Jumat, 25 Juni 2021

DESA WISATA BERKELANJUTAN

Dalam 3 bulan ini Sandiaga Salahudin Uno –Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif- telah 4 kali mengunjungi DIY. Hampir semua kunjungannya berkaitan dengan desa wisata, seperti di desa wisata Krebet, desa wisata Sambirejo dan desa wisata Pentingsari.


Analisis Koran Kedaulatan Rakyat, tanggal 25 Juni 2021

Selama masa pandemi kinerja ekonomi DIY memperlihatkan hasil yang lebih baik daripada Bali yang sama-sama mengandalkan sektor pariwisata. Perekonomian Yogyakarta sudah pulih hampir mendekati level sebelum pandemi, sedangkan Bali masih terkontraksi cukup dalam (Lokadata.id, 10/5).

Sebelum pandemi, sektor pariwisata Bali sangat mengandalkan wisatawan mancanegara/asing. Padahal saat ini penerbangan antar Negara belum pulih. Hal ini berbeda dengan pariwisata DIY yang banyak didukung oleh wisatawan lokal. Untuk pariwisata DIY kebangkitan ekonomi banyak ditopang oleh desa wisata.

Menurut Sandiaga –Menparekraf- desa wisata menjadi andalan pemerintah dalam mendongkrak pariwisata di masa pandemi Covid-19. Melalui desa wisata ini diharapkan mampu mewujudkan visi Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, dan mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat.

Desa wisata di DIY sudah terlihat kehandalannya setelah menyumbangkan 3 desa wisatanya dalam pemberian sertifikasi dan penghargaan Desa Wisata Berkelanjutan oleh Kementerian Parwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tanggal 2 Maret 2021. Desa Wisata Jatimulyo, Kulon Progo; Desa Wisata Nglanggeran, Gunung Kidul dan Desa Wisata Pentingsari, Sleman masuk dalam 16 Desa Wisata se-Indonesia yang memperoleh penghargaan Desa Wisata Berkelanjutan sebagai upaya mendorong quality tourism.

Penerapan standar berkelanjutan berfokus kepada 3 aspek keberlanjutan, yakni sosial, lingkungan dan ekonomi di Desa Wisata. Melalui program sertifikasi desa wisata berkelanjutan  diharapkan desa wisata di Indonesia dapat lebih berkualitas, lebih kredibel, dan mampu berkolaborasi serta bersaing secara domestik dan internasional.

Komitmen Kemenparekraf terhadap pariwisata berkelanjutan sendiri diimplementasikan dengan terbitnya Peraturan Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Sesuai RPJMN 2020-2024, Kemenparekraf menargetkan sebanyak 244 desa wisata menjadi desa wisata mandiri hingga 2024.

Desa wisata telah terbukti mampu menggerakkan ekonomi masyarakat, UMKM, menciptakan lapangan kerja, dan untuk pelestarian lingkungan. Apalagi peraih penghargaan Desa Wisata Berkelanjutan ini juga memprioritaskan aspek Kebersihan Kesehatan, Keselamatan dan Kelestarian Lingkungan sehingga memperoleh sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability).

Wisatawan atau pengunjung tentu akan memilih destinasi wisata yang telah mengantongi sertifikat CHSE, karena mengedepankan rasa aman, nyaman, bersih, sehat dan terjaga keberlanjutan lingkungannya. Menteri Parekraf optimis desa wisata akan bisa menjadi ‘pandemic winner’ seiring dengan perubahan tren wisata paska pandemi. mengedepankan rasa aman, nyaman, bersih, sehat dan terjaga keberlanjutan lingkungannya.

Desa wisata direncanakan sebagai program unggulan untuk membangkitkan semangat kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, yang langsung menyentuh ekonomi masyarakat (Kemenparekraf, 30/April/2021). Segmentasi pariwisata ke depan diyakini akan lebih mengarah kepada personalize, customize, localize, dan smaller in size. Personalize diartikan wisatawan akan lebih memilih jenis pariwisata pribadi atau hanya bersama keluarga.

Customize adalah berwisata dengan pilihan minat khusus seperti wisata berbasis alam atau budaya. Localize yakni memilih destinasi yang jaraknya tidak terlalu jauh atau wisata lokal. Sedangkan smaller in size, adalah pariwisata dengan jumlah pengunjung di setiap destinasi wisata yang tidak terlalu massif.

Ketiga kategori tersebut ada di desa wisata, terutama desa wisata bersertifikasi CHSE dan desa wisata berkelanjutan. Contohnya di Desa Wisata Nglanggeran pengunjung dapat ‘quality tourism’ dengan jumlah kecil sambil belajar budidaya kakao dan produksi coklat. Di Desa Wisata Pentingsari pengunjung dapat belajar budaya desa berikut keramahtamahan warga desa yang masih terjaga.

Di Desa Wisata Jatimulyo pengunjung selain berwisata alam menikmati air terjun juga dapat mengamati 105 jenis burung liar yang terjaga di desa ramah burung ini. Wisata di desa wisata berkelanjutan dapat menjadi immune booster bagi jiwa raga di masa pandemi ini.

Yogyakarta, 22 Juni 2021

Ttd

Arif Sulfiantono,M.Agr.,M.S.I.

Koordinator Ahli Perubahan Iklim Kehutanan (APIK) Indonesia Region Jawa & pegiat Ecotourism

Tidak ada komentar:

Posting Komentar