Jumat, 07 September 2012

Catatan Perjalanan Beijing, China (1): Pedihnya Berpisah dengan Orang-orang Tercinta


Pernahkah kamu berpisah dengan orang-orang yang kamu cintai untuk waktu yang lama? Bagaimanakah perasaanmu?
Perpisahan adalah suatu kepedihan. Tapi yakinlah kita semua pasti berpisah, yakni saat malaikat Izrail menjemput kita. Perpisahan di dunia hanyalah sementara. Apalagi jika berpisah itu untuk tujuan yang mulia, menegakkan agama-Nya, Allah akan senantiasa disampingnya.
3 hari sebelum berangkat ke Beijing, aku sempat stress dan ‘deg-degan’. Bukan hanya karena meninggalkan orang-orang tercinta, tapi paspor dan visa yang aku butuhkan belum beres. Akhirnya 2 jimat itu aku terima sehari sebelum berangkat, setelah melakukan perpisahan dengan jama’ah subuh masjid Baiturrahim, Patangpuluhan.
Hampir satu tahun ini aku mendapat amanah dari takmir masjid agar menjadi imam sholat subuh. Alhamdulillah tidak hanya menjadi imam, tapi juga menjadi muadzin. Suatu pekerjaan yang sangat mulia. Sebelum mengimami subuh, aku pamit kepada jama’ah sekaligus meminta doa. Ternyata ada beberapa bapak-bapak dan ibu-ibu yang menghampiriku setelah selesai sholat subuh untuk mengucapkan selamat jalan, serta mendoakan. Sungguh, saat itu aku sangat terharu.
Perpisahan yang juga sangat mengharukan adalah saat berpesan kepada bapak-ibu di dalam mobil sampir menyetir serta saat di bandara. Saat di dalam mobil itu aku hanya bisa berbicara singkat. Tek .. Ngomong menjadi tidak lancar..
“Bapak, selama aku tinggal sekolah, bapak harus perbanyak ibadah, usahakan selalu jama’ah di masjid.” Lanjut ke ibu, “Ibu jangan suka ngomong ke Azka-Ilmi nakal, bilang aja tidak sholih.“
Begitu pula saat pamitan kepada anak-anakku. Dengan menahan tangis aku ucapkan ke Azka dan Ilmi sambil kugendong satu-persatu: “Mas Azka/Dek Ilmi ayah ‘tindak’ (pergi) Beijing sekolah dan kerja, Mas Azka/Dek Ilmi di Jogja sekolah bareng bunda, Insya Allah kalau ada kesempatan nyusul Ayah ke Beijing.” Saat itulah yang paling mengharukan sepanjang hidupku.
Kepada istri, aku hanya bilang: “Tolong jaga anak-anak dan bapak-ibu.”  Istriku-pun hanya terdiam, tak kuasa bicara. Juga dengan yang mengantar: Bapak-Ibu Tempel, Bu Mah, Ningrum, Bu Nik, aku hanya bisa mengucap terima kasih sudah mengantar, mohon doa restu agar lancar semuanya.

4 komentar:

  1. mas...maaf jika sebelum perpisahan kami masih banyak salah sama mas...
    sama masih kurang pelajaran dari mas,,sebenarnya kami masih ingin belajar dengan mas lebih banyak lagi..tetapi mas sudah mengikuti sunnah rasulullah(tempuhlah ilmu sampai ke negri cina)..
    mungkin kami hanya bisa kirim do'anya saja...
    moga2 mas di sana sehat selalu,,di ridho i ALLAH,,di mudahkan segala urusan,,rezeki lancar dan dilindung oleh ALLAH...
    amiin...
    (Nur Lanto dan Gilang Mahardhika)

    BalasHapus
  2. Buat Lanto & Gilang= jazakumullah khairan katsiira doanya, smg mendapat balasan lebih baik dr Allah ..
    Dengan komentar & doa spt ini kalian udah respek kpd orang lain kok. Dan aku sudah sangat senang. Tolong ngajinya tetap jalan terus ya, Topik & Dera harus selalu diingatkan. Kalau ngaji & kegiatan RISMA tetap jalan, aku sekolah di CHina akan tenang.. Saling mendoakan ya .. Semoga sukses juga untuk kalian!!

    BalasHapus
  3. Selamat Berjuang akh...
    semoga senantiasa diberi kesehatan dan kekuatan oleh Nya

    BalasHapus
  4. matur nuwun doanya Mas Nuri .. Smg antum jg sukses selalu .. Amiin ..

    BalasHapus