Rabu, 19 Juni 2013

CATATAN PERJALANAN INNER MONGOLIA (1)



18 Juni 2013
Sekitar pukul 14.20 waktu Beijing, minibus asli buatan China dengan kapasitas sekitar 25 orang berangkat dari kampus Beijing Forestry University. Total penumpang (plus sopir)ada 18 orang, dari kita (APFNet student) 8 orang.

Aku duduk di kursi nomor dua dari belakang dengan Adli. Kursi paling belakang penuh tas & koper, karena tiap orang bawa 1 tas & 1 koper.
Kondisi dalam mobil lumayan panas, padahal semua lubang AC sudah dibuka. Sepertinya ada yang bermasalah dengan freon AC. Sekitar 45 menit perjalanan aku tertidur dengan memakai masker karena bau asap solar minibus yang menembus dari jendela sopir yang dibuka.

2 jam keluar Beijing pemandangan masih pegunungan batu dan tumbuhan semak. 1 jam berikutnya lumayan bagus.  Beberapa kali kita melewati terowongan gunung.
Memang China hebat dalam pembangunan. Daerah terpencil di pegunungan dibuat terowongan menembus pegunungan berbatu. Dari panjang sekitar 3 Km sampai sekitar 6-7 km.
Juga ada beberapa jembatan layang. Jadi jembatan layang di China tidak hanya untuk mengurangi kemacetan di kota, tapi untuk membuat nyaman transportasi. Sangat berbeda dengan kondisi di tanah air yang membangun jembatan layang di kota. 

Pembangunan terowongan & jalan layang menembus pegunungan batu di Inner Mongolia

Alhasil walaupun melewati pegunungan, kita tidak naik turun seperti di daerah Gunung Kidul, tapi hanya berkelok-kelok saja, karena menembus gunung batu lewat terowongan.
Beberapa kali  juga melewati pembangunan jalan raya, jalan layang dan terowongan. Pemandangan lahan pertanian seperti sawah padi, jagung, dengan pemukiman khas pedesaan China juga kelihatan. Berulang kali aku memotret lewat jendela minibus yang aku buka.

Kita berhenti 2 kali untuk istirahat. Pertama di pom bensin yang ada rest room. Aku tidak ke kamar mandi, hanya beli 1 botol milky tea dingin. Lumayan juga harganya, 7 CNY. Di toko kampus sekitar 3-4 CNY.
Istirahat kedua juga di pom bensin, hanya lebih kecil. Tidak ada toko makanan-minuman, hanya ada toilet. Itupun toiletnya sangat kuno, hanya sekat tembok & lubang, tanpa air. Alhasil sangat bau sekali.
Terpaksa aku kencing disini. Aku siram pakai air minum putih dan aku keringkan dengan tisu. Peralatan standar yang harus senantiasa di bawa jika di China.

Sekitar pukul 19.30 sampai daerah Kalaqin Banner, Chifeng Municipality, Inner Mongolia Province. Mayoritas jalan baru dibangun dan diperbaiki.
Pukul 20.00 baru sampai lokasi hotel Lin Hai, di sebuah kawasan kota kecil yang kelihatannya belum lama dibangun.

Kami langsung masuk hotel. Cukup bagus hotelnya. Aku sekamar dengan Adli, dobel bed, KM dalam. Lumayan fasilitasnya. Hanya sayang tidak ada fasilitas wifi.
Kemudian kita menuju kantor kehutanan, tepatnya kantor Wangyedian Forest Farm untuk dinner. Aku kira makan di restoran, ternyata emang di restoran, tapi restoran kantor.. 
 
Seperti biasa beberapa lauk keluar duluan, baru terakhir nasi. Walaupun ada daging ayam, tapi aku tidak makan. Untuk aman karena bukan di restoran muslim aku pilih makan sayuran saja. Untung lumayan enak. Minumnya teh, sprite dan juice. Yang lain minum bir.
Alhamdulillah lumayan kenyang juga. Sepertinya 5 hari ke depan akan jadi vegetarian neh ..
J
Pukul 21.30 kami kembali ke hotel dengan jalan kaki, karena dekat. Adli & Digambar mampir toko untuk beli kartu remi dan shampo. Aku lihat tokonya  cukup lengkap, ada sosis halal juga. Kapan-kapan bisa beli neh.

19 Juni 2013
Alarm hp berbunyi pukul 02.45. aku segera bangun untuk menunaikan sholat subuh. Kemudian tidur lagi. Pukul 04.55, sinar matahari sudah menerobos jendela kamarku, room 204 yang memang tepat di pojok lantai 2, jadi sinar matahari full menerangi kamar.

Aku segera buat kopi panas, cap teko-silungkang, kopi asli Indonesia.
Begitu masuk tenggorokan, langsung tubuh terasa fresh. Aku lihat pemandangan luar sangat indah. Kota kecil ini dikelilingi perbukitan yang masih hijau.

Aku bawa hp, kamera dan dompet, kemudian jalan-jalan keluar. Petugas hotel masih tidur.
Udara di luar cukup dingin, seperti di daerah Kaliurang. Tapi aku tetap pakai kaos dan celana bawah lutut saja. Seorang petugas kebersihan menyapaku, “Leng bu leng?” Tidak dingin?” aku jawab, “Bu leng, xiexie” Tidak dingin, terima kasih.
Beberapa warga kelihatan sudah mulai beraktifitas.

Hei, that’s Inner Mongolia!!
Tidak percaya aku bisa menjejakkan kaki di sini!

Uupppzztttt … aku hirup udara pagi yang sangat segar.
Bentuk kota kecil ini mirip dengan kota dalam film koboi Amerika jaman dahulu. Bentuk jalan lurus, dipinggir jalan penuh toko, hotel dan restoran. Di belakang bangunan pegunungan hijau, termasuk belakang hotel yang aku tempati.

Beberapa toko sudah mulai buka. Ada penjual sayuran yang menaruh dagangannya di di pinggir jalan, depan toko rumah tangga. Pelajar sekolah tingkat SD-SMP juga mulai berangkat dengan jalan kaki. Beberapa kali mobil angkutan hasil pertanian berupa truk roda 3 tampak hilir-mudik.
Aku menemukan satu restoran yang sepertinya restoran muslim. Yang membedakan dengan di Beijing, papan namanya berwarna biru, bukan hijau. Nanti malam bisa dicoba dengan Adli dan Hasan neh.

Heeii, aku juga menemukan sebuah bus yang bagian dalamnya ada tempat tidur penumpang. Persis pada catatan Oase yang diceritakan seorang Backpacker Indonesia di Kompas online saat melakukan perjalanan ke Tibet.

Hari ini jadwalnya tentang APFNet project introduction di meeting room, kantor wangyedian forest farm setelah sarapan. Alhamdulillah sambil forum diskusi aku bisa memanfaatkan wifi ruangan untuk menulis & online.

Wangyedian forest farm meeting room, 10.00 waktu Inner Mongolia

1 komentar:

  1. Blog yang bagus.... semoga terus berkembang.... Good blog and informative.... keep-up the good work... May I share an article about the Longji Rice Fileds in Guilin , China, in http://stenote.blogspot.com/2017/12/longji-rice-terraces.html
    Watch also in youtube https://youtu.be/-FEADXHsiSM

    BalasHapus