Sabtu, 10 Agustus 2019

GENERASI MILENIAL DAN KONSERVASI ALAM


Secara umum kesadaran kelompok kaum muda, khususnya kelompok milenial terhadap isu-isu lingkungan hidup dan konservasi alam. Bahkan banyak kelompok milenial yang aktif sebagai relawan pelestarian lingkungan demi kehidupan yang lebih baik. Peran generasi milenial dalam aksi-aksi konservasi alam ini sangat besar,
Generasi milenial menyadari bahwa saat ini kerusakan alam negeri ini semakin tidak terkendali. Laju kerusakan hutan, kebakaran, perdagangan tumbuhan satwa liar dilindungi, pencemaran air, hingga musnahnya terumbu karang semakin nyata. Negeri yang dijuluki zamrud khatulistiwa karena melimpah kekayaan alam dan lingkungan hidup semakin terancam.
Melalui Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2009, tahun ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengusung tema ‘Spirit Konservasi Alam Milenial’. Partisipasi aktif dan sifat kritis generasi milenial, khususnya di media sosial diharapkan dapat menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap konservasi keanekaragaman hayati di tanah air.
OPINI koran Kedaulatan Rakyat tanggal 10 Agustus 2019 halaman 11
Generasi milenial adalah generasi yang lahir pada rentang tahun 1990an hingga 2000an. Jika diperhatikan dari tahun kelahiran tersebut, generasi milenial adalah anak-anak muda yang saat ini berusia antara 18-38 tahun. Mereka adalah generasi yang pada  saat  ini memegang peran penting dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara (Suyitno, 2018)

Generasi millenial ini dilahirkan dalam kondisi zaman yang serba mudah dan   tersedia berbagai kemudahan. Mereka sejak awal kelahirannya sudah dapat menyaksikan TV berwarna yang dilengkapi dengan remote controll. Sejak masa sekolah, mereka sudah menggunakan handphone dan bahkan saat ini mereka sudah berganti smartphone. Dalam kehidupan kesehariannya, mereka selalu membutuhkan jaringan internet dan selalu berusaha untuk selalu terhubung dengan jaringan internet (Suyitno, 2018). Eksistensi sosial mereka ditentukan dari  jumlah “pengikut” dan “penyuka”.

Tujuan tema HKAN ‘Spirit Konservasi Alam Milenial’ adalah agar konservasi dapat dipahami oleh generasi muda. Tanggungjawab konservasi alam merupakan tanggungjawab bersama, termasuk generasi mudanya yang merupakan pewaris negeri. Kota Batam dipilih sebagai lokasi puncak peringatan HKAN 2019, karena mempunyai hutan yang berada di tengah kota industri Batam. Hal ini menjadikannya isu strategis mempertahankan kawasan konservasi di tengah laju industrialisasi di era generasi milenial.
Praktik riil konservasi alam oleh generasi milineal dicontohkan Paguyuban Pengamat Burung Jogjakarta (PPBJ). Melalui kegiatan PPBJ lahirlah Atlas Burung Jogjakarta (ABJ) seperti Jogja Bird Atlas, Jogja Interest Bird Map, hingga buku Capung di Yogyakarta. PPBJ sendiri bardiri pada tahun 2005 yang digagas oleh generasi milenial dari organisasi pengamat burung beberapa kampus di Yogyakarta (Anonim, 2016). Bahkan PPBJ beberapa tahun terakhir mempunyai binaan yakni desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo, Kulonprogo.
Cukup banyak kegiatan dilakukan di desa Jatimulyo untuk konservasi burung local yang menjadi incaran pemburu dan pedagang. Akhirnya pada tahun 2014 terbit Peraturan Desa (Perdes) Nomor 8 tentang larangan berburu segala jenis satwa liar di wilayah Desa Jatimulyo. Sejak saat itulah Desa Jatimulyo mendapat julukan ‘Desa Ramah Burung’.
Kelahiran Atlas Burung Jogjakarta (ABJ) memicu lahirnya Atlas Burung Indonesia (ABI). Melalui kegiatan Pertemuan Pengamat Burung Indonesia (PPBI) ke-5 di Bandung, Jawa Barat pada tahun 2015 dilaksanakan pengerjaan ABI. Apalagi setelah adanya peluncuran aplikasi ‘burungnesia’ pada smartphone pada tahun 2017 semakin memudahkan dalam pengerjaan ABI. Semuanya dikerjakan oleh generasi milenial yang peduli pada konservasi alam, terutama kedaulatan akan kekayaan jenis keanekaragaman hayati negeri.
Kegiatan konservasi ini dikerjakan secara swadaya, tanpa bantuan dari pemerintah, swasta maupun LSM. Dibalik ancaman globalisasi dengan adanya kecanggihan teknologi dan kemudahan akses informasi, kiprah mereka patut diapresiasi dan didukung. Terutama semangatnya untuk tetap menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bidang menjaga kelestarian alam demi masa depan anak-cucu.

Yogyakarta, 7 Agustus 2019 pukul 11.00 WIB
Ttd

Arif Sulfiantono,S.Hut,M.Sc.,M.S.I.
Fungsional PEH TNGM & Koordinator Ahli Perubahan Iklim & Kehutanan (APIK) Indonesia Region Pulau Jawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar