Sabtu, 17 Februari 2024

PENGARUH KONFUSIANISME DAN TAOISME DALAM PENGHUTANAN (REFORESTATION) DI CHINA

Mengenang artikel lama yang tayang di Buletin KONSERVASI Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan & Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan tahun 2013


Dunia sekarang menghadapi ancaman bencana lingkungan sebagai masalah global. Perlu direnungkan pendapat sosiolog Kanada John O’Neil bahwa kita mungkin adalah peradaban pertama dan mungkin sebagai yang terakhir. Memprihatinkan bahwa manusia sekarang ini seakan-akan tidak peduli pada lingkungan, dunia, dan habitat alamnya (O’Neill, 1985: 12).


Jauh sebelum pendapat O’Neill itu muncul, China sudah benar-benar berkomitmen membangun hutan untuk melindungi keanekaragaman hayatinya. Pasca terbebasnya China dari penjajahan Jepang, dibawah kepemimpinan Mao Zedongm China melakukan pembangunan besar-besaran, terutama penghutanan kembali (reforestation). Luas tutupan hutan (forest cover) dapat meningkat dari 8,6% di awal tahun 1950an dapat meningkat menjadi 18,21% di tahun 2008. Padahal mayoritas kondisi tanah di China adalah jenis karst (rocky desertification) dimana minim air dan tanah serta susah diolah.


Berkat usaha besar yang disertai semangat yang tinggi, kawasan hutan dapat bertambah dari 115,28 juta hektar diawal tahun 1950an menjadi 174,91 juta hektar di tahun 2008. Yang luar biasa adalah kota Beijing sebagai ibukota China. Luas tutupan hutan di Beijing meningkat dari 1,3% di tahun 1949 meningkat menjadi 38,6% di akhir tahun 2012.


Selama 32 tahun sudah lebih dari 78 juta orang melakukan penanaman sejumlah 189 juta pohon di ibukota China ini dengan tingkat keberhasilan 88%. Penanaman pohon sudah menjadi gaya hidup sebagian orang China sehingga senang terlibat dalam proyek penghutanan kembali. “Membingkai hutan dan membiarkan pohon tumbuh” merupakan salah satu dari 8 hal yang membuat China kini terus bangkit menjadi pemain utama dalam pentas politik global. (Naisbit, 2010). Sikap mental ini sudah dibangun dengan modal dasar kultural dan ideologi yang kuat yang telah diwarisi dan dimilikinya semenjak dulu hingga saat ini.



Publish di Artikel Buletin KONSERVASI, Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan Indonesia 2013


Pandangan Filsafat Cina tentang Kesatuan Manusia dan Alam

Filsafat China atau Sinism lazim digunakan untuk menspesifikasi atau meng-identifikasi sekelompok karakteristik unik bangsa China. Apa karakter dari kesatuan manusia dan alam yang berakar dalam Sinism? Yaitu pengenalan moral dan peneguhan oleh setiap orang tentang keberadaannya dengan orang lain –bukan hanya hidup dan mati tetapi juga sebelum dilahirkan—dan dengan makhluk hidup dan tak hidup lainnya (Subekti, 2010). Itu berarti hubungan timbal-balik mutlak, yang tidak perlu dipertanyakan, tidak dikualifikasikan dan ikatan khusus dari ko-eksistensi makhluk hidup dan benda, piety adalah sebuah kebajikan moral.


Berdasarkan perspektif Sinism, ecopiety merupakan tenunan moral dari laki-laki dan perempuan yang  menganyam bersama seluruh makhluk dan benda. Ini tersusun dari karakter Yang dari humanisme dan karakter Yin dari environmentalisme yang bersifat komplementer. Ringkasnya: sebagaimana Sinism merupakan kesatuan dari Konfusianisme yang ortodoks dan Taoisme yang heterodoks yang bersifat komplementer, maka ecopiety sebagai kesatuan dari humanisme dan environmentalisme juga bersifat komplementer (Subekti, 2010).


Humanisme Perspektif Konfusianisme

Konfusianisme atau biasa dibunyikan dengan Kong Hu Cu, di kaitkan dengan nama pendiri ajaran ini yaitu Kung Fu Tze (551-479 SM). Humanisme adalah karakteristik Konfusianisme. Ini adalah perhatian dan penghormatan kepada laki-laki dan perempuan lain sebagai pribadi. Secara tradisional, model klasiknya dikenal dengan “filial piety” (Hsiao)—kesetiaan seorang anak laki-laki kepada ayah atau orang tuanya (Subekti, 2010). Konfusianisme seringkali dikarakteristikan sebagai “humanisme praktis” karena kepeduliannya dengan seni praktis tentang kehidupan manusia dengan sesama dalam kehidupan dunia sehari-hari.


Humanitas bertumpu pada manusia –humanitas dalam dua-serangkai arti manusia sebagai kolektivitas, dan kausalitas asli manusia –jen adalah pilar humanisme praktis Konfusius. Tanpa jen, tanpa mempraktikkannya, manusia tidak akan menjadi manusia seutuhnya. Menjadi seorang manusia (jen) adalah menjadi insani (jen): sesungguhnya, jen adalah jen.


Menurut Analect of Confusius, jen adalah mencintai semua manusia dan chih (pengetahuan) adalah mengenal semua manusia. Dalam Li Chi (Kitab Upacara), Konfusius berkata tanpa pandangan hidup yang sama: “Menebang sebuah pohon, membunuh seekor binatang yang belum kawin, tidak pada musim yang tepat, adalah bertentangan dengan filial fiety.” (Li Chi, 1967: 228).


Menurut cara tersebut, tujuan moral dari bakti kepada orangtua tidak dibatasi pada dampak dari apa yang dilakukan manusia pada  orang lain tetapi diperluas pada dampak perilaku seseorang bagi makhluk non-human dan benda-benda. Teringat perkataan Konfusius mengenai musik, yang dimainkan sebuah bagian integral dari arti China kuno tentang benda-benda dan peristiwa sebagai kesatuan yang teratur, sekali lagi kita temukan dalam halaman kitab Li Chi sebagai berikut:


Langit ada di atas dan bumi di bawah, dan di antara keduanya tersebar semua jenis kehidupan dengan perbedaan (sifat dasar dan kualitasnya); --berkenaan dengan proses pembentukan perayaan. (Pengaruh) langit dan bumi mengalir maju dan tak pernah berhenti, dan dengan kesatuan tindakannya (fenomena) produksi dan perubahan terjadi: --berkenaan dengan itu musik mengalun. Proses pertumbuhan di musim semi, dan dewasa di musim panas (menyarankan ide tentang) kebajikan; mereka berkumpul di musim gugur dan di musim salju, menyarankan kebenaran. Kebajikan serupa dengan musik, dan kebenaran serupa dengan perayaan.

 

Environmentalisme Perspektif Taoisme

Taoisme berasal dari seorang yang bernama Lao Tzu yang diperkirakan lahir tahun 640 S.M. Environmentalisme merupakan prinsip dominan dalam Taois. Taoisme tidak menyingkirkan humanisme. Pada Bab 25 Tao Te Ching, dapat ditemukan ekspresi yang mengharukan dari ecopiety, sebagai contoh bahwa Tao (Jalan) sebagai ecopiety (Subekti, 2010):

 

Ada sesuatu yang campur-aduk, dan kacau-balau,

Ia sudah ada sebelum langit dan bumi,

Betapa sunyi! Betapa sepi!

Ia berada dengan sendirinya, dan tak pernah berubah,

Bergerak berputar, tak henti,

Ia layak menjadi ibu alam semesta,

Ku tak tahu siapa namanya,

Terpaksa kunamakan Tao,

Kusebut dia sebagai yang besar.

 

Besar bermakna meluas (mencapai segala tempat),

Meluas berarti menjauh (ke segala arah),

Yang pergi menjauh akhirnya akan balik kembali (ke asalnya).

 

Karena Tao itu besar, maka

Langit juga besar, bumi juga besar, dan manusia juga besar,

Di dunia ini ada empat besar, dan manusia adalah salah satunya.

 

Manusia meneladani bumi,

bumi meneladani langit,

langit meneladani Tao,

dan Tao meneladani dirinya sendiri (tsu-jan).

 

Tsu-jan (dirinya-sendiri) menjadi dasar environmentalisme dari Taoisme. Hal ini menggarisbawahi kemampuan estetik kita untuk menghormati dan penghargaan terhadap seluruh keberadaan benda-benda di alam.


Environmentalisme Taois merasa senang dengan keindahan alam, liar, sederhana, dan kecil, dalam keindahan intrinsik alam yang membuat manusia memandang penuh penghormatan dan imajinasi puitis. Hanya dalam bersekutu dengan alam dan kosmos seorang manusia benar-benar menjadi seorang “cosmion”. Seperti Taois Chuang Tzu mengungkapkan dengan suara tenang: “Langit dan bumi lahir bersamaan denganku, dan sepuluh ribu benda bersatu denganku”.

 

Manajemen Pengelolaan Hutan di China

Kawasan hutan di China dikelola oleh SFA (State Forestry Administration) dibawah MEP (Ministry of Environmental Protection). SFA adalah badan pemerintah pusat di negara yang bertanggung jawab untuk mengelola semua kehutanan China dan inisiatif konservasi alam lainnya. Departemen administrasi meliputi Reboisasi, Manajemen Sumber Daya Hutan, Pelestarian Satwa Liar, Polisi Kehutanan, Kebijakan dan Perundang-undangan, Perencanaan Pembangunan dan Manajemen Pembiayaan, Sains dan Teknologi, serta Kerjasama Internasional.


Pemerintah China menyadari bahwa perlindungan alam dan warisan budayanya tergantung pada manajemen yang efektif. 15% dari lahannya dialokasikan sebagai kawasan lindung, diantaranya cagar alam dan taman nasional. Kawasan ini merupakan dasar untuk kemakmuran masa depan orang-orang di seluruh China, dan seterusnya.


Konfusianisme dan Taoisme mempunyai banyak penawaran untuk menciptakan filsafat hidup baru dalam harmoni dengan alam. Pengaruh konfusianisme dan taoisme terlihat pada pengelolaan alam di China. Yang menarik, pengaruh ini berjalan dalam ideologi Komunis. Kedepan apakah betul China akan dapat mempertahankan kawasan lindungnya dibawah tradisi Konfusius dan Taoisme serta ideologi Komunis? Jawabannya hanya waktu dan sejarah yang akan terus menguji dan membuktikan bagaimana arah sejarah masa depan China.

 

Beijing, 13 Mei 2013

Ttd

Arif Sulfiantono

PEH TN.G.Merapi/karyasiswa S2 di Beijing Forestry University-China

 

 

 

REFERENSI:

Confucius, 1967, Li Chi: Book of Rites, trans. James Legge, New Hyde Park: University Book.

Lao Tzu, 1995, Tao Te Ching: The Book of Meaning and Life, trans. H.G. Oswald, New York: Penguin Books.

Naisbitt. John & Doris, China’s Megatrends: 8 Pilar yang Membuat Dahsyat China, 2010, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

O’Neil. John, 1985, Five Bodies, Ithaca: Cornell University Press.

Subekti. Slamet, 2010, Sumbangan Konfusianisme dan Taoisme Bagi Pembentukan Humanisme dan Environtalisme dalam Kebudayaan China. Pusat Repository PDII – LIPI.

www.china.org.cn at March 20. 2009

www.chinadaily.com.cn at March 11, 2013


Dokumentasi:

Birdwatcher melakukan kegiatan rutin di Olympic Forest Park, Beijing, salah satu dari taman hutan  (forest park) di China.

 

Anak-anak China belajar pengamatan burung, salah satu pendidikan cinta alam

 

Eco-tourism keluarga dengan kemping di hutan kota Beijing

 

 

Jiufeng National Forest Park yang dikelola oleh State Forest Administration berkolaborasi dengan Beijing Forestry University

 

Bangunan Cagar budaya di dalam kawasan Jiufeng National Forest Park

 

Pohon berusia ratusan tahun yang masih tegak di dalam istana terlarang (forbidden kingdom)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar