaman komunikasi & informasi ini.

Masjid-masjid masih sedikit jamaah dari kaum muda atau remajanya. Walaupun masjid terletak di pinggir jalan maupun dekat pusat keramaian, masjid masih saja tetap sepi.

Kondisi ini mengingatkan akan perjuangan Ulama dan Mujaddid terkenal dari Turki, Badiuzzaman Said Nursi. Beliau keliling ke penjuru Turki untuk memberi pencerahan pada ummat Islam agar bangkit, kembali kepada Al-Quran. Pada zaman tersebut (saat Sultan Abdul Hamid II berkuasa) pendidikan di Kekhalifahan Turki Usmani mulai terpengaruh pendidikan Eropa. Sekulerisme dan Atheisme masuk ke pendidikan, bahkan banyak pejabat penting menjadi tokohnya.

Pada novel biografi karya Habbiburrahman Shirazy (2014), alkisah Said Nursi pernah tinggal di rumah Iskodrali Thahir Pasya, seorang Gubernur di Van. Thahir Pasya adalah orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia memiliki perpustakaan dengan koleksi sangat kaya. Rumahnya juga tempat pertemuan para intelektual dan cerdik cendekia, termasuk guru-guru dari sekolah sekuler. 

Thahir Pasya ingin Said Nursi ikut terlibat dalam diskusi.Namun, ia dengan cepat menyadari bahwa selama ini ilmu yang ia tekuni adalah ilmu agama, sementara sebagian dari para cerdik cendekia itu adalah para pakar di bidang ilmu umum modern, seperti sejarah, geografi, matematika, fisika, kima, astronomi, dan filsafat. 

Said Nursi menyadari bahwa cara berpikir mereka sebagian besar adalah cara berpikir sekuler. Maka ia tidak akan bisa menyampaikan kebenaran ajaran Islam dengan baik kepada mereka, jika tidak menguasai bidang yang mereka kuasai.

Akhirnya Said Nursi bekerja keras mempelajari hampir semua jenis ilmu modern dengan sangat serius di perpustakaan pribadi Thahir Pasya. Said Nursi tidak keluar dari perpustakaan kecuali untuk shalat berjamaah di masjid dan menyampaikan kuliah agama.

Suatu saat Said Nursi ditantang berdebat tentang kejadian alam oleh pakar ilmu alam yang pernah belajar di Eropa. Untuk mempersiapkan diri berdebat, Said Nursi membaca buku fisika, geologi, geografi dan melumat habis semua buku yang berkaitan dengan ilmu alam. Dalam rentang 24 jam dia sudah siap berdebat.


Beijing Linye Daxue, June 25, 2014 (www.apfnet.cn)

Semua pertanyaan pakar ilmu alam itu dapat dijawab dengan mudah dan memuaskan, sehingga dia bungkam dan kehabisan kata-kata. Pakar ilmu alam itu akhirnya mengakui keluasaan ilmu Said Nursi dan kedalaman hikmahnya, dan dia berkata:
“Saya ingin mendapat pencerahan dari Anda. Ada sebuah teori yang mengemukakan bahwa alam semesta ini terjadi dengan sendirinya, bukan dijadikan oleh Tuhan. Apa pendapatmu?”

“Itu adalah teori yang diucapkan oleh mereka yang tidak percaya kepada Tuhan. Jadi mereka lebih dulu tidak percaya kepada Tuhan, baru melahirkan teori itu. Adapun bagi mereka yang percaya adanya Allah, mereka yakin alam semesta ini ada yang menciptakan dan tidak terjadi dengan sendirinya. Demikian juga mereka yang berpikiran jernih dan menggunakan akalnya untuk berpikir, pasti akan mengatakan bahwa alam ini ada yang menciptakan.”

“Apa dalil alam ini ada yang menciptakan?”
“Apakah pakaian yang Anda pakai itu terjadi dengan sendirinya?” Said Nursi balik bertanya.
“Pakaian ini ada yang menjahitnya. Kainnya ada yang menenunnya.”
“Apakah kursi yang Anda duduki terjadi dengan sendirinya?”
“Ada yang membuatnya. Tukang kayu yang membuatnya.”
“Apakah gedung tempat kita diskusi ini juga terjadi dengan sendirinya? Tiba-tiba ada gedung begitu saja?”
“Tidak gedung ini jelas ada yang merancang dan membangunnya dengan teliti dan detal.”

“Coba dipikir. Kalau hal-hal yang sederhana seperti pakaian, kursi, dan gedung saja tidak bisa terjadi dengan sendirinya, terus bagaimana dengan alam semesta yang sedemikian luas dan sangat rumit aturannya. Apakah bisa terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang merancang, menjadikan dan menjaganya? Akal sehat akan mengatakan alam semesata ini pasti ada yang menciptakan dan menjaganya. Dan yang bisa menciptakan dan menjaganya hanyalah Dzat yang Maha Kuasa, dialah Allah SWT.”

Beijing Forum @ Beijing University 5-9 November 2015

Akhirnya pakar ilmu alam itu bungkam dengan hujjah kuatnya Said Nursi.
Badiuzzaman Said Nursi tetap berdakwah keliling Turki menjelaskan pentingnya pelajaran agama.
“Agama adalah penerang hati, sedangkan ilmu pengetahuan peradaban adalah penerang akal.”
Ah .. tiba-tiba merindu munculnya Said Nursi-Said Nursi muda dari Masjid, Mushola, Surau ..

Isyhadu bianna muslimuun
Patangpuluhan, 5 Januari 2015 pukul 21.45 WIB
ditulis untuk DPD BKPRMI Kota Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar