Minggu, 20 Februari 2011

AMANAH DAN PROAKTIF


Baru kemarin sore istri ditelpon temannya –dulunya aktivis dakwah kampus- yang mengabarkan kalau belum bisa melunasi hutangnya. Pinjam uang ke kami kurang dari sebulan yang lalu karena untuk membantu biaya pengobatan saudaranya di RS. Tidak banyak memang, hanya 500 ribu rupiah.
Tapi amanahnya yang luar biasa, cukup langka di jaman sekarang. Sederhana memang, tapi sedikit yang melakukannya. Awal bulan lalu dia berjanji untuk melunasi di awal bulan depan. Kemarin sore, yang berarti 20 hari setelah meminjam uang, dia menelpon kalau belum bisa melunasi awal bulan depan.

Dua hari yang lalu dia melakukan kesalahan dalam bisnisnya sehingga mengalami kerugian hampir 500 ribu. Sedianya uang itu untuk melunasi hutangnya. Secara proaktif dia minta maaf ke istri kalau belum bisa melunasi hutang.

Inti dari peristiwa ini, dia tidak menunggu ditelpon atau di-sms istri tentang pelunasan hutangnya.
Peristiwa lain yang mirip, tapi beda ending adalah teman istri (kebetulan beliau tergolong ustadzah) juga yang pinjam uang sebesar 500 ribu untuk pengobatan saudaranya. Sudah lama memang, hampir satu tahun yang lalu.

Saat minta untuk pinjam uang, beliau berjanji akan melunasi dalam waktu 6 bulan. Setelah lewat 6 bulan kemudian ditanyakan oleh istri tentang janjinya itu. Beliau jawab dengan pernyataan maaf, afwan jiddan, uang tersebut dipakai dahulu oleh keluarga beliau untuk memenuhi kebutuhan.
Sekali lagi tentang PROAKTIF dan AMANAH teman .. dapat menjadikan beda ending, satu happy ending, satu tidak.

Bagi saya dan istri, latar belakang kehidupan sangat mempengaruhi karakter seseorang. Teman istri yang pertama tadi kebetulan sejak kecil tergolong pekerja keras dan wirausahawan tangguh. Dia rela meninggalkan bangku kuliah di UGM untuk mencari kehidupan di Malaysia. Sekembali dari Malaysia dia dengan suaminya buka usaha bisnis dengan modal hasil keringat dari negeri seberang.

Teman yang kedua adalah istri seorang ustadz dan ibu rumah tangga, yang mungkin masih kurang pengalaman dalam bermuamalah.
Sama-sama akhwat, perempuan memang .. tapi kami anggap beda pengalaman hidup ..
Peristiwa ini menjadikan kami sadar bahwa pelajaran tentang finansal dan kehidupan bermuamalah menjadi sangat penting.

Cukup sering kami mengalami bisnis atau bermuamalah yang kurang baik dengan teman sesama aktivis dakwah.
Cukup sering pula kami mengalami bisnis yang amanah dengan teman yang tergolong awam dalam agama.
Kelihatan sepele, tapi dapat mempengaruhi Rekening Bank Hubungan orang lain. Begitu kata Pak Covey dalam 7 habits.
Semoga kisah ini dapat menyadarkan kita akan arti penting sebuah AMANAH dan PROAKTIF.
Wallahu’alam

Patangpuluhan, 20 februari 2011, pukul 14.05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar